Semua Bab Terjerat Obsesi Mantan Suami: Bab 31 - Bab 37
37 Bab
31. Kencan Buta
“Apa sih yang kamu lakukan, Manda? Kenapa kamu bohong soal pesta ulang tahun Citra?” Tahu apa yang paling menjengkelkan bagi Kikan? Yup! Saat Manda membohonginya untuk hal-hal tidak masuk akal. Dan yang paling membuat Kikan jengkel setengah mati sekarang adalah karena Manda mengatur kencan buta untuk dirinya. Sumpah demi semesta, Kikan tidak mau kencan buta. “Sorry, aku akan memohon pengampunan kamu setelah kita pulang nanti. Tapi untuk sekarang kamu harus segera duduk ke sana karena aku sama Erik sudah bersusah payah mengatur ini.” “Apa? Kamu sama Erik?” Kedua mata Kikan hampir membulat saat Manda menyeret nama Erik ke dalam acara kencan buta ini. Bagaimana bisa pria itu juga ikut terlibat? Kikan benar-benar dibuat meradang. “Pelankan suara kamu. Jadi, pria yang duduk di sana itu temennya Erik. Sekarang kamu ke sana dan samperin dia dengan senyuman. Oke?” Manda mengacungkan kedua telunjuknya lalu mendorong kedua sudut bibir Kikan ke atas hingga membentuk senyuman. Kemudian membali
Baca selengkapnya
32. Merawat Dewandra
“Tante!” Kedatangan Kikan di kediaman Dewandra langsung disambut oleh Rosetta yang menghambur ke pelukannya dengan mata sedikit sembap. Di belakangnya terlihat Chiko yang berjalan menyusul kemudian berhenti tak jauh dari mereka. “Maaf karena menghubungi kamu di luar jam kerja. Tapi Rosetta terus merengek meminta saya untuk menghubungi kamu. Saya juga jadi sedikit panik melihat dia menangis ketakutan karena papanya pingsan.” Chiko mengungkapkan penyesalannya. “Bukan apa-apa. Aku paham kamu merasa panik karena Rosetta menangis ketakutan. Akupun sama paniknya saat mendapat telepon tadi.” Chiko mengangguk pelan. “Pak Dewa pasti kelelahan. Jarang sekali dia sampai pingsan seperti hari ini,” ucapnya memberi tahu pokok utama dari semua kepanikan ini. Entah bagaimana jadinya jika seandainya ia tidak datang tadi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Rosetta. “Lalu bagaimana keadaan Pak Dewa sekarang?” “Dia sudah siuman, sekarang sedang beristirahat di kamarnya. Uhm, dia sedikit kesa
Baca selengkapnya
33. Fakta Tiga Tahun Lalu
“Kenapa sih kamu selalu bela dia? Harusnya kamu marah karena dia mengacaukan kencan buta itu. Kamu tahu sendiri ‘kan sesibuk apa Vino! Dia jadi buang-buang waktu!” Erik menumpahkan kekesalannya usai mendengar kabar dari Vino bahwa kencan butanya bersama Kikan berakhir dengan cepat karena Wanita itu mendadak harus pergi. “Aku gak bisa marah juga karena sebenarnya kita juga salah di sini. Kita mengatur kencan buta itu tanpa persetujuan Kikan. Sebelumnya aku juga udah bilang ‘kan kalau sekarang Kikan nggak berminat untuk menjalin suatu hubungan, tapi kamu bersikeras karena Vino meminta.” Salah satu kening Erik terangkat sedikit ke atas. Ia merasa tersinggung sebab kini Manda berbalik menyalahkan dirinya. “Oh, jadi sekarang kamu menyalahkan aku? Begitu? Aku benar-benar heran sama kamu. Apa sih istimewanya Kikan sampai kamu selalu bela dia daripada aku!” Helaan napas pelan berembus keluar dari mulut Manda. Sumpah demi semesta Manda tidak ingin ribut dengan kekasihnya karena masalah ini l
Baca selengkapnya
34. Bagaimana Jika ....
Tidak ada yang tahu tentang masa depan. Begitupun dengan Dewandra yang tidak pernah tahu bahwa hal semacam ini akan terjadi setelah perceraiannya dengan Kikan. Tidak pernah sekalipun ia berpikir bahwa ia akan kembali bertemu dengan Kikan yang kehilangan ingatan. Dan yang lebih tidak pernah ia pikirkan selain hal itu adalah saat Kikan yang mendadak menjadi seorang pengasuh untuk putri mereka sendiri. Rasanya bagaikan sebuah lelucon. Lelucon yang membuat Dewandra merasa sangat tergelitik hingga tak sadar menyematkan senyum lebar di bibirnya. Setelah Kikan memutuskan untuk pergi meninggalkan dirinya dan putri mereka beberapa tahun silam. Setiap hari Dewandra selalu menanamkan kebenciannya untuk sang mantan istri. Ia bertekad untuk membalas rasa sakit itu jika di kemudian hari mereka kembali bertemu. Namun semua rencananya gagal begitu saja karena ternyata perasaannya terhadap Kikan masih belum usai. Siapa yang menyangka? Bahkan Dewandra sendiri tidak menyangka akan sekacau itu. Sement
Baca selengkapnya
35. Grocery Date
Dewandra kembali dibuat pusing setelah memikirkan ucapan ayahnya saat pria tua itu berkunjung tadi. Jujur saja, hingga sekarang persoalan tentang pulihnya ingatan Kikan masih membebani Dewandra hingga mengganggu ketenangannya. Entah bagaimana wanita itu akan bereaksi jika ingatannya kembali pulih, Dewandra jadi ngeri sendiri. “Apa aku harus memintanya untuk tinggal di sini agar bisa mengawasinya? Aku sudah bertindak sejauh ini. Semuanya akan kembali kacau jika Kikan mendapatkan kembali ingatannya, bukan?” Dewandra bergumam gelisah. Dalam pikiran Dewandra, jika di masa lalu ia gagal mempertahankan Kikan di sisinya, maka tidak kali ini. Ia tidak bisa kehilangan Kikan lagi seperti sebelumnya. Meski ia harus menjadi orang jahat sekalipun—Dewandra tidak keberatan untuk menghalangi ingatan Kikan kembali seperti semula. Yang hanya Dewandra pikirkan adalah Kikan harus bersama dirinya dan juga Rosetta. “Tapi dia pasti menolak untuk menginap. Argh! Ini benar-benar membuatku pusing.” Dewandra
Baca selengkapnya
36. Rahasia yang Terbongkar
Sekembalinya dari supermarket, Kikan langsung menyimpan stok belanjaan dan menyusunnya dengan rapi. Sebelum bergulat dengan peralatan memasak untuk makan siang, Kikan berniat membersihkan beberapa sudut ruangan di dalam rumah ini. Ruangan pertama yang Kikan datangi adalah kamar Rosetta. Kikan mengembangkan senyuman saat mengamati seluruh ruangan bocah kecil itu. Beberapa boneka dan buku tampak berhamburan di lantai.Kikan melangkah maju dan mulai membersihkan ruangan tersebut. Entah mengapa perasaannya begitu senang seolah sedang membersihkan kamar putrinya sendiri."Apa ini?" Kikan meraih selembar kertas yang terselip di antara buku-buku. Ternyata sebuah tulisan berisi tentang dirinya. Kikan membaca tulisan tersebut dengan mata berkaca-kaca. Sebuah tulisan yang tidak terlalu rapi yang ditulis sendiri oleh Rosetta. Di dalam tulisannya, Rosetta menyebutkan betapa dia sangat bahagia telah mengenal Kikan."Ya Tuhan, bocah ini sangat manis. Tante juga menyukaimu, Tata," gumamnya sambil
Baca selengkapnya
37. Ingatan yang Kembali
“Kikan! Syukurlah kamu sadar!” Dewandra sampai berdiri dari duduk saat mendapati Kikan sudah siuman. Pria itu tampak bersyukur dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan mantan istrinya itu. Kikan berusaha duduk sambil merasakan nyeri di kepalanya. Potongan demi potongan ingatan mulai membayangi dan Kikan hampir menjerit karena kepalanya semakin sakit. “Tante Kikan!” Kikan sontak menoleh ke samping saat mendengar suara Rosetta menggema. Bocah kecil itu langsung berlari dan memeluk Kikan sambil menangis. Sementara di belakangnya—Handi—ayah Dewandra, datang menyusul dan langsung menyapa Kikan dengan ramah. Tak lama setelah itu, Dewandra kembali bersama seorang dokter dan Kikan langsung mendapat pemeriksaan. “Aku … mendapatkan ingatan saat kita menikah dulu,” ucap Kikan sambil memandangi Dewandra setelah dokter selesai memeriksa dan pergi dari ruangan. Dewandra tidak bisa menutupi rasa terkejutnya mendengar pengakuan dari Kikan. Dewandra tidak tahu harus mengatakan apa.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status