Semua Bab Tunangan Kontrak Grand Duke: Bab 11 - Bab 20
46 Bab
Chapter XI : Apa kau sudah bosan hidup?
Cette baru selesai melatih kaki-kakinya berjalan mengelilingi kamarnya yang luas itu. Ia terus berlatih, agar segera terbiasa.Setelah latihan beberapa putaran itu, Cette kelelahan. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur queen size miliknya di kamar itu.Semua penerang di kamar sengaja dipadamkan. Hanya ada lampu tidur dan sinar rembulan yang bersinar indah dengan warna kebiruan yang memanjakan mata.Cette mulai kembali menerawang jauh ke belakang. Ia masih menganggap bahwa yang dialaminya saat ini sungguh ajaib dan masih terasa tidak nyata.Cette masih mengingat masa lalu dari kehidupan yang sebelumnya saja sudah terasa aneh. Sekarang ia malah berada di tubuh orang lain di dunia yang asing. Semakin terasa tidak nyata karena di dunia itu ia memiliki koneksi dengan seorang Pangeran.Cette tertawa kecil. Ia merasa tergelitik dengan situasinya sendiri."Oke, aku akan coba mengurutkan satu persatu hal yang telah aku alami di dunia ini dan membandingkannya dengan apa yang aku ketah
Baca selengkapnya
Chapter XII : Sentuhan Yang Bervibrasi
"Hai, Putri Luvena!""Apa yang Anda lakukan di kamar saya? Bagaimana Anda bisa masuk?!" tanya Cette bertubi-tubi kepada Morgan yang sudah berada dihadapannya.Bukannya menjawab pertanyaan Cette, Morgan malah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Cette.Saat ini posisinya, Cette sedang berbaring di atas kasur dan Morgan membungkuk dengan bertumpu pada tangan kirinya. Kemudian mata mereka bertemu."Sepertinya kamu sudah benar-benar tidak memiliki sedikitpun rasa takut terhadapku ya, Putri! Kamu tidak khawatir aku akan melakukan sesuatu kepadamu?" tanya Morgan dengan senyuman menyeringai."Benar juga. Kenapa aku tidak kepikiran? Dia ini orang yang memiliki peluang paling besar untuk menjadi malaikat mautku. Aku harus bersikap lebih baik sampai aku menemukan cara untuk menjauh darinya," batin Cette mulai menjaga sikapnya."Me-memang apa yang akan Anda lakukan kepada saya?" tanya Cette kepada Morgan yang belum menyingkir dari posisinya satu senti pun.Morgan kembali tersenyum menyeringai.
Baca selengkapnya
Chapter XIII : Tunangan Cette
Kediaman Viscount MarleyTok! Tok! Seorang Butler yang sudah bekerja selama lima tahun di kediaman itu, mengetuk kamar pribadi yang biasa ditempati oleh Tuannya bersama para tamu-tamunya.Nama Butler itu FELIO. Ia merupakan mata-mata yang bekerja di bawah perintah Ratu untuk mengawasi setiap gerak-gerik Davlin."Tuan, ada pesan penting untuk Anda!" seru Felio dari balik pintu besar dengan berbahan kayu itu.Tidak ada jawaban dari si Tuan.Si Tuan masih asyik bergurau 'Haha-Hihi' menceritakan beberapa hal yang mereka anggap lucu bersama dengan tamu spesialnya yang manis.Tamu yang rela menanggalkan busananya karena sangat mencintai uang dan kekuasaan.Seolah tidak memahami situasi bahagia yang sedang dirasakan oleh si Tuan. Felio malah kembali mengetuk pintu.Tok! Tok!"Tuan, ini berita penting yang harus Anda dengarkan sekarang juga!" seru Felio kembali dari balik pintu.Tidak sampai satu menit setelah Felio mengetuk, pintu kayu besar itu pun terbuka.Seorang pria dengan piyamanya yan
Baca selengkapnya
Chapter XIV : Bersiap Bertemu Si Pembunuh
Keesokan harinya, seperti biasa pagi itu Cette dibangunkan oleh Lillian."Selamat pagi, Nona! Bagaimana istirahat Anda?" tanya Lillian kepada Cette sembari menyingkap gorden jendela yang ada di kamar itu."Please Lillian, jangan tanya bagaimana istirahatku. Aku tidak ingin mengingatnya lagi," batin Cette masih terbengong dengan posisi masih terlentang di atas tempat tidur.Malam hari saat Cette bertemu dengan Morgan, setelah mengatakan kalimat yang membuat Cette ingin lenyap saja sekalian —itu saat Morgan mengajukan diri untuk menjadi tunangannya. Morgan segera pamit dan berkata akan menemui Cette lagi, setelah Cette memikirkan tentang tawarannya.Morgan berkata bahwa Cette akan membuat keputusan yang tepat. Walaupun Cette merasa kalau Morgan terlalu percaya diri dengan ucapannya. Terutama bagi Jia yang sudah mengetahui bagaimana takdir yang akan mereka jalani di kemudian hari —dari novel yang pernah ia baca."Nona, saya dengar tunangan Anda, Tuan Davlin Marley, meminta untuk datang b
Baca selengkapnya
Chapter XV : Davlin Marley
Davlin Marley merupakan putra sulung keluarga Viscount Marley, yang diadopsi oleh pasangan Viscount dan Viscountess Marley. Waktu itu pasangan Viscount dan Viscountess sudah lima belas tahun menikah, tapi belum juga dikaruniai anak.Viscount dan para pengikutnya mulai resah perihal calon yang akan dijadikan penerus dan pemimpin di keluarga itu. Lalu atas rapat keluarga, akhirnya diputuskan untuk mengadopsi seorang Putra. Dia adalah Davlin.Davlin sendiri diadopsi dari kuil suci yang berasal dari negara tetangga. Hari di mana Davlin diangkat menjadi putra sulung keluarga Viscount Marley, kala itu Davlin masih berusia lima tahun.Sejak awal Davlin terkenal dengan pekertinya yang santun. Apalagi karena ia hidup berdampingan dengan para pendeta juga para pelayan di kuil suci.Setelah diadopsi, Davlin sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Viscount dan istrinya begitu menyayangi Davlin layaknya putra kandung mereka sendiri.Sejak diadopsi, Davlin langsung mendapatkan hak untuk menjalan
Baca selengkapnya
Chapter XVI : Alasan Cette dan Davlin Bertunangan
Tidak hanya itu, Viscountess bahkan sudah mengetahui fakta bahwa Davlin-lah dalang dari peristiwa kecelakaan yang menewaskan putra kandungnya hingga membuat suaminya koma –semuanya terjadi atas rencana Davlin.Viscountess tidak sengaja mendengar Davlin berbicara dengan salah satu utusan Ratu Engrasia.Ratu Engrasia sempat tidak mau turun tangan karena tidak mau terkena dampak yang lebih besar. Sudah cukup hanya dengan membantu Davlin dari balik layar. Tapi kalau ada pihak yang mengetahui tentang rencana itu, Engrasia tidak akan membantunya.Setelah Tuan Viscount Marley mengalami koma, para pengikut keluarga Marley mulai membicarakan mengenai posisi pemimpin yang tidak boleh dibiarkan lama kosong. Tapi di sisi lain, pengikut keluarga Viscount juga belum bisa menerima Marley Muda, yakni Davlin —yang dinaikkan ke posisi tersebut. Mereka menilai Davlin masih perlu banyak belajar.Seorang calon penerus biasa diangkat menjadi pemimpin, kalau pemimpin yang sekarang sudah meninggal atau kalau
Baca selengkapnya
Chapter XVII : Bermuka Dua
Kembali ke masa sekarang.“Nona, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda!” seru seorang pelayan kepada Cette.“Persilakan masuk!” jawab Cette langsung memberikan izin.Setelah Gitte dan pelayannya yang bernama Ely keluar dari kamar Cette, tamu yang dimaksud pun datang.Tok! Tok!“Lillian, tolong bukakan pintu untukku?” pinta Cette kepada pelayannya.“Baik, Nona!” Lillian langsung menyanggupinya.Saat Lillian membuka pintu, Cette sudah mempersiapkan diri untuk berhadapan langsung dengan orang yang pernah ingin membunuhnya. Kira-kira akan bagaimana penampilannya dan apa yang akan orang itu katakan untuk pertama kali kepadanya? Itulah yang Cette pikirkan saat ini.Pintu dibuka. Seorang Pria dengan dandanan mencolok a la bangsawannya berdiri tegak di depan pintu yang baru saja dibuka oleh Lillian. Ia merupakan Davlin Marley, tunangan Cette.“Lady, apa aku boleh masuk?” tanya pria itu dengan sopan meminta izin Cette.“Masuklah!” sahut Cette mempersilakan si tamu untuk masuk.Saat Davlin be
Baca selengkapnya
Chapter XVIII : Pangeran Cashel Datang!
Malam harinya di kediaman Luvena. Seperti biasa, setelah membantu Cette membersihkan diri, Lillian bersiap untuk membiarkan Nonanya beristirahat.Lillian sudah menutup rapat jendela juga tirai yang ada di kamar itu, agar angin malam tidak masuk. Hal itu juga demi menjaga Nonanya agar tetap aman dan nyaman ketika sedang beristirahat.“Apa kamu sudah menemukan informan yang aku minta waktu itu?” tanya Cette kepada Lillan yang baru saja menutup tirai jendela kamar Cette.“Saya sudah bertemu dengan agen dari serikat dagang informasi. Mereka akan segera memberikan kabar begitu menemukan informan yang Anda butuhkan,” jelas Lillian atas pertanyaan Cette.“Baiklah.” Cette langsung mengerti.“Apa Anda membutuhkan yang lainnya?” tanya Lillian kepada Cette sebelum ia meninggalkan kamar itu.“Tidak ada,” jawab Cette dan mulai merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang sangat besar dan nyaman.“Kalau begitu saya pamit. Semoga Anda beristirahat dengan nyaman,” sambung Lillian sembari menyelimuti tub
Baca selengkapnya
Chapter XIX : Debat Cette dan Pangeran Cashel
“Bulan Biru, aku dengar kau mengalami amnesia,” ujar Cashel dengan panggilan khasnya kepada Cette. “Baru saja aku mendengar dengan jelas bahwa kau mengingat siapa yang sudah mencelakaimu. Aku tidak mungkin salah dengar. Jadi apa maksudnya ini?"“Awalnya saya memang melupakan ingatan saya. Tapi perlahan ingatan itu kembali satu persatu,” jawab Cette sambil memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Karena sudah jelas Cette tidak mungkin menceritakan kepada Cashel bahwa ia bukan mengingatnya, melainkan membacanya.“Sebentar …,kenapa aku tidak merasakan Mana apa pun darimu. Apa kekuatanmu menghilang?” tanya Cashel skeptis.Cette terhenyak. Ia memandang Cashel dengan ekspresi bingung tidak tahu harus menjawab bagaimana. Apalagi di antara mereka ada sebuah perjanjian bahwa mereka tidak boleh menyembunyikan apa pun. Walaupun itu perjanjian yang dibuat oleh Cashel dan Cette asli. Jia yang merasuki tubuh Cette tidak mungkin mengakui dengan gamblang bahwa dirinya bukanlah Cette yang asli –kalau
Baca selengkapnya
Chapter XX : Hanya Sebatas Figuran
Kembali ke cerita yang ditulis dalam novel "I'm Sorry, But I Don't Love You!" yang pernah dibaca oleh Cette ketika masih menjadi Jia.Di ceritakan, di hari debutante Cashel diberlangsungkan —itu sebulan setelah Cashel kembali ke istana setelah lima tahun bergulat dengan musuh di medan perang. Debutante yang dilakukan dengan sangat mendadak dan terburu-buru, karena dua bulan setelahnya upacara pernikahan Cashel dengan Rubi, tunangannya, harus segera dilangsungkan.Setelah Grand Duke memperkenalkan putranya yang sempat diasingkan ke negara lain dengan dalih menjalani akademi dan demi menjaga adik perempuannya dari Raja sebelumnya, yakni Chaperon.Grand Duke yang sudah tua dengan bangga menunjukkan putranya di perayaan resmi debutante Cashel, yang dihadiri oleh beberapa tamu penting dan utusan-utusan dari negara-negara jauh. Seolah ia sengaja memilih hari itu untuk membuat Cashel merasa semakin tidak dianggap.Benar saja. Semua tamu yang datang hari itu mayoritas malah fokus kepada putra
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status