Semua Bab Status Janda, Bikin Resah!: Bab 41 - Bab 50
60 Bab
BAB 40.
"Mas mau bukti 'kan!? Nih, aku kasih buktinya!" Ku perlihatkan HP si Dudu yang layarnya sedang menunjukkan adegan, di mana Dia sedang berujar mesra dengan seorang wanita. Ya, ini tentang Dia. Video yang bikin aku naik darah sampai mendidih. Bahkan, bikin aku jadi uring-uringan tak jelas.Dan itu semua, gara gara dia dan videonya.Ngeselin!Hal tak terduga kembali terjadi. Kini, aku malah melihatnya tertawa. Bukan lagi tersenyum. Aneh bukan? Ada ya, yang begitu? Orang lagi marah juga. Tapi, dia malah ketawa. Bukannya merasa bersalah dan menyesalinya! Dasar buaya!Harusnya, aku gak mudah percaya gitu aja sama buaya. Karena ternyata, buaya darat emang gak setia. Beda Ama buaya muara.Huh! Jadi malah bahas buaya 'kan jadinya?"Ngapain Mas ketawa? Lucu?" tanyaku ketus. Seketus wajahku saat ini. Tak ada senyum di bibir, apalagi tawa.Enak aja!
Baca selengkapnya
BAB 41. Dilema
Sekarang, aku di buat dilema. Antara mau mendengar atau tidak.Dia, yang namanya masih belum ingin ku sebut, terus menerus menggodaku dengan caranya."Kalau kamu memang mau mengetahui siapa wanita yang ada dalam video itu, saya akan beritahu kamu tanpa membohongi. Tapi, kalau kamu memang tak mau tahu dan juga tak mau mendengarkan, ya sudah. Saya tidak akan maksa kamu."Tidak! Aku ingin tau siapa wanita itu. Tapi, aku terlalu gengsi untuk mengatakannya.Si-al! Semua ini gara gara gengsi!"Ya sudah, kalau kamu emang gak mau dengar. Sekarang saya pergi. Titip salam buat Dudu," ujarnya berpamitan. Pakai titip titip salam segala lagi buat si Dudu.Dia berbalik badan. Namun, dengan gerakan cepat aku menahan langkahnya."Tunggu, Mas." Dia menoleh. Ada sedikit senyum lagi terbit di sana. Aku jadi gemes sendiri melihatnya."Kamu nahan saya, Sis?" tanyanya.
Baca selengkapnya
BAB 42. Salah paham ternyata!
"Oh, jadi kamu Du, yang udah kasih video saya sama adik sepupu saya?""Hah! Apa?!" Si Dudu membelalak. Begitu pun dengan aku yang sama terkejutnya dengan si Dudu. Adik sepupunya, Dia bilang? Ku perhatikan lagi dengan saksama, putaran video yang di berikan oleh si Dudu. Dan baru aku ngeh saat ini, ternyata wanita yang ada dalam Video bersama si Dia itu, memakai seragam putih abu. Menandakan jika ia masih berstatus sebagai seorang pelajar menengah atas. Wajahku mendongak. Dan bertepatan dengan itu, matanya juga sedang menatap wajahku. Pandangan kami berdua saling bertemu. Hingga, si Dudu mengeluarkan suaranya yang nyaring. Membuat kami engakhiri pandanganm kami. "Aduh, ya ampun! Jadi, yang ada di dalam Video itu adik sepupunya, Mas Ganteng?!" ujar si Dudu so kaget. Entahlah, entah ia keget beneran, atau hanya settingan. Aku gak tau! "Kenapa kamu kasih video itu sam
Baca selengkapnya
43. Nyunat orang!
Angga kembali mengucap janji setelah tadi meminta maaf padaku, karena tak jadi datang malam lalu, untuk membantuku berjualan nasi goreng. "Saya janji, malam ini kalau saya tidak ada halangan, saya akan datang ke tempat jualan kamu, buat bantuin kamu," ucapnya waktu itu, saat ia masih ada di rumah kontrakanku. Setelah kesalahpahaman antara aku dan Angga telah Usai. Kini, hubunganku dengannya terlihat sedikit membaik. Apalagi, setelah Angga melakukan panggilan video call pada seorang wanita yang wajahnya sama seperti di dalam video yang di tunjukan oleh Dudu, aku semakin yakin jika Angga memang tidak membohongi aku. Apalagi membodohi aku.Dia bukan buaya darat rupanya. Dia buata muara yang setia.Ah, semoga aja. Aku gak mau dia jadi buaya darat. Ngeri!"Sis," panggil si Dudu dengan sedikit berteriak. Aku yang sedang berada di depan cermin sedang berhias diri, langsung mengalihkan mata menatapnya yang berada di belakang
Baca selengkapnya
BAB 44. Jadi janda itu berat!
"Eh, ada janda! " Seseorang bersuara. Lantas ku langsung memandang ke arah sumber yang bersuara barusan. Ternyata.. Itu adalah suaranya si Jumi, alias Juminten. "Ngapain kamu panggil panggil aku? Nge fans ya kamu sama aku? " tanyaku dengan nada sengit. Mentang mentang dia udah ninggalin masa jandanya, dia bisa seenaknya manggil aku dengan sebutan janda. Walau aku ini memang seorang janda. Tapi, gak bisakah dia manggil aku dengan sebutan nama aja?"Idih, nge fans?! Sorry ya! Kamu bukan level aku! Emangnya kamu ini siapa? Artis? Kamu selebritis? Atau, kamu mantannya artis? Duh, ngarep! Janda narsis sih, iya!" kata si Jumi yang berucap begitu menggebu gebu. "Siska emang bukan artis, bukan pula yang kamu sebutin barusan. Tapi, Siska ini memang seorang janda yang punya daya tarik luar biasa. Sampai sampai, suami kamu sendiri aja, klepek-klepek sama Siska." Si Dudu turun tangan. Ia ikut campur dalam membelaku di depan si mantan janda in
Baca selengkapnya
BAB 45. Sembunyi dibalik semak.
Meninggalkan si mas Jaka buncit yang pede-nya gak abis pikir. Kini, di sinilah aku dan si Dudu berada. Di tempatnya si Naura and teh geng soang.Ku perhatikan dari sini. Dari jarak yang tak lebih dari lima meter, di sebuah warung yang ramai dengan kumpulan para wanita manja. Si Naura dan kawan kawannya sedang tertawa terbahak bahak. Bahkan, ada yang sampai terpingkal pingkal, saking lucunya apa yang sedang di ceritakan oleh si Naura.Darahku mendidih saat mendengar si Naura berceloteh bangga, karena sudah berhasil memberikan sebuah video pada si Dudu, hingga membuat teman temannya yang lain, pada tertawa."Si janda gatel itu, pasti sekarang udah putus sama pacarnya yang ganteng itu. Lagian, dia mana pantes sama cowok ganteng. Dia mah, pantesnya jadi istri keempatnya si mas Jaka. Biarin aja dia saingan sama istri pertama, kedua dan ketiganya. Asal, jangan saingan sama aku. Karena dia gak bakalan menang dari aku," cerocosnya tanpa tau, kala
Baca selengkapnya
BAB 46. Kemana perginya pelangganku?
Aku pulang dengan keadaan hati yang puas. Bagaimana tidak, ucapanku padanya mengenai almarhum suamiku, membuatnya kalah telak, bahkan sebelum berperang. "Kamu hebat, Sis. Si Naura langsung mati kutu, karena ucapan kamu," puji si Dudu dengan wajah semringah. Dan aku hanya bisa menanggapi dengan senyum tipis. Bagiku, mengingat kembali sosok almarhum mas Salman, selalu membuat luka di hati terbuka kembali. Walau sudah ada sosok Angga. Tapi, mas Salman masih selalu ada di hati. "Tapi, aku beneran gak nyangka, ternyata si Naura itu cinta mati sama almarhum suami kamu. Ngeri juga ya? Naura sampai benci banget sama kamu kaya gitu. Atau jangan jangan, Reyhan pun cuma Naura jadikan pelampiasan aja," tebak si Dudu. Aku terdiam sesaat. Menimang dan memiirkan pertanyaannya. Kalau itu benar, kasihan juga Reyhan. Tapi ... ah, memangnya apa peduliku? Toh, Reyhan bukan siapa siapa aku. Aku hanya mengenalnya tanpa sengaja. Tak lebih
Baca selengkapnya
BAB 47. Virus cinta.
"Sis, Sis. Lihat itu, Sis." Si Dudu menunjuk ke depan dengan suara yang terdengar kaget. Bahkan, setelah menunjuk, tangannya menepuk nepuk pahaku beberapa kali.Penasaran dengan apa yang di lihat oleh si Dudu, aku pun langsung langsung melihat ke depan. Dan betapa terkejutnya aku ... di sana terlihat sosok Angga dan beberapa orang. Ah, bukan beberapa. Tapi, banyak orang yang sebelumnya belum pernah aku lihat. Kini, berjalan beriringan dengan Angga, menuju ke arahku."I, itu Angga kan?" aku mengerjap. "Eh, maksud aku, itu ... mas Angga kan?" tanyaku dengan meralat nama panggilan untuknya. Suaraku sedikit kaku. Mungkin, efek kejut dari kedatangannya dan orang-orang yang ada di samping dan di belakangnya."Hooh, Sis. Itu, mas mu," kata si Dudu menjawab.Angga mendekat. Dan tanpa ku sadari, tiba tiba aja Angga sudah berada di depanku.Lagi lagi mataku mengerjap karena kaget."Malam, Sis," sapanya terdengar lembut.
Baca selengkapnya
BAB 48. Kenapa dengan si Dudu?
Fokus, Sis. Fokus! Jangan gara gara Angga ganteng, kamu jadi gak fokus begini buatin pesanan orang. Kalau nasi gorengnya keasinan, atau mungkin kepedasan, atau malah hambar kayak perasaanku sama Reyhan sekarang, gimana? Aih, bisa bisanya aku bawa bawa nama tunangannya si Naura yang gak jelas itu. "Cepetan, Sis, goreng nasinya. Yang lain udah pada nunggu," kata si Dudu yang tak kalah repot dariku. Berulang kali kulihat si Dudu meracik bumbu sambil mengambil napas dalam dalam. Aku bahkan sampai kewalahan. Dari mana sih Angga dapat para pelanggan ini? Apa mereka ini para pekerjanya? Atau para saudara? "Kamu capek, Sis?" Sebuah suara yang lembut dan menenangkan, terdengar. Aku menoleh dan merasa diperhatikan. Itu suara Angga yang barusan. "Ah, enggak kok, Mas. Udah biasa," balasku cepat, tanpa mengalihkan pandanganku dari nasi goreng yang sedang aku aduk aduk men
Baca selengkapnya
BAB 49. Jangan cengen! Inget umur.
"Ini, Du." Aku menyodorkan beberapa lembar uang ke arah si Dudu. Tiba tiba matanya langsung membelalak. Ia menatapku tidak percaya. Kenapa lagi kah si Dudu ini?"Sis, kamu serius ngasih aku segini?" tanya si Didi akhirnya. Karena aku memang serius, aku pun langsung menganggukkan kepala. Tanpa di duga, si Dudu malah memelukku dengan erat. Ia sesenggukan. Air matanya mengalir ke pundakku. Semoga aja, Iker atau ingusnya gak ikut ikutan."Du, Dudu," panggilku pelan."Kamu baik banget sih, Sis. Aku-- aku--"Loh, loh, si Dudu malah mewek. Ku tepuk tepuk Pelan pundaknya untuk menenangkan. Tapi, bukannya tenang, si Dudu ini malah makin kencang tangisannya.Aduh, aku jadi panik sendiri. Gimana kalau ada orang yang dengar dan ngira aku macem macemin si Dudu. Kan gawat!"Tenang, Du. Tenang. Kamu mau, aku di gerebek tetangga, gara gara kamu nangis di kontrakan aku?" tanyaku den
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status