All Chapters of Sang Ksatria Malam: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Bab 21: Sebuah Perayaan

"Alangkah baiknya jika kalian bertiga sekarang ini segera membersihkan diri dan beristirahat. Besok ada serangkaian acara perayaan, barangkali kalian mau ikut," ajak Master Li Mo. "Lho, bukannya perayaan itu cuma sampai hari ini ya master," tanya Bajulgeni memastikan. "Memang hari ini adalah hari terakhir untuk perayaan berdirinya padepokan Naga Langit. Tetapi besok adalah peringatan lahirnya kungfu sedunia." jelas Master Li Mo."Kungfu? Apa itu?" tanya Bagaskoro penasaran. "Jadi begini, di padepokan ini kami mengadopsi serta mengkombinasikan beberapa aliran seni beladiri. Diantaranya yang kami kombinasikan adalah silat, karate dan kungfu. Akan tetapi yang paling mencolok diantara ketiganya adalah kungfu. Karena itulah kungfu dianggap spesial disini. Apakah Xi Zhang tidak menjelaskannya kepada kalian berdua?" ujar Master Li Mo. Bagaskoro dan Bajulgeni menggeleng-gelengkan kepala pertanda Xi Zhang tidak menceritakan apapun tentang kungfu kepada mereka berdua. "Maaf, aku kelupaan soal i
Read more

Bab 22: Hari Pertama Perayaan

Setelah keluar dari ruangan Master Li Mo, Bajulgeni segera menemui Bagaskoro dan Xi Zhang. Nampaknya kedua orang tersebut telah lama menunggu Bajulgeni. "Bajulgeni, dari mana saja kau ini. Kami sudah menunggumu sedari tadi, apa yang sebenarnya kau lakukan?" seru Xi Zhang. "Ehhh, maaf maaf. Aku tadi menemui Master Li Mo sebentar. Ada beberapa perihal yang ingin ku bicarakan dengan beliau tadi," sahut Bajulgeni. "Oh ya, ngomong-ngomong kapan Master Li Mo pergi ke festival?" tanya Bagaskoro. "Biasanya master pergi ke festival di kala waktu pembukaan dan penutupan saja. Selebihnya beliau hanya bermeditasi di Padepokan," jelas Xi Zhang."Baiklah, kelihatannya sudah tidak ada lagi yang perlu ditunggu bukan? Bagaimana kalau kita segera pergi menuju tempat perayaan saja?" Bajulgeni menyela. "hmmm, boleh boleh saja. Kalau begitu ayo kita pergi!" teriak Xi Zhang.Akhirnya mereka pun pergi ke tempat perayaan Kungfu atau biasa juga disebut festival kungfu. "Kukira awalnya tempat perayaannya di pa
Read more

Bab 23: Hari Kedua Perayaan

"Hei! Hei! Ayo bangun. Bajulgeni, Xi Zhang, ayo segera bangun. Kalau tidak, kita akan terlambat," Teriak Bagaskoro. "Hooooo, tunggulah sebentar. Paling tidak 5 menit lagi lah," ujar Xi Zhang sambil menguap. "Ya, betul itu Bagaskoro. Kami masih sangat mengantuk. Beri kami waktu 5 menit lagi," sahut Bajulgeni."Ayolah, kita akan terlambat ke festival nanti. Aku sudah sangat penasaran ini," tegas Bagaskoro. "Kau tenang saja Bagas. Di hari kedua hanya ada penampilan-penampilan kungfu saja. Tidak ada yang begitu menarik dari itu semua. Lebih baik kau lanjut istirahat lagi, nanti malam akan ada festival kembang api yang lebih meriah." jawab Xi Zhang sembari memejamkan matanya."Tapi," tolak Bagaskoro. "Zzzzzz..." bunyi dengkuran Xi Zhang dan Bajulgeni. "Huuuuu, ya sudahlah. Aku akan belajar saja. Mungkin ada banyak buku menarik untuk kubaca," batin Bagaskoro.Bagaskoro pun melangkahkan kakinya ke luar kamar. Setelah keluar dari kamar terbesit dalam pikirannya untuk mengelilingi padepokan Na
Read more

Bab 24: Hari Terakhir Perayaan

Menjelang pagi hari, dentuman kembang api masih menggelegar di langit yang gelap. Ayam yang berkokok terlihat tiada berguna, manakala bertanding dengan ledakan-ledakan kembang api di udara. Suasana semilir angin di padepokan Naga Langit membangunkan Bagaskoro. Melihat ke luar jendela, Bagaskoro hanya mendapati langit gelap menjadi terang bukan karena pancaran cahaya matahari. Ia melihat langit yang dipenuhi kembang api bak bintang gemintang di luar angkasa. Ia melihat ke samping kanan dan kiri nya, tak ia dapati Bajulgeni dan juga Xi Zhang."Kemana perginya Bajulgeni dan Xi Zhang ya? Tidak seperti biasanya, apakah mereka masih belum pulang dari alun-alun ya?" gumam Bagaskoro. "Oh kau sudah bangun Bagaskoro," ujar Bajulgeni yang baru saja habis mandi. "Iya, aku baru bangun. Aku mendengar letusan kembang api di luar sana, kukira tadi masih malam. Eh ternyata, ini sudah menjelang pagi." ucap Bagaskoro."Yo, selamat pagi semua. Akhirnya kau sudah bangun juga Bagaskoro," teriak Xi Zhang. "
Read more

Bab 25: Sebuah Kejutan

Keesokan harinya, langit nampak gelap gulita. Terpaan angin semilir menyejukkan badan. Tidak terdapat tanda-tanda ayam berkokok atau burung bersiul. Bagaskoro membuka jendela, mencoba menengok ke luar. Dia tidak mendapati seberkas sinar matahari. Setelah ia menengok lebih jelas ternyata Mega mendung yang menutupi langit. Tampaklah Kesunyian menyelimuti seluruh padepokan."Uhhhh, mengapa kalau mendung di pagi hari selalu rasanya sepi sekali ya? Memang syahdu tapi tidak menyenangkan. Ngomong-ngomong dimana Bajulgeni dan yang lainnya ya? Apakah mereka sudah latihan terlebih dahulu," batin Bagaskoro. Tiba-tiba, "Huaaaaaaa," kejut Bajulgeni. "Aaaaaghhhhhhh," teriak Bagaskoro terkejut. "Hahahaha, hahahaha, kau terkejut ya. Mengapa kau melamun terus dari tadi. Sudah kupanggil beberapa kali, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan saja. Apa yang ada di pikiranmu saat ini?" ejek Bajulgeni. "Huuuu, Huuuu, Huuu. Kau ini ada-ada saja. Tidak mengenakkan orang kau ini," sahut Bagaskoro dengan nafas
Read more

Bab 26: Alasan Guru Mada

Bagaskoro dan Bajulgeni terkejut dengan perkataan Master Li Mo. Mereka berdua semakin penasaran dibuat olehnya. "Apa yang sebenarnya ada di pikiran Master Li Mo. Kejutan apa yang hendak diberikan olehnya. Aku menjadi semakin penasaran," pikir Bagaskoro."Master, memang apa yang ingin master berikan. Apakah itu untuk salah satu dari kami atau untuk kami berdua?" tanya Bajulgeni. "Ini untuk kalian berdua. Tunggulah sebentar, aku akan masuk dan mengambilnya. Kalian jangan kemana-mana ya," jelas Master Li Mo. "Baik master!" ucap keduanya serempak.Master Li Mo pun membuka sebuah pintu rahasia yang ada di salah satu dinding. Di dalam ruangan tersebut, nampak ruangan yang lebih gelap dari ruangan sebelumnya. Sampai sampai Bagaskoro dan Bajulgeni tidak bisa melihat apapun di dalam ruangan tersebut."Kira-kira apa yang akan diberikan oleh Master Li Mo ya?" tanya Bagaskoro kepada Bajulgeni. "Entahlah, mungkin sebuah senjata. Semisal keris atau pedang, atau tombak, atau apapun lah," tebak Bajul
Read more

Bab 27: Kesedihan Di Malam Perayaan

"Kapan? Di mana? Bagaimana cara Guru Mada bertemu guru saya?" tanya Irman. "Kau pasti tau kan sebelumnya aku sempat menghilang. Sebenarnya aku tidak menghilang pada waktu itu. Hanya saja aku tersesat di waktu ikut rombongan festival. Aku terbawa menuju Padepokan Bayangan Singa," jelas Guru Mada. "Oh jadi pada waktu itu, guru tersesat ya. Lantas bagaimana guru bisa kembali lagi ke sini?" tanya Irman heran. "Aku mengikuti rombongan festival di hari terakhir. Toh, mereka melakukan perjalanan kembali dari Padepokan Bayangan Singa menuju alun-alun dekat bandar pelabuhan kan," jelas Guru Mada."Maaf guru, jika aku boleh tau. Hal apa saja yang guru temukan sewaktu guru berada di padepokan Bayangan Singa selain guru menjumpai Ki Segara Wetan?" tanya Irman kembali. "Hmmm, begini nak. Sebenarnya aku hanya diberi titipan surat ini oleh Guru mu, aku tidak bisa berbincang secara langsung," jelas Guru Mada sembari memberikan sepucuk surat kepada Irman. "Jadi Guru Mada hanya berpapasan saja dengan G
Read more

Bab 28: Berangkat ke Kahn

Irman segera membuka surat yang ditulis oleh sang guru. Di surat tersebut, hanya berisi tentang perintah dari Ki Segara Wetan kepada Irman, agar menuruti segala kata dari Guru Mada. Sebagai seseorang murid yang penurut, Irman tentunya akan menuruti segala kata yang ditulis oleh gurunya di surat tersebut."Apa kau sudah selesai membacanya?" tanya Guru Mada. "Sudah guru, saya telah selesai membacanya," jawab Irman. "Baguslah kalau begitu. Sekarang kita harus mempersiapkan diri untuk berangkat ke Kerajaan Kahn. Oh maaf maksudku kalau kau mau ikut. Kalau kau tidak berminat ikut ya sudahlah tidak masalah," jelas Guru Mada. "Aku ikut guru, bagaimanapun juga aku akan menyelamatkan guru ku dari Si Keparat Wei Fang itu," sahut Irman dengan amarah menyala-nyala. "Kau punya semangat yang bagus nak, namun perlu kau ingat satu hal. Kita harus dapat mengontrol emosi kita apa pun yang terjadi. Jika kita sampai mendahulukan emosi daripada akal sehat. Kita akan mati di tempat sebelum kita berperang," t
Read more

Bab 29: Identitas Master Li Mo

Bagaskoro dan Bajulgeni masih berada di dalam ruangan khusus Master Li Mo. Akan tetapi, buku yang diberikan oleh Master Li Mo tersebut menggunakan aksara sansekerta kuno. Untungnya di buku tersebut terdapat catatan di beberapa halaman buku. Catatan tersebut diselipkan oleh Master Li Mo tatkala Master Li Mo mencoba menafsirkan arti buku tersebut. Di beberapa halaman pula Master Li Mo menandai beberapa kata yang dinilai punya makna ganda."Buku ini memang unik ya kang," ujar Bagaskoro. "Begitulah, tapi aku tidak bisa paham semua bahasanya," jelas Bajulgeni. "lho, bukankah kakang paham tentang bahasa sansekerta ya?" tanya Bagaskoro. "Ya aku memang paham, namun di beberapa kutipan itu ada bahasa kuno lainnya. Ditambah ada beberapa istilah yang mengartikan makna lain di dalamnya," jelas Bajulgeni.Bajulgeni yang mengerti bahasa sansekerta terus meneliti isi buku tersebut. Ia membaca halaman daftar isi yang kebetulan menggunakan bahasa sansekerta dengan cermat. Ia membaca dengan teliti, bah
Read more

Bab 30: Ikatan dan perpisahan

Setelah mendengar penuturan Master Li Mo, Bajulgeni terkejut bukan kepalang. Sejenak Bajulgeni mencoba mengingat-ingat tentang semua pelajaran yang sudah diberikan oleh gurunya. Termasuk, dulu ia pernah diceritakan bermacam-macam hal oleh gurunya. Bajulgeni dengan sekuat tenaga masih mencoba mengingat-ingatnya. Ia tidak asing dengan nama Wijaya Negoro."Ada apa kakang? Adakah suatu hal yang aneh?" tanya Bagaskoro memastikan. "Entahlah aku sepertinya pernah mendengar nama Wijaya Negoro. Dan seingatku juga, dulu aku terkagum-kagum tidak karuan. Aku ingat betul Guru Mada pernah menyebut nama itu," jelas Bajulgeni. "Oh jadi begitu ya," timpal Bagaskoro. "Bagaimana nak? Apa ada hal yang perlu kau tanyakan. Atau ada hal yang ingin kau diskusikan. Kelihatannya kau berpikir sangat keras," ujar Master Li Mo yang ternyata memiliki nama asli Wijaya Negoro tersebut."Maaf Master Wijaya, aku ingin bertanya beberapa hal jika diizinkan. Sebelumnya aku benar-benar minta maaf, jika nantinya aku menyin
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status