All Chapters of Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku: Chapter 51 - Chapter 60
120 Chapters
Bab 51
"Udah gila ya kamu Mas? Kenapa kamu bilang kayak gitu barusan? Aku gak suka sama omongan kamu." Aku langsung memalingkan wajah, entah apa yang dipikirkan oleh Mas Reyza sampai bilang seperti itu tadi. Ya ampun, aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Mas Reyza. Dia menyuruh aku untuk menikah lagi? Sungguh, aku tidak percaya dengan perkataan nya itu. "Maaf, Sayang.""Mas, tolong jangan pernah bilang kayak gitu lagi. Aku gak suka sama omongan kamu. Aku gak mau kehilangan kamu dan gak ada yang pernah gantiin kamu. Oke? Udah cukup, aku gak mau dengar apa pun lagi."Tanpa mengatakan apa pun, aku keluar dari kamar. Sungguh, aku kaget sekali mendnegar perkataan Mas Reyza. Apa kah dia tidak berpikir bahwa aku paling tidak suka kalau dia bicara begitu?"Gimana Reyza, Nak?" tanya Mama membuatku tersenyum, kemudian menggelengkan kepala. Mama dan Papa sudah sampai rupanya, juga sepertinya sudah mendengar kabar terbaru Mas Reyza. "Mas Reyza baik-baik aja, Ma. Mana Rumi dan Bang Fino?" "Mas
Read more
Bab 52
"Udah gila ya kamu?!""Aku? Aku memang gila." Dia tertawa pelan, kemudian kembali mendekat satu langkah ke arahku. "Sejak awal menikah dengan Mas Guntur, aku sudah gila, Dina.""Ya terus kenapa kamu menikah dengan dia kalau kamu merasa akan tersiksa? Kamu yang bodoh nama nya. Jangan salahin orang!" Aku kesal sekali melihat dia. "Enggak, tetap aja ini semua salah kamu!"Loh, gila betulan kayak nya ini perempuan, jadi semakin yakin kalau dulu keputusanku sudah tepat sekali untuk membiarkan dia menikah saja dengan Guntur, memang semakin lama semakin tidak waras dia. "Aku mendeeita, sementara kamu hidup bahagia sama kehidupan baru kamu! Harus nya kamu jangan menjebak aku kayak gitu!""Heh! Aku gak pernah jebak kamu sama sekali. Memang nya siapa yang kurang kerjaan mau menjebak kamu? Cuma orang pengangguran yang melakukan nya dan aku masih ada pekerjaan yang lebih penting dari itu!"Sungguh, aku emosi sekali melihat dia, menyebalkan sekali deh dari tadi. Udah ngotot, salah pula.Weni jug
Read more
Bab 53
"Eh?" Sungguh, aku terkejut sekali mendengar perkataan nya barusan. "Sudah meninggal?""Iya, kata nya seluruh keluargaku sudah meninggal, jadi aku ditaruh di panti asuhan. Gak ada juga yang pernah mengunjungiku, jadi aku kira memang seluruh keluargaku sudah tidak ada lagi."Ya ampun, ini isu dari mana lagi. Guntur memang tidak pernah bersyukur jadi manusia. Aku langsung menggelengkan kepala mendengarnya. "Enggak, Nak. Udah, kamu jangan percaya lagi sama isu itu, ini Tante kamu, oke? Kita pulang ke rumah Tante ya?" tanyaku membuatnya kembali menoleh. "Tante serius? Mau bawa aku pulang ke rumah? Aku kan cacat Tante, gak bisa apa-apa.""Kata siapa, Nak? Kamu itu anak yang hebat, pulang sama Tante ya. Kita mulai hidup yang baru." Aku memegang lengan kiri Andin. Ada kesedihan di wajahnya, dia kemudian menoleh ke Ibu panti. Dia tampak ingin mengatakan sesuatu, kami saling berpandangan. "Apa kah aku boleh ikut bersama Tante ini, Bu?""Tentu saja boleh, Sayang. Kita gak pernah larang kamu
Read more
Bab 54
Wow. Wanita yang hampir dinikahi oleh Mas Reyza? Mendengar bisikan dari Mas Reyza, wanita itu langsung terdiam, dia menoleh ke aku, kening nya langsung terlipat. "Kamu—Dina?" tanyanya membuatku langsung tersenyum. Ternyata, Mas Reyza menceritakan tentang aku pada wanita ini dulu. Bagus deh, aku kira Mas Reyza tidak pernah menceritakan tentang aku pada orang yang hampir dia nikahi. Ya, walaupun tidak jadi juga. "Iya, kenalin. Saya Dina." Aku mengulurkan tangan. Wanita itu meskipun tampak kesal, tetapi dia tetap membalas uluran tangan dari aku. Aku tersenyum tipis, ternyata ini wanita yang sejak dulu mengejar Mas Reyza. "Jadi kalian sudah menikah? Atau belum? Tapi aku gak pernah dengar kabar kalau kamu menikah, Rey." Wanita itu kembali menoleh ke Mas Reyza. "Memang Mas Reyza gak pernah bilang kalau dia sudah menikah. Memang nya kenapa? Apa urusan nya sama kamu?" tanyaku agak sedikit judes. Dia sedikit kaget, tetapi Mas Reyza langsung memegang tanganku, suamiku itu menggelengkan
Read more
Bab 55
"Hah?! Memang nya buat Mas?" tanya Mas Reyza sambil melangkah mendekatiku. Iya lah, untuk siapa lagi? Masa untukku? Mas Reyza aneh sekali deh. Jelas sekali ini dari wanita, tapi entah siapa. Aku juga tidak tau. Aku menghela napas pelan, ini dari siapa sebenarnya? "Aku gak tau ini dari siapa, Sayang. Kan kamu juga tau sendiri kalau beberapa bulan terakhir aku di rumah terus kan?" tanya Mas Reyza membuatku mengangguk. Benar juga sih, memang beberapa bulan terakhir Mas Reyza hanya di rumah, tidak pernah keluar, dan hanya menghabiskan waktu nya untukku. Tidak mungkin kalau dia selingkuh, apa lagi aku juga sering mengecek ponsel Mas Reyza. Ah, dari siapa ini? Aku menggelengkan kepala, kemudian membuang bunga itu ke kotak sampah. Gak penting sama sekali. "Sekalian suruh satpam langsung buang ke pembuangan sampah aja, Sayang. Biar gak kerja dua kali.""Bagus tuh." Aku menyuruh satpam kami untuk langsung membuang bunga itu, meresahkan bunga nya."Mungkin bunga dari orang yang suka sama
Read more
Bab 56
"Kalian udah pulang? Sejak kapan? Dari tadi?" tanya Nada sambil terlihat sedang mematikan telepon nya. Aku tersenyum tipis, kenapa dia kelihatan gugup sekali? Padahal kan aku hanya bertanya. "Kamu menyembunyikan sesuatu dari aku, Nad?"Nada langsung menggelengkan kepala, dia duduk di sofa, aku mengedarkan pandangan. Di mana anak-anak?"Tadi Putra, Putri, sama Aurel memang main di sini, Din, tapi ya aku ajak ke kamar, karena aku mau teleponan tadi.""Sepenting itu telepon nya. Dari siapa? Kamu sebenar nya menyembunyikan apa dari aku, Nad?""Enggak. Aku gak nyembunyiin apa-apa. Udah deh Din, kamu jangan berpikiran aneh-aneh kayak gitu. Udah jelas aku ini gak pernah menyembunyikan apa pun sama kamu."Baik lah, aku menganggukkan kepala, terserah Nada saja kalau dia tidak mau bercerita. "Ya udah, aku ke kamar dulu deh."Baru saja sampai kamar, aku langsung terdiam ketika melihat kalender. Sudah hampir dua Minggu aku belum haid juga, aku menghela napas pelan, kemudian berbalik. "Eh Mas?
Read more
Bab 57
"Astaghfirullah." Aku langsung menutup mulut, kaget sekali, tubuhku bahkan lemas. "Innalilahi wa innailaihi rojiun."Sesuatu yang aku takutkan terjadi. Aku memegangi tembok. Ya Allah, Papa. "Sayang." Pandanganku teralih, menatap Mas Reyza yang datang, langsung membantuku untuk berdiri. "Kita langsung ke rumah Mama dan Papa kamu ya. Maaf banget aku baru nyuruh Rumi ngasih tau kamu, soal nya biar sekalian ada aku di sini. Kita sekalian ajak Putra.""Papa, Mas." Aku berkata serak. "Iya, Sayang. Kita langsung pulang ya."Guru Putra diam sejenak mendengar penjelasan Mas Reyza, rasanya tubuhku tidak bertulang lagi. Aku mengusap air mata di pipi, tapi tidak mau berhenti. Putra langsung memelukku. Dia berusaha untuk memberikan kekuatan. Mas Reyza masih menunggu kami beberapa detik. "Yuk, Sayang. Kita langsung ke rumah Mama dan Papa."***Sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Teringat kembali ketika Papa mengajakku bermain ketika masih kecil dulu. Ya ampun, aku menutup wajah. "Kita uda
Read more
Bab 58
"Kamu udah selesai bicara sama Nada, Sayang?"Aku menoleh, menatap Mas Reyza, kemudian menganggukkan kepala. "Luka Putri gak terlalu dalam kok, Sayang. Luka nya juga udah bersih, gak ada pecahan kaca lagi.""Makasih banyak ya, Mas." Aku menatap Mas Reyza. Kalau anak-anak sedang sakit, Mas Reyza pasti langsung turun tangan. Suamiku itu tersenyum dan menganggukkan kepala. "Maaf ya Sayang, harus nya tadi Mas bawa aja anak-anak ke sekolah, biar ikut ke pemakaman tadi.""Gak papa Mas, lagi pula udah benar kok, kalau mereka nangis nanti malah tambah buat suasana makin kacau."Mas Reyza menganggukkan kepala, suamiku itu langsung memelukku. "Maaf ya, Sayang. Mas masih banyak banget kurang nya. Mas janji, bakalan selalu jagain kamu nanti, juga anak-anak dan calon anak kita.""Gak papa Mas. Aku nanti mau ngomongin soal Nada boleh, Mas?" tanyaku membuat Mas Reyza tampak kebingungan, tetapi suamiku itu tetap menganggukkan kepala. "Boleh, Sayang. Kamu bilang aja apa yang terjadi nanti ya, Mas
Read more
Bab 59
"Apa maksud ini?" tanyaku sambil berusaha untuk menahan emosi. Napasku naik turun rasa nya. Mas Reyza menyimpan surat dari siapa ini? Kenapa juga Mas Reyza menyimpan surat tidak jelas seperti ini? Aku tidak paham lagi, astaga. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Astaga, ini sama sekali tidak bisa dibiarkan. Aku langsung beranjak, memasukkan kembali surat itu ke dalam saku celana, kemudian melangkah mencari Mas Reyza. "Nah, itu nama nya pelangi Sayang, indah banget. Cantik, tapi lebih cantik Mama kalian sih." Mas Reyza tampak tersenyum, Aurel dan Putri juga ikut tertawa. Aku menelan ludah, langkahku langsung terhenti. Entah kenapa aku justru tidak tega untuk menanyakan hal ini pada Mas Reyza. Apa maksud dari surat ini? Ya Allah, kalau benar apa yang ditulis oleh surat ini, apa yang akan terjadi? Aku menatap Mas Reyza yang sejak tadi sibuk mengurus anak-anak. Sejak kapan Mas Reyza menyimpan surat ini tanpa memberitahukan ku yang sebenar nya terjadi? Aku menggigit bibir, apa kah
Read more
Bab 60
"Kenapa? Kenapa malah pada diam semua? Bukan kah kalian sedang membicarakan ku tadi?" tanya Nada sambil melangkah mendekati kami. Sejak kapan dia ada di sini? Aku menoleh ke Bang Fino yang langsung menggelengkan kepala. Dia tidak mau disalahkan. Rumi juga ikutan menggelengkan kepala, dan juga Bang Fino. Kenapa tiba-tiba Nada malah muncul? Aku menghela napas pelan. "Aku ada salah sama kalian?" tanya Nada pelan. "Mau apa kamu ke sini?" tanyaku dingin. "Tante Nada!" Putri justru langsung memeluk Nada. "Tante kemana kemarin? Kok langsung pergi gak bilang dulu sama kami?""Maaf ya, Sayang. Tante ada urusan kemarin." Setelah Putri kembali bermain, aku menatap nya lagi, kami harus membicarakan nya sekarang. "Aku mau ketemu sama Mama kamu, Din." Nada menatapku. "Maaf baru bisa datang sekarang, kemarin aku ada urusan, maaf juga gak bisa datang ke pemakaman Papa kamu kemarin.""Mau ketemu sama Mama? Apa lagi yang mau kamu lakuin? Kamu mau ngapain lagi, hah?!" tanyaku membuat Nada tampak
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status