All Chapters of Istri Penebus Dosa: Chapter 51 - Chapter 60
113 Chapters
Ternyata Saling Mengenal
“Mereka adalah orang-orang yang sama dengan peneror Kirana dulu. Polisi menemukan lencana ini di dalam mobil yang mereka tumpangi. Aku ingat lencana itu dimiliki oleh orang-orang yang mengganggu Kirana,” beber Tama seraya meletakkan sebuah lencana kecil berbentuk lingkaran dengan aksen unik itu di samping Syera. Syera yang sedang menyuapi Elvina spontan menoleh dengan mata membulat sempurna. Tak menyangka ternyata ketiga lelaki brengsek yang mengejarnya dan nyaris membuat mereka semua celaka kemarin ada kaitannya dengan peneror mendiang Kirana. Entah apa lagi yang mereka inginkan sampai nekat mengejarnya dua hari lalu. Jika seperti itu, ada kemungkinan dirinya dan anggota keluarga Tama lainnya sudah diincar sejak lama. Berarti orang-orang itu berniat mencelakainya seandainya Tama tidak cepat datang. Padahal tempat ini cukup jauh dari kota asal mereka. Namun, dengan begitu mudahnya orang-orang misterius itu menjadi menyusul dirinya dan Tama kemari. Mulai sekarang ia harus menamba
Read more
Ditinggal saat Tegang-Tegangnya
“Kenapa, Mas? Kami hanya mengobrol biasa, seperti itu saja tidak boleh?” tanya Syera dengan kening berkerut. “Ck! Tentu saja tidak! Kamu terlalu polos dan bisa membeberkan apa pun bahkan yang seharusnya tidak perlu orang lain tahu! Ini berlaku untuk siapa pun. Kamu tidak boleh terlalu akrab dengan siapa pun karena ada banyak hal yang tidak boleh dibahas!” sahut Tama tegas. Syera menatap Tama dengan mulut menganga lebar. Tak menyangka Tama akan memberi alasan seperti itu. Alasan yang sangat tidak masuk akal dan berlebihan. Dirinya bukan anak kecil yang harus diatur sedemikian rupa sampai tutur katanya juga. “Aku pasti bisa mengontrol diri! Mana mungkin aku membeberkan sesuatu yang tidak seharusnya aku katakan?! Selama ini aku juga selalu bisa mengontrol pembicaraan dengan siapa pun!” protes Syera tak terima. “Atau jangan-jangan sebenarnya Mas sengaja ingin membuatku tidak punya teman mengobrol?!” gerutu wanita itu dengan wajah bersungut-sungut kesal. “Mas tega sekali kalau begitu. A
Read more
Hanya Pelarian
Seakan memiliki dendam kesumat, begitu sampai di rumah setelah menempuh perjalanan udara, Tama langsung menarik Syera memasuki kamarnya dan mengunci ruangan tersebut. Yang lebih mengejutkan lagi, lelaki itu sampai mengambil kunci kamarnya dan meletakkan di saku celananya. Syera yang sedari tadi dibekap langsung memberontak dan melepaskan diri. Namun, Tama tak membiarkan dirinya terlepas meski lelaki itu telah menyingkirkan tangan dari mulutnya. “Untuk apa sampai dikunci segala?! Aku harus membereskan barang-barang Elvina di kamar sebelah!” “Bukankah harusnya sekarang Mas pergi ke kantor? Ayo bersiap-siaplah! Tolong buka pintunya agar aku bisa menyiapkan sarapan dan keperluan lainnya,” imbuh wanita itu dengan senyum kecil, berharap Tama akan mengabulkan keinginannya. Sebenarnya Syera mengerti apa yang sedang Tama rencanakan. Meskipun telah berulang kali melakukannya dengan orang yang sama, tetap saja selalu mendebarkan hatinya. Dan sekarang dirinya masih terlalu lelah untuk melakukan
Read more
Menyangkal Perasaan
“Menyesal? Tentu saja! Tidak ada satu pun orang yang ingin berada di posisiku dan memiliki kehidupan sepertiku!” jerit Syera yang benar-benar tak bisa mengontrol emosinya. Foto-foto Kirana yang terpajang di kamar ini dan ruangan lainnya berhasil menjatuhkan moodnya hingga ke dasar. Deru napaa Syera terengah-engah karena emosi yang semakin membumbung tinggi. “Masa depanku hancur! Bahkan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya! Semuanya berawal dari fitnah keji itu! A-aku harus berada di sini, kehilangan ayahku, dan semua rencana masa depan yang pernah aku susun dengan rapi.” Syera sudah tidak tahan lagi. Setiap detiknya selalu ia lewati dengan perasaan was-was juga rasa bersalah yang pekat. Meskipun ia bukan pembunuh Kirana dan tidak tahu apa pun tentang itu. Tetap saja apa yang dirinya lakukan sekarang tidak berbeda jauh. Syera merasa seakan merebut Tama dari Kirana, meskipun sebenarnya tidak seperti itu. Selama ini ia berusaha menyangkal dan mengabaikan rasa bersalah itu. Na
Read more
Fitnah yang Menyakitkan
“Nyonya, maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja. Tadi aku kewalahan dan—” “Jangan banyak alasan! Hanya menjaganya saja kamu tidak becus! Kamu pasti sengaja ingin mencelakai cucu saya, ‘kan?! Dasar perempuan tidak tahu diri!” bentak Rebecca yang langsung menjambak rambut Syera setelah mengambil alih Elvina dari pangkuan wanita itu. Mengabaikan sang cucu yang masih menangis histeris, Rebecca lebih terobsesi menyiksa Syera. Tak peduli wanita yang sebenarnya merupakan menantunya itu menahan sakit, terlebih dalam keadaan hamil, Rebecca terus menarik rambut Syera. Wanita paruh baya dalam balutan pakaian hangat itu masih tampak pucat, namun tenaganya seakan tak berkurang. Tak berselang lama, Rebecca melepas jemarinya dari rambut Syera, namun setelahnya malah mendorong wanita itu. Untung saja, Syera langsung berpegangan pada bangku taman yang tadi ditempatinya. Kalau tidak, sudah pasti dirinya akan terjatuh. “Kalau kamu hanya ingin menyakitinya, jangan pernah berharap kamu bisa menyent
Read more
Siksaan Mertua Kejam
BYUR! Syera yang sedang terlelap kontan terlonjak hebat karena tubuhnya tiba-tiba basah kuyup. Ketika manik matanya terbuka, ia menemukan Rebecca yang tengah memegang sebuah ember kecil di hadapannya. Tubuh Syera langsung menggigil seketika. Air yang Rebecca siramkan padanya terasa sangat menusuk hingga ke tulangnya. Wanita itu spontan memeluk tubuhnya sendiri demi menghalau dingin yang menyergap meski tidak terlalu membantu. “Jangan harap kamu bisa berleha-leha di kamar hari ini! Cepat bangun dan bersiaplah! Hari ini adalah hari spesial cucu saya, kamu pasti tahu apa yang harus kamu lakukan! Saya tidak mau ada kekacauan hari ini, apalagi kalau kamu yang menjadi penyebabnya!” tutur Rebecca seraya menjatuhkan ember di tangannya hingga menimbulkan suara mengganggu. Rebecca menarik ujung dagu Syera, memaksa wanita yang masih mengumpulkan nyawa itu mengangkat kepala. “Kamu tidak boleh beristirahat sebelum acara hari ini selesai. Kamu juga harus ikut membereskan semuanya nanti.” Wanita
Read more
Karena Kecupan
Kecupan hangat pada puncak kepalanya berhasil menarik kesadaran Syera. Wanita itu membuka manik hazelnya perlahan-lahan. Keningnya mengernyit ketika pencahayaan terang menyorot tepat di atas matanya dan membuat kepalanya semakin pening. Syera masih menyesuaikan indra penglihatannya ketika mendengar sesuatu berderit di sampingnya. Ia spontan menoleh dan mendapati sang suami yang juga menatap ke arahnya tengah menekan tombol di dekat tempatnya berbaring. “Akhirnya kamu sadar. Apa yang kamu rasakan? Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Tama seraya kembali menempati tempat duduknya. Namun, tak sedetik pun melepas tatapannya dari wajah Syera yang masih pucat pasi. Alih-alih menggubris pertanyaan Tama, Syera malah teringat sesuatu. “Ma—emm … Tuan, kenapa aku bisa berada di sini? Apa yang terjadi? Bagaimana dengan pesta ulang tahun Elvina? Apa sudah selesai? Aku ingin melihatnya tiup lilin, tapi seperti tidak akan—” “Sekarang sudah malam. Acaranya sudah selesai sejak tadi siang,” sahut Tama m
Read more
Dikepung!
“Kirana juga alergi kacang. Kebetulan sekalu kalian punya alergi yang sama,” tutur Tama sembari mengusap bubur yang menempel di sudut bibir Syera. Kali ini Tama tidak lagi membelikan makanan yang aneh-aneh untuk Syera. Tak ingin kejadian semalam kembali terulang. Karena mungkin saja Syera masih memiliki alergi lainnya yang bahkan tidak diketahui oleh sang empunya sendiri. Syera spontan menoleh mendengar kata-kata yang Tama lontarkan. “Oh, benarkah? Kebetulan sekali.” Wanita itu tidak tahu harus memberi respon seperti apa karena ia menyadari Tama masih marah padanya. “Tapi, dia tidak sebodoh kamu!” semprot Tama tanpa saringan sama sekali. “Kamu bukan anak kecil! Kenapa tidak mengatakan kalau kamu alergi kacang! Dan kamu juga langsung memakannya! Tidak mungkin selama ini kamu tidak pernah memakan makanan yang menggunakan kacang!”Syera mengerucutkan bibirnya. Kata-kata Tama selalu tajam menusuk tanpa dipilah sama sekali. Ia tahu ini juga karena keteledorannya. Akan tetapi, tidak
Read more
Meremang karena Sentuhan
“Pergi ke mana, Mas? Dan bagaimana caranya kita keluar?” tanya Syera dengan kekhawatiran yang masih tampak sangat jelas di wajahnya. Syera tidak merasa seperti yang media tuduhkan padanya. Namun, para wartawan pasti tidak akan mempercayai pembelaannya. Apalagi ditambah dirinya tengah mengandung anak Tama sekarang. Asumsi orang-orang pasti semakin buruk. Dengan tubuh yang masih sangat lemas begini, ia malas menghadapi hal-hal seperti itu. “Aku akan memikirkannya dan yang jelas bukan melewati mereka,” jawab Tama seraya kembali berkutat dengan ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah cukup lama bertelepon dengan seseorang di seberang sana, Tama bergerak mendekati jendela yang terhubung dengan area luar. Kemudian berusaha membukanya dan berhasil! Jendela yang ukurannya lumayan besar itu kini terbuka lebar. Ternyata Arman telah menunggu Tama di dekat jendela. Setelah memberi anggukan singkat sebagai tanda hormat, lelaki itu langsung menyodorkan sebuah paper bag berukuran sedang
Read more
Kamu Punya Kekasih?
“Apa?! Jadi, semuanya batal karena aku? Tapi, kenapa? Bahkan, para tamu undangan juga sudah datang,” sahut Syera dengan mata membulat sempurna. Syera menatap sang putri yang asyik memandangi kue buatannya dengan sorot bersalah. Bukan hanya terlambat memberi ucapan selamat dan hadiah, ia juga menghancurkan acara ulang tahun putrinya. Seandainya dirinya tidak pingsan, acara tersebut pasti berlanjut sampai selesai. “Aku juga tidak tahu kenapa Mama memilih membatalkannya. Aku tidak pernah meminta acara itu dibatalkan. Setelah aku di rumah sakit, Mama marah dan memberitahu kalau acara ulang tahun Elvina dibatalkan,” jawab Tama seraya menarik kursi di samping baby chair Elvina dan menempatinya. “Mungkin karena orang-orang membicarakan kita. Entahlah, aku belum sempat menanyakannya. Sudahlah, tidak perlu merasa bersalah. Itu bukan salahmu. Lebih baik sekarang kamu nyalakan lilinnya, setelah itu langsung potong saja. Sepertinya putriku sudah tidak sabar ingin mencicipinya.” Lelaki itu m
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status