All Chapters of Wanita Untuk Sang CEO: Chapter 51 - Chapter 60
121 Chapters
51. Pemberian David
“Terima kasih, Pak. Tapi, sepertinya kami bisa mengatasi sendiri,” ucap Hana dengan senyum canggung yang menghiasi wajahnya.“Betul, Pak David. Kami bisa kok mengatasi ini semua berdua saja. Lagi pula, suami Hana sudah tahu kalau Hana sekarang ini sedang hamil. Nanti dia akan kemari,” timpal Mutia yang membuat Hana mendelik saking terkejutnya, karena tak menyangka kalau Mutia akan berkata seperti itu.“Jadi suaminya belum tahu kalau Hana sedang hamil?” tanya David dengan kening berkerut.“Belum. Kalau sudah tahu sejak awal, pastinya Hana nggak akan diberi ijin ke Singapura,” sahut Mutia.Hana melirik ke arah Mutia. Tak lama, dia kembali menatap David seraya berkata, “Sebenarnya, saya dan suami saya sedang ada masalah. Jadi dia belum tahu keberadaan saya di sini.”“Hana!” sentak Mutia. Dia menatap tajam ke arah Hana karena kesal dengan kebodohan adik sepupunya itu. Apalagi setelah melihat senyuman David. Semakin kesal saja dia.Hana sontak mengatupkan kedua bibir rapat-rapat, dan menga
Read more
52. Lestari Terkejut
Mata Hana berkaca-kaca mendengar ancaman Mutia. Selama ini, Mutia yang mengurus segala keperluannya. Hana tinggal menjalankan pekerjaannya. Dia tidak bisa membayangkan kalau Mutia meninggalkan seorang diri di Singapura. Apalagi keadaannya kini sedang hamil.“Mbak, jangan pergi dong. Aku sangat membutuhkan Mbak Mutia di sini. Mbak nggak kasihan apa sama aku yang sedang hamil dan masih suka mual?” ucap Hana dengan tatapan memohon.“Makanya kamu hubungi itu si Pak David, supaya dia nggak terus menerus kirim sesuatu kemari. Nggak tahu, Han. Khawatirnya nanti malah ada pamrih. Soalnya aku mencium gelagat yang aneh dari dia,” sahut Mutia.“Aneh? Aneh bagaimana maksudnya Mbak Mutia?”“Aku sempat dengar kasak-kusuk saat kamu pingsan. Terus secara refleks Pak David membopong kamu ke mobilnya. Padahal yang aku dengar dari kasak-kusuk itu, belum pernah dia seperti itu. Apalagi dia juga kemari bawa bunga segala. Ada apa coba itu? Terus sekarang dia kirim makanan segala. Tebak saja sendiri, Han. B
Read more
53. Histeris
Lestari seketika panik dan menatap Andhika seraya berkata, “Kamu tega sama Mama, Dhika! Kamu melaporkan Mama kandungmu ke polisi. Padahal kamu belum dengar penjelasan Mama. Keterlaluan kamu, Dhika!”“Aku nggak melaporkan Mama kok. Aku hanya memerintahkan orang suruhanku untuk menyerahkan Noval ke kantor polisi. Mungkin polisi kemari untuk menjemput Mama berdasarkan hasil pemeriksaan pada Noval. Dia pasti bilang kalau Mama yang menyuruhnya melakukan fitnah pada Hana. Sebuah fitnah keji, yang aku sendiri nggak menyangka Mama sanggup melakukannya,” ucap Andhika dengan helaan napas panjang.Aryo lantas menatap sang istri dengan tatapan tajam. “Benar itu, Tari?”Lestari terdiam. Dia menundukkan kepalanya sambil memilin jemarinya. Tak lama, terdengar isak tangisnya. Hal itu cukup menjawab pertanyaan yang Aryo ajukan padanya.“Kenapa kamu lakukan ini? Apa salahnya?” tanya Aryo lagi.Lestari hanya diam. Membuat Aryo kesal.“Pak, suruh polisi masuk!” ucap Aryo pada penjaga rumahnya.“Baik, Pak
Read more
54. Menjadi Stroke
“Dok, ini kenapa istri saya jadi gagap begini, ya? Sebelumnya nggak pernah kayak begini,” ucap Aryo pada dokter keluarga yang mendampinginya di mobil ambulans.“Itu efek dari tensi darah Bu Lestari yang naik secara drastis. Makanya saya minta Bapak agar membawa Ibu ke rumah sakit tadi, agar Bu Lestari segera mendapat perawatan secara intensif,” sahut dokter.Aryo tertunduk lesu mendengar penjelasan dari dokter keluarganya. Dia menggenggam tangan istrinya dan dia kecup punggung tangannya dengan lembut.“Kamu yang kuat ya, Ma. Nanti Papa akan usahakan yang terbaik untuk kamu. Jangan pesimis dan bersedih.” Aryo berkata sambil menghapus air mata yang menggenang di kelopak mata Lestari.Kini, mobil ambulans telah tiba di halaman rumah sakit. Petugas ambulans bergegas membawa Lestari ke UGD untuk mendapat pertolongan.Andhika dan Aryo serta dokter keluarga, kini duduk di depan ruang pemeriksaan. Mereka semua diam seribu bahasa, sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Tiba-tiba Aryo bergeser du
Read more
55. Rencana Ke Singapura
Akhirnya tuntutan terhadap Noval dicabut oleh Romi atas perintah Andhika, karena Romi lah yang membawa Noval ke kantor polisi dan mengajukan tuntutan atas pria itu.Noval yang curiga dengan maksud pencabutan tuntutan itu, lebih memilih mendekam di sel tahanan karena menurutnya lebih aman. Namun karena Romi sudah mencabut tuntutannya, maka tak ada alasan dia berada di tempat itu. Perkiraannya benar, karena Romi menunggunya di halaman kantor polisi, di dalam mobilnya yang tiba-tiba mendekat ketika Noval keluar dari dalam kantor polisi.“Masuklah! Aku antar kamu pulang,” ucap Romi dari jendela mobil yang kacanya sudah dia buka separuhnya.“Aku bisa pulang sendiri, terima kasih.” Noval menjawab sambil terus melangkahkan kaki melewati mobil Romi.“Mau pulang ke rumah pacar atau ke apartemen kamu?” tanya Romi penuh penekanan ketika menyebutkan kata pacar. Sehingga mau tak mau Noval mendekati mobil Romi dan masuk ke dalam mobil itu. Dia tahu maksud dari ucapan itu.“Jangan kamu usik pacarku.
Read more
56. Kerinduan
Widya dan Mutia sama-sama menghela napas panjang. Widya menatap anaknya dengan tatapan sendu. Lelah rasanya membujuk Hana. Anaknya itu memang baik, tapi kelemahannya adalah keras kepalanya itu yang sulit digoyahkan. Kadang Widya juga kesal sendiri menghadapi sikap Hana. Namun, namanya anak tetap saja dia tak bisa kesal terlalu lama padanya. Apalagi sekarang Hana sedang hamil.“Apa kamu sudah pikir panjang untuk menjadi orang tua tunggal?” tanya Widya lirih. Entah kenapa hatinya perih ketika menyebutkan kata orang tua tunggal. Dia sendiri juga menyandang predikat orang tua tunggal. Tapi, dia berpisah dengan suaminya bukan karena perceraian. Melainkan karena ayah Hana telah berpulang kembali ke Sang Pencipta. Sehingga dia harus membesarkan kedua anak perempuannya sejak Hana masih SMA.“Aku siap, Bu. Makanya aku tekuni dunia modelling ini untuk biaya hidup kami kelak. Sepertinya juga bisa untuk membantu kuliah Renata nanti. Dia mau kuliah di akademi perawat, bukan?” ucap Hana.“Kamu ngga
Read more
57. Notifikasi Dari Bank
Bunyi notifikasi pesan masuk terdengar di ponsel Hana. Awalnya Hana membiarkan saja karena dia sedang sibuk menyisir rambutnya di depan cermin. Namun dia penasaran juga, sehingga dia meraih benda pipih itu untuk melihat si pengirim pesan. Mungkin saja ibunya atau Renata yang berkirim pesan padanya.Kedua mata Hana membola ketika melihat Adhika lah si pengirim pesan tersebut. Kedua sudut bibir Hana terangkat membentuk senyuman, ketika dia membaca pesan tersebut.Hana lalu mengusap perutnya seraya berkata, “Katanya, papa kamu kangen, Sayang.”Masih dengan senyumannya, Hana membalas pesan itu hanya dengan satu kata.[Bohong]Kemudian dia tekan tombol kirim.Sementara di rumah sakit, Andhika yang tadinya sudah memejamkan matanya tiba-tiba membuka kelopak matanya ketika bunyi notifikasi pesan masuk terdengar di ponselnya.“Hah?! Rupanya Hana membalas pesanku, alhamdulillah.”Andhika lalu mengirimkan pesan balasan pada Hana.[Aku nggak bohong kok. Aku memang merindukan kamu, Sayang. Please,
Read more
58. Mencari
Teriakan Andhika tak terdengar oleh Hana, karena wanita itu sudah masuk ke dalam taksi. Tak lama taksi tersebut meluncur meninggalkan area pusat perbelanjaan tersebut. Membuat Andhika menatap badan belakang taksi dengan tatapan kecewa.“Itu nggak salah lagi. Itu Hana, istriku. Meskipun terlihat agak berisi, aku yakin itu Hana. Aku nggak mungkin keliru dengan istriku sendiri,” gumam Andhika seorang diri.Di saat yang sama, sopir Andhika tiba di depan lobi pusat perbelanjaan. Andhika bergegas masuk ke dalam mobil.“Pak, ikuti taksi yang baru saja keluar dari sini! Itu yang warna biru mobilnya!” titah Andhika yang diangguki oleh sang sopir.“Siap, Pak.”Sopir Andhika lantas melajukan mobil sesuai dengan arahan pria itu. Hingga akhirnya mobil Andhika berada tepat di belakang taksi yang ditumpangi oleh Hana.Andhika yang terlalu fokus mengejar taksi yang ditumpangi oleh istrinya, lupa dengan langkah lainnya untuk menghubungi Hana. Dia lupa kalau dia harusnya menelepon Hana agar menyuruh so
Read more
59. Pertemuan
Sementara itu di unit apartemen Hana, Mutia bergegas menuju ke kamar Hana setelah dirinya menerima telepon dari resepsionis apartemen.Kedua bola mata Mutia berbinar ketika dirinya masuk ke kamar Hana. Bagaimana pun juga dirinya ikut senang mendengar kabar kalau Andhika ada di lobi. Artinya pria itu memang gigih mencari Hana, dan baru sekarang bisa menemukan mereka di sini. Dia berharap kalau hubungan Andhika dan Hana dapat membaik. Setidaknya demi bayi yang ada di kandungan Hana.Hana yang sedang rebahan di tempat tidur merasa heran melihat Mutia yang tersenyum semringah, ketika masuk ke kamarnya.“Ada apa sih, Mbak? Kok senyum-senyum terus? Ada kabar baik dari Jakarta?” tebak Hana yang langsung mendapat gelengan kepala dari Mutia sebagai jawaban.“Bukan, Han. Kabar baiknya bukan dari Jakarta, tapi dari lobi apartemen ini,” sahut Mutia dengan senyumannya yang mengembang di bibir.Hana memicingkan mata seraya berkata, “Kabar baik dari lobi apartemen ini? Apa itu? Apa ada diskon untuk
Read more
60. Ajakan Andhika
“Ehem.” Mutia sengaja berdehem untuk menginterupsi kedua insan yang sedang melepaskan kerinduan, karena cukup lama tak bertemu.Andhika melepaskan tautan bibirnya dan tersenyum menatap Hana seraya berbisik, “Sorry, aku lupa tempat. Kita lanjut di atas ya, Han. Kangen berat aku.”Wajah Hana tersipu. Namun, dia menganggukkan kepalanya dengan seulas senyum terbit di bibirnya.Andhika lalu menggandeng tangan Hana dan melangkah menuju lift, diikuti oleh Mutia.Sementara itu, David pun berlalu dari balik pintu kaca lobi apartemen. Pria itu kembali melangkah menuju ke mobilnya. Tak lama, dia melajukan mobil meninggalkan area apartemen dengan wajah yang tertekuk.***“Kamu sudah makan, Mas?” tanya Hana lembut ketika dia berada di atas pangkuan Andhika. Mereka saat ini berada di ruang tengah. Menyaksikan acara TV. Namun acara TV itu hanya sebentar mereka saksikan, karena dua sejoli yang sedang merindu lantas sibuk sendiri di sofa.“Sudah. Kamu sendiri bagaimana, sudah makan?” ucap Andhika bala
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status