Lahat ng Kabanata ng Bukan Perawan Kegatalan: Kabanata 31 - Kabanata 40
120 Kabanata
31. Caraku Menerimamu
Happy Reading*****"Di pikiranmu kenapa selalu ada kata rebut, Ma? Tidak bisakah kamu berpikir lain. Andai benar yang dibawa Hanum tadi adalah cucu kita. Tetap Aryan tidak berhak atas anak itu. Dia terlahir di luar pernikahan sehingga nasab jatuh pada ibunya." Lingga kembali melajukan kendaraan setelah menginjak rem secara mendadak."Papa ini bagaimana? Bukankah darah daging Aryan mengalir dalam diri anak itu jika benar dia anaknya Hanum. Sesuatu yang seharusnya menjadi milik kita, apa tidak boleh direbut jika berada di tangan orang lain." Nada suara mulai meninggi. Septi sungguh tak tahu jalan pikiran sang suami. Jelas-jelas Meilia akan kesulitan mempunyai anak. Mengapa yang sudah ada tidak diambil alih saja."Bisa tidak Mama berpikir jernih? Sampai kapan pun kita tidak bisa memiliki anak itu kecuali ada kebaikan Hanum, tapi tetap nasab itu tidak akan berpindah pada kelurga kita. Dia milik ibunya sampai kapan pun." Lingga melirik sang putra dari kaca di depannya."Semua karena kesal
Magbasa pa
32. Panik
Happy Reading*****Saraswati segera mengajak Hanum berdiri dan masuk ke kamar yang sudah disiapkan oleh Dirga tadi. Lalu, perempuan itu mengunci sang putri di kamar itu. Entah mengapa, perasaannya mulai tidak tenang. "Pokoknya, kita jangan keluar sampai perempuan itu dan keluarganya pergi. Mama tidak ingin terjadi sesuatu pun di sini. Jelas niat perempuan tadi tidak baik. Apalagi ketika menatap Azri. Untung saja kita bisa pergi tanpa sepengetahuannya."Hanum mengangguk patuh. Memang ada rasa takut ketika melihat wajah Septi tadi. Bayangan masa lalu dan kata-kata penghinaan yang terlontar dari mulutnya begitu membekas dalam diri Hanum. Beruntung, ada seorang perempuan yang tadi memanggil Septi sehingga Hanum dan Saraswati bisa meninggalkannya tanpa diketahui.*****Selesai berbincang dengan salah satu klien garment, Septi mencari sosok Hanum dan perempuan yang berada di sampingnya. Sekilas tadi, dia melihat wajah bayi dalam gendongan yang sangat mirip Aryan kecil. Dari jarak dekat b
Magbasa pa
33. Pengejaran
Happy Reading*****Sejak saat itu, setiap kali Septi datang mengikuti acara tahlil meninggalnya Rahmi. Selalu saja menanyakan tentang Hanum membuat Dirga sangat jengah. Rasanya tak sabar menunggu acara tahlil itu selesai karena sekarang adalah hari terakhir. Esok, Dirga akan langsung terbang ke Lombok. Jika sang atasan tak mengijinkan untuk cuti, maka dengan terpaksa dia akan melepas jabatan di garment.Biarkan saja si anak manja dan malas itu yang mengurus semua. Bukankah, Aryan akan menggantikan posisi Lingga setelah ini. Lalu, mengapa Dirga harus berusaha payah. Jika bukan karena desakan sang Bunda tentu lelaki itu tidak akan pernah mau bekerja di sana. Sekarang, Rahmi sudah berpulang. Maka, Dirga akan dengan senang hati melepas jabatannya di garment. Dia akan kembali mengurus restoran yang sudah dibangunnya dengan susah payah."Ga, Bapak rasa mulai besok kamu harus masuk kerja. Banyak pekerjaan terbengkalai selama kamu ijin. Asistenmu kurang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan b
Magbasa pa
34. Katanya Romantis
Happy Reading*****Masuk ke dalam ruangannya, Hanum disambut dengan buket mawar serta senyuman termanis dari lelaki gagah di samping Lathif. Perempuan itu bahkan tidak bisa menolak ketika buket mawar diserahkan di depan sang Papa."Kok, ada di sini, Mas? Bukannya, masih dalam keadaan berkabung?" Hanum terpaksa mengambil buket itu setelah menyerahkan Azri kepada Lathif."Sudah selesai tujuh hari, Num. Mas, kangen sama Azri. Pengen cepet-cepet ke sini," alibi Dirga. Lelaki itu mengambil si bayi dalam gendongan Lathif."Kangen sama Azri apa bundanya, Nak?" goda Lathif, "kalian ngobrol saja. Papa lanjutkan kerjaan." Lelaki paruh baya itu duduk di meja Hanum. Dirga kepalang senang mendengar perkataan Lathif. Akan tetapi setelah melihat lelaki itu tetap berada di ruangan Hanum, semua buyar. Wajah Dirga seketika masam. Sudut bibir Hanum terangkat melihat lelaki yang dulu suka sekali jahil itu. "Duduk, Mas," pintanya."Tidak ingin jalan-jalan, Num?" bisik Dirga. Entahlah, dia sedikit cang
Magbasa pa
35. Jatuh yang Sebenarnya
Happy Reading*****Kaisar serta Dirga berlarian ke arah jeritan Hanum. Mereka meninggalkan sahabatnya begitu saja. Begitu terlihat riak air dalam kolam. Tanpa pikir panjang Dirga langsung menceburkan diri ke kolam. Si Abang pun melakukan hal yang sama karena kedua tangan Hanum mengangkat tubuh Azri tinggi-tinggi supaya tidak tenggelam. Hanum sendiri sudah tidak mempedulikan keadaannya. Dirga dengan cepat mengapit tubuh sang pujaan menepi, sedangkan Kaisar segera mengambil Azri. Di dekatnya bayi mungil itu yang malah tersenyum kegirangan."Hai ponakan uncle, kenapa kamu malah tertawa bahagia? Tidakkah kamu lihat bundamu hampir tenggelam?" Kaisar memegang kedua pipi Azri dengan jempol dan telunjuknya. Dia kini sedang duduk di tepian kolam sambil menunggu Dirga dan Hanum.Napas si perempuan terengah-engah bahkan sampai terbatuk-batuk karena banyak meminum air. Mereka semua kini basah kuyup. Masih dengan napas memburu, Dirga menatap Hanum."Kamu tidak bisa berenang?"Hanum menggelengka
Magbasa pa
36. Poin Plus
Happy Reading*****Setengah jam kemudian, ketiga lelaki itu sudah selesai dengan semua pembahasan bisnis mereka. Hanum yang sejak tadi berada dalam kamar dipanggil untuk pulang. Sengaja tidak menyuruh perempuan itu keluar, Dirga tidak ingin mata Tio melihat keindahan tubuh Hanum. Tahu persis bagaimana watak sahabat satu itu. Tidak bisa melihat cewek cantik dengan body aduhai. Sekalipun Hanum mengenakan piyama yang cukup tertutup, tetapi bahannya sangat tipis. Menit selanjutnya, Dirga keluar bersama dengan Hanum yang menggendong Azri."Sudah, Ga?" tanya Kaisar."Ayo, Kai." "Yo, kita pulang dulu, ya. Kalau ada perubahan rencana langsung hubungi aku saja. Besok mungkin Dirga sudah pulang ke Bali." Kaisar berusaha memindahkan tubuh Azri dalam gendongan Hanum. Namun, bayi mungil yang semakin gembul itu menolak dengan mengeluarkan tangisannya. Sejenak, Tio terpaku melihat bentuk tubuh Hanum yang terlihat sempurna dengan pakaian tipis. Apalagi disela-sela kancing piyama yang dikenakan t
Magbasa pa
37. Benteng yang Melindungimu
Happy Reading*****Dirga masih betah mengelus rambut dan punggung Hanum. Sampai saat ini, wanita itu masih betah menangis di pelukannya. "Nangisnya udahan, ya. Sekarang ceritakan ada apa? Om Lathif sudah mengusir orang itu," kata Dirga. Hanum mengurai pelukannya dan menatap lelaki yang dipeluknya tadi. Isakannya masih sangat keras saat ini."Dia melecehkan aku, Mas. Kenapa semua orang berpikir rendah tentang diriku? Apa di mata mereka, aku hanyalah perempuan yang akan mudah tergoda dengan rayuan harta." Hanum menyusut ingus yang akan keluar dari hidung. "Dari dulu, aku nggak pernah berpikir untuk mendekati lelaki kaya mana pun. Dekat dengan Papa juga bukan kehendakku. Mereka keluarga yang baik, jika bukan karena Papa dan Mama mungkin aku sudah masuk ke rumah sakit jiwa saat ini. Nggak terlintas sedikitpun dalam pikiranku menjadi selingkuhan Papa. Apa segitu hinanya aku di mata orang lain?" Tangis Hanum pecah. Tak peduli lagi kini dirinya berada di restoran yang sudah buka dengan
Magbasa pa
38. Kembali Tumbang
Happy Reading*****Sesaat sebelum Dirga kembali mencecar Lathif dengan pertanyaan seputar kelahiran Azri, Saraswati datang membawa obat dengan tergopoh. "Pa, di mana putriku?" tanya Saraswati panik. Dia sudah membawakan obat sekaligus pakaian ganti sesuai suruhan suaminya.Lathif mengarahkan jari telunjuknya pada pada kamar mandi sementara Dirga masih berdiri mematung di depan pintunya. "Papa apakah Hanum?" teriak Saraswati sambil mengguncang pelan lengan suaminya."Tante, mana obatnya. Dirga takut Hanum kedinginan di sana." Dirga segera menyadari keberadaan Saraswati saat itu juga karena mendengar suara teriakan.Saras melangkahkan kaki mendekati Dirga dan menyerahkan botol kecil berisi obat yang dikonsumsi Hanum jika tubuhnya mulai merasakan depresi. Melebarkan mata, Saras melihat Hanum terduduk di lantai kamar mandi. Kedua lututnya tertekuk dan gadis itu memeluknya erat. Di sebelah Hanum duduk ada sapu tangan yang baru Dirga lepaskan. "Apa yang terjadi sebenarnya, Nak Dirga? Ke
Magbasa pa
39. Ibu Oh Ibu
Happy Reading*****"Bu, tenang. Hanum bisa jelaskan semua. Ibu jangan berpikiran negatif dulu. Bukannya Hanum nggak pernah telat kirim uang bulanan untuk Adik dan juga Ibu? Lalu, kenapa ibu sampai datang ke sini?" Si perempuan melirik Kaisar. Ada rasa sedih ketika abangnya harus melihat kejadian ini."Ibu masih marah sama kamu, Num. Kenapa mesti berbohong pada ibu?" Pagi-pagi sekali, restoran Hanum sudah dihebohkan dengan kedatangan ibunya. Perempuan yang telah melahirkan Hanum itu sudah berdiri di parkiran. Sulitnya menghubungi Hanum menyebabkan Zainab langsung datang ke restoran tempatnya bekerja.Zainab melirik Kaisar yang terlihat melongo dan diam saja sejak tadi. Bahkan kini, lelaki itu tengah sibuk dengan ponselnya. Tidak tahu saja Zainab bahwa Kaisar tengah dilanda ketakutan saat ini melihat wajah marahnya."Ibu marah kenapa? Hanum bohong soal apa, Bu?"Masih diliputi pertanyaan, salah satu pegawai restoran menyapa Hanum. "Selamat pagi, Bu Hanum. Tadi ada salah satu konsumen
Magbasa pa
40. Kebohongan Terencana
Happy Reading*****Pada akhirnya, Zainab mengikuti kemauan Dirga. Begitu terpesonanya perempuan itu dengan segala keadaan di rumah besar Lathif. Sejak masuk mobil, Zainab sudah bisa menduga bahwa keluarga Dirga adalah orang berada. Lalu, mengapa putrinya masih belum mau menceritakan perihal Dirga dan keluarganya.Masuk ke ruang tamu, Zainab makin dibuat kagum. Segala perabotan yang ada di rumah itu terlihat mahal bahkan dia belum pernah melihat perabotan seperti itu di rumah orang paling kaya di kampungnya. Zainab menarik pergelangan tangan Hanum."Num, ini beneran rumah calon suamimu?" bisik Zainab, tetapi suaranya cukup keras dikatakan sebagai bisikan. Lathif dan Saras bahkan bisa mendengarnya dengan jelas."Rumah Dirga bahkan lebih luas dari ini, Mbak," sahut Saraswati. Hanum bahkan sampai membulatkan mata mendengar perkataannya. Sang mama angkat cuma tersenyum menanggapi."Tante melebih-lebihkan. Rumahku biasa saja, Tan," jawab Dirga tak ingin kebohongannya lebih besar lagi.Lath
Magbasa pa
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status