Semua Bab Takdir Cinta Khairunnisa : Bab 21 - Bab 30
43 Bab
BAB. 19 HASRAT YANG TERTUNDA
"Nis, kerudungmu terbalik, benerin dulu sana di toilet." Lemas, letih, lesu, loyo dan entah apalagi yang kurasa saat mendengar apa yang ia bisikkan padaku. Aku seperti terlena di awangawang lalu tiba-tiba tanpa ampun terhempas ke bumi. Tak tahu seperti apa rupaku saat itu. Buru-buru kuteliti kain paris biru yang mentup kepala dan ... dyarrr !!! Ternyata benar, kerudungku terbalik! Secepat kilat aku berlari ke toilet, meninggalkan Mas Iqbal yang tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkahku. *** Kupandangi pantulan wajahku di cermin. Pipi ini masih terasa panas dan memerah. Malu, kecewa dan entah apalagi yang kurasa. Astaghfirullahaladzim ... karena terlalu bersemangat untuk menemui Mas Iqbal, sampai-sampai kerudung yang kupakai terbalik. Beruntung Mas Iqbal mengetahui lebih awal, jadi aku bisa segera membetulkannya di toilet. Bayangkan, kalau sudah ke mana- mana baru ketahuan, mau ditaruh di mana muka ini? Aku terlalu berharap pada Mas Iqbal, ternyata dugaanku jauh d
Baca selengkapnya
BAB. 20 MAS IRSYAD
Setelah menempuh perjalanan kira-kira dua setengah jam, akhirnya kami sampai di rumah sakit. Ada dua orang pengurus panti yang menemani Mas Irsyad. Menurut mereka, beberapa hari ini kondisi Mas Irsyad tidak fit, dokter di panti menyarankan Mas Irsyad untuk istirahat. Namun, Mas Irsyad tidak mengindahkan. Ia tetap membantu pengurus panti bekerja. Puncaknya, saat salah seorang temannya mendapati Mas Irsyad tergeletak di kamar mandi. Mungkin karena terlalu capek, ditambah kondisi badan yang drop hingga akhirnya ia terjatuh usai mandi. Setelah diperbolehkan oleh dokter, akhirnya kami masuk ke ruang rawat. Sementara kedua orang tadi minta ijin untuk kembali ke panti. "Abah ... Umi ...," sambut Mas Irsyad dengan suara serak. Ia berusaha bangkit dari tidurnya, namun buru-buru Umi melarang. Selama tinggal di rumah Abah dan Umi, baru kali ini aku bertemu dengan putra tengah keluarga Hambali. Meski bertetangga, tapi Mas Irsyad di pesantren jadi kami jarang bertemu. Terakhir mungkin lima atau
Baca selengkapnya
BAB. 21 KAKAK BERADIK
Abah memandang kami bergantian. Lalu, disusul Umi masih dengan sisa kantuknya, menyembulkan kepala dari balik pintu kamar mandi. Mereka pasti terbangun karena mendengar keributan. "Kalian ... ngapain berdua di kamar mandi?" tanya Abah terheran-heran. Kulihat Umi juga tak kalah herannya. Sementara Mas Irsyad malah tersenyum nakal melihatku panik dan malu. Aku bergegas keluar dari kamar mandi, Mas Irsyad otomatis mengikuti, karena kantong infus masih aku angkat. Segera kugantung kembali kantong itu pada tiangnya. Setelah itu Mas Irsyad masuk kembali ke kamar mandi. Kali ini Abah yang membantu membawa tiang infus, memasukkan benda panjang berbahan stainless itu ke dalam kamar mandi. Melihat apa yang Abah lakukan, membuat diri ini tiba-tiba menjadi orang terbodoh di dunia. Kenapa tadi aku melepas kantong infusnya? Seharusnya membiarkan tetap tergantung lalu memasukkan ke kamar mandi dengan tiangnya, seperti yang Abah lakukan. Agar semuanya jelas, dan untuk menghindari salah
Baca selengkapnya
BAB. 22 SEBUAH PENANTIAN
Hari ini dua minggu sudah Mas Irsyad tinggal bersama kami. Perlahan kondisinya makin membaik, meski harus tetap rutin berobat jalan ke rumah sakit. Rencananya, malam ini Abah dan Umi akan menggelar tasyakuran atas kepulangan dan kesembuhan Mas Irsyad juga wisuda Mas Iqbal. Sudah pasti seluruh anggota keluarga akan berkumpul. Tak terkecuali Mas Iqbal yang usai wisuda belum sempat pulang. Bahkan Mbak Ainun sudah datang dari tadi pagi bersama Mas Anas. Melalui pesan singkat, Mas Iqbal mengabarkan akan berangkat dari Semarang pagi hari. Berarti siang ini dia akan sampai rumah. Kembali Mas Iqbal berjanji saat sampai rumah nanti akan melanjutkan kalimatnya yang terpotong, karena Abah meneleponku saat di menara masjid. Jujur, aku sangat penasaran dengan apa yang akan Mas Iqbal katakan padaku. Karena itulah, kedatangannya kali ini sangat aku nantikan. Waktu berjalan begitu lambat, sementara degup di dada terasa semakin cepat. Agar lebih rileks aku membantu Umi melipati tisu untuk acara
Baca selengkapnya
BAB. 23 HATI YANG LUKA
POV IqbalKejutan pertamaku sukses membuat Nisa tertegun. Gadis pujaanku itu terkaget-kaget, saat Hanum mengenalkan Mas Haris sebagai calon suaminya. Kini, semoga ia menyadari jika dugaannya selama ini--dengan menganggap Hanum sebagai kekasihku--adalah salah besar. Akan kubuat ia makin terkejut, saat kuungkapkan rasaku padanya di menara masjid. Huft! Aku teringat kembali kejadian setengah bulan lalu saat baru selesai diwisuda.Kita bisa saja berencana namun, Allah yang menentukan segalanya. Dulu, aku mengabaikan kata-kata itu, sebelum kejadian di menara Al Husna terjadi. Niat hati ingin memberi kejutan untuk Nisa, tapi sebaliknya, justru aku yang terkejut karena tiba-tiba Abah menelepon dan mengabarkan bahwa Mas Irsyad terjatuh.Tidak hanya itu, kembali kubenarkan kata-kata bijak tadi, saat berencana akan mengungkapkan rasaku--yang terpotong saat di menara. Namun, Allah berkehendak lain.Berawal di Sabtu pagi, saat Mas Irsyad mengantar Nisa ke kampus. Ada nyeri menyusup di relung hati
Baca selengkapnya
BAB. 24 DUA CINTA SATU WANITA
KAULAH YANG MEMBUAT AKU INGIN HIDUP SERIBU TAHUN LAGI" Begitulah bunyi tulisan yang ada di bagian kanan bawah lukisan. Tak lupa Mas Irsyad menuliskan tanggal lukisan itu dibuat, tanda tangan, serta namanya.Hatiku seperti dicabik-cabik, dadaku bergemuruh, tubuhku bagai tersetrum aliran listrik ribuan watt. Memang tidak ada kata cinta di kalimat itu, tapi kalimat itu sudah mewakili betapa dalam perasaan Mas Irsyad pada Nisa.Teringat kembali saat aku menangis meraung-raung karena mobil remote mainanku direbut oleh Mas Irsyad. Haruskah sekarang aku juga melakukan hal yang sama seperti lima belas tahun lampau? Menangis lalu mendatangi Mas Irsyad, meninju dadanya bertubi- tubi dengan kedua kepal tanganku. Lalu, berhenti saat Mas Irsyad dengan wajah merengut melemparkan mobil remote ke arahku.Terbayang kini tubuh ringkihnya pasti akan terhuyung lalu ambruk tak berdaya jika aku meninjunya. ‘Tega jah kau lakukan itu pada Mas Irsyad, kakakmu sendiri? Yang kini sedang merangkak menggapai hidu
Baca selengkapnya
BAB. 25 KEJUTAN YANG MENYAKITKAN
Nisa terheran-heran, saat kukatakan padanya bahwa saat di menara tempo hari hanya ingin memberinya hadiah. Sepertinya ia tahu kalau aku berbohong. Namun, ia tak berani mengatakannya. Biarlah ... akan ada saatnya nanti kuungkapkan rasa cintaku ini. Jika sekarang tahu rasaku sebenarnya dan setelahnya aku harus pergi, pasti dia akan kecewa bertubi-tubi. Sungguh, aku tidak tega melihatnya. Karena aku sudah mantap untuk melepaskannya demi Mas Irsyad yang sudah cukup menderita. Aku rela, jika bersama Nisa membuat Mas Irsyad kembali memiliki semangat hidup, meski kukorbankan cintaku. Selain itu, aku juga ingin melihat Abah dan Umi tetap tersenyum. Saat ini yang mampu membuat mereka bahagia adalah melihat Mas Irsyad kembali memiliki semangat hidup.Nisa terisak, saat aku menyampaikan bahwa aku berubah pikiran untuk mengambil beasiswa di Negeri Jiran. Bukan hanya dia yang bersedih, aku pun sama. Mungkin kesedihanku dua kali lipat dari yang ia rasakan. Melepaskannya untuk lelaki yang tak lain a
Baca selengkapnya
BAB. 26 AKHIR SEBUAH PENANTIAN
POV KhairunnisaTerik matahari begitu menyengat, kuedarkan pandangan ke sekitar gerbang kampus. Aku tersenyum saat mendapati sosok Mas Iqbal telah menungguku di sana. "Sudah lama nunggu, Mas?" Aku berbasa-basi untuk menyembunyikan rasa grogi. "Nggak juga. Kita langsung jalan ya, Nis ...." Ada yang aneh. Kenapa nada suara Mas Iqbal datar ya, ada apa ini? Kutepis dugaanku, mengabaikan apa yang kurasa dan bergegas duduk di belakangnya. Berdua kami menyusuri jalanan Kota Cilacap yang panas. Sampai akhirnya pria berkemeja biru itu menghentikan kendaraannya di halaman resto yang menyuguhkan nuansa pedesaan. Setelah memarkir motor, kami memesan makanan lalu duduk di salah satu saung, berhadapan dengan meja bundar sebagai pembatasnya. Hening. Entah mengapa suasana begitu kaku, sampai ada pelayan yang datang mengantar pesanan. Setelah pelayan pergi Mas Iqbal membuka percakapan. Aku sudah tidak sabar untuk mendengarnya. "Nis, maafin aku, ya .... " Mas Iqbal menunduk. "Untuk apa?" Aku tak
Baca selengkapnya
BAB 27 DEMI BAKTI KUKORBANKAN HATI
Dengan alasan akan membeli tisu di mini market depan rumah sakit, aku keluar dari ruang tunggu ICU. Aku mencari Mas Iqbal ke segala penjuru. Perasaanku mengatakan Mas Iqbal ada di sekitar. Baru saja sepintas melihat sosoknya berkelebat di balik pilar rumah sakit yang tinggi dan lebar. Namun, saat kulihat dengan jarak dekat tak ada siapa pun di situ. Mungkinkah dia bersembunyi karena tak ingin bicara denganku tentang semua ini? Aku ingin minta penjelasannya, pasti ada hubungannya semua ini dengan niatnya untuk melanjutkan kuliah. Lalu, bagaimana pendapatnya tentang permintaan kedua orang tuanya. Akan tetapi, sepertinya aku harus memutuskan sendiri semua ini, karena tak kutemui sosoknya lagi. Setelah membeli tisu, aku kembali menemui Abah dan Umi di ruang tunggu ICU. Akhirnya aku putuskan untuk membantu memancing kesadaran Mas Irsyad. Tentang dia yang ternyata diam-diam mencintaiku, sementara aku abaikan. Aku berpikir nanti saja, setelah Mas Irsyad benar-benar pulih baru memutuskan apa
Baca selengkapnya
BAB 28 NESTAPA CINTA
Aku terjaga saat sayup terdengar seseorang memanggil namaku. "Nis, Nisa ...." Suara itu sangat dekat. Kudongakkan kepala yang menelungkup di pinggir ranjang. Mengusap muka, berharap rasa kantuk bisa hilang. Aku terkejut, tak percaya kalau ternyata suara tadi adalah Mas Irsyad yang memanggilku. Dia sudah sadar. Wajah yang tadinya pucat kini terlihat ada semburat merah, matanya sudah membuka sempurna. Meski tatapannya masih sayu. "Alhamdulillah ... Mas Irsyad sudah sadar," pekikku kemudian. Kulihat jam di pergelangan tangan kiri, pukul 03.55. Kupencet bel di dinding atas tempat tidur, memanggil dokter jaga. Meminta bantuan untuk memberikan tindakan apa selanjutnya. Dalam hitungan detik, dokter telah masuk ke ruangan. Mengecek semuanya lalu tersenyum. Menurut dokter, melihat perkembangan Mas Irsyad yang cukup bagus, pagi nanti Mas Irsyad sudah bisa dipindah ke ruang perawatan. Beliau, juga berpesan agar Mas Irsyad jangan banyak bergerak dulu. Aku mengangguk, mengiyakan kata-katany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status