All Chapters of Bertaruh Hati Demi Anak Tiri: Chapter 41 - Chapter 50
101 Chapters
Masih Misteri
"Sial! Pake acara jatuh lagi, duuuh! Ketauan, kan?! Kacau!"Kedua wanita itu keluar dan meminta kepada salah seorang teman prianya untuk mengejar. Wanita yang disebut bos itu menyipit memerhatikan siapa yang sudah berani menguping. "Loh, itu, kan ....""Tangkap dia! Tembak saja kalau bisa!" lanjutnya berteriak. Saling kejar-kejaran motor pun terjadi. Di tikungan, bahkan di trek lurus jarak mereka masih terbilang jauh. Dor! Dor! Namun, semua berakhir saat peluru itu berhasil meraja. Nahas, selain peluru itu mengenai target, peluru itu mengenai pengendara lainnya. *Malam menjelang. Suasana di kediaman Felix terasa hampa tanpa hadirnya Pricilla. Shreya yang sudah menidurkan Nathan pun memilih pergi ke kamar putrinya itu. Embusan napas kasar keluar begitu saja dari mulut Shreya. Hari itu adalah mimpi buruk bagi keluarga kecilnya. "Mama tidak mengerti dengan sikapmu. Selama ini kamu berlaku selayaknya seorang anak yang baik, patuh kepada orang tua. Tapi, kenapa dalam sekejap sem
Read more
Akhir Segalanya?
Shreya benar-benar menunggu sampai Jody siuman, sedangkan Felix membawa Nathan pulang sedari malam. Pagi itu tak hentinya senyum membingkai indah wajah cantik Shreya."Bu, Aya pulang dulu, ya? Nanti setelah urusan selesai, Aya ke sini lagi," pamit Shreya kepada Adelia. "Hei, jagoan, makasih, ya? Cepet sembuh," lanjutnya kepada Jody sembari mengacak rambut sang adik. "Kakaaakk!" Jody yang sedang terbaring lemah pun kesal atas perbuatan Shreya, karena pasalnya Jody tidak suka jika ada yang mengacak-acak rambutnya. Shreya tertawa. "Iiih, gemesss, deh!" Shreya terus saja menggoda. "Aya ... Nathan nungguin di rumah, loh. Kalo mau mimik gimana? Bukankah stok ASI semalam hanya sedikit?" ujar Adelia. Shreya menepuk kening, kemudian bergegas pergi. Dijemput Joko, Shreya pun meninggalkan rumah sakit. **Ting tung!Suara bel menggema di kediaman Felix pagi itu. Gegas seorang ART membuka daun pintu. "Cari siapa, Non?""Mas Felix ada, Bi?""Oh, ada. Jam segini biasanya Tuan sedang mandi."
Read more
Pricilla Bebas
Cindy, dialah yang menjadi laku utama yang memasukan obat terlarang itu ke dalam tas Pricilla. Shreya menceritakan jika Jody yang mengambil vidio itu. Hari itu Jody hendak menemui Shreya dan malah melihat Cindy. Saat itu Jody meyakini jika Pricilla ada di sana juga, dan ternyata benar. Jody yang mencurigai gerak-gerik Cindy sedari awal pun mengambil vidio secara sembunyi-sembunyi. Hanya saja, ketika polisi datang, Jody memilih meninggalkan mall. Bukan pulang, tetapi Jody menunggu Cindy ke luar dari mall. Jody mengikuti ke mana Cindy pergi. Hingga sampailah di sebuah gudang tua di sebuah perkampungan. "Rasa penasaran dan ingin mengorek kepastian lebih lengkap yang membawa Jody ke sana. Dan sekarang Jody terbaring di rumah sakit karena luka tembak yang diyakini adalah ulah anak buah Cindy."Felix dibuat terkejut dengan apa yang sudah didengarnya. "Cindy juga melakukan rencana pembunuhan kepada istri saya, Pak." Felix menceritakan apa yang sudah menimpanya tadi pagi. Shreya tercengan
Read more
Keberhasilan Shreya
Tiba di rumah, Shreya dan Felix disuguhkan oleh sang ART yang tiba-tiba saja duduk berlutut sembari menangis. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya. Saya tidak tahu kalo perempuan itu ternyata jahat dan bukan kerabat dari Nyonya.""Dia mengaku seperti itu?" tanya Felix. "Iya, Tuan." Sang ART pun menceritakan awal mula kedatangan Cindy."Bahkan dia minta dimasakin ini-itu. Mungkin agar saya tidak bolak-balik dapur ruang keluarga. Eh, ternyata dia malah me--""Sudah, sudah ... semua bukan salah Bibi, kok. Sekarang lebih baik Bibi bangun dan kembali bekerja. Wanita itu sudah masuk penjara, Bi," kata Shreya memotong ucapan sang ART. ART pergi. Pun dengan Shreya diikuti oleh Pricilla.Di kamar, kedua mata Pricilla membulat sempurna saat melihat bercak darah dekat box bayi. "I-itu darah apa, Ma?""Nathan jatuh," jawab Pricilla sembari menidurkan putranya di atas ranjang. "Ya, Tuhan, jadi luka itu gara-gara jatuh?"Shreya mengangguk, kemudian membersihkan darah itu. Shreya melangkah hendak membu
Read more
Perginya Shreya
Malam sudah tiba. Shreya berharap- harap cemas menunggu Felix akan mengajaknya bicara empat mata. Bukan tidak ingin dirinya yang memulai, tetapi Shreya sangat berharap jika Felix yang memiliki inisiatif sendiri. Tepat jam tujuh, Felix datang. Shreya tersenyum karena merasa senang. Bagaimana tidak? Shreya meyakini harapan itu ada. Namun, seketika senyum itu pudar karena kedatangan Felix hanya memastikan Nathan sudah tertidur atau belum. Kepada Shreya ia hanya berkata akan tidur lagi di kamar bawah sembari membereskan pekerjaan yang tertunda. "Mas ke sini hanya untuk itu saja?" tanya Shreya memastikan. "Iya. Lalu, memangnya mau apalagi? Tidak ada sesuatu yang perlu kita bahas, kan?"Shreya tersenyum samar. "Tidak! Tidak ada. Kalau begitu, selamat bekerja dan selamat malam."Shreya melihat jika Felix mengernyit, kemudian keluar. Shreya menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengembuskan kasar. "Baiklah kalau begitu," ucapnya sembari melihat ke arah pintu yang sudah tertutup. **Di kedia
Read more
Ketemu Mantan
Di sebuah hotel, Shreya berada. Pagi itu ia akan pergi ke sebuah kota dimana ia rasa cocok untuk menenangkan diri. Sambil menunggu waktu, Shreya menikmati sarapan terlebih dahulu. "Aya!" sapa seseorang. Shreya menoleh ke arah suara. Matanya menyipit memerhatikan. "Kak Antonio!" serunya saat tahu siapa pria yang memanggilnya. "Boleh duduk di sini?" tanya pria yang bernama Antonio itu. "Tentu! Silakan, Kak," sambut Shreya ramah. "Lama tidak bertemu," kata Antonio. Shreya mengangguk seraya tersenyum. "Iya. Kakak sama siapa? Istri? Anak?" Shreya celingukan. "Kakak masih sendiri.""O-oh, maaf." Shreya terlihat tak enak hati. Antonio tersenyum. "Tidak apa. Santai saja." Perhatian Antonio beralih kepada Nathan. "Tampan sekali putramu. Kakak turut berduka atas meninggalnya Alexander."Shreya mengernyit. "Kakak tau dari siapa kalo Mas Alex sudah meninggal?"Antonio menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskan perlahan, lalu pria itu menunjukkan kartu nama. Shreya meraihnya, lalu memb
Read more
Surat Cerai
Empat hari sudah kepergian Shreya dari rumah. Itu tentu saja membawa pengaruh terhadap Pricilla. Akan tetapi, setiap kali dilanda sedih, gadis itu bisa mengendalikan emosi dan memilih patuh kepada apa yang sudah Shreya amanatkan. Namun, pagi itu Pricilla dibuat kesal karena melihat Felix yang terlihat anteng-anteng saja. "Ada kabar tentang Mama Aya?" tanya Pricilla saat mereka menikmati sarapan. "Papa sudah cari, kan?" lanjut Pricilla. "Sudah.""Ke mana?""Yang sekiranya dia kunjungi."Prang! Pricilla menyimpan sendok di atas piring dengan kasar. "Kenapa Papa terlihat santai begitu? Jangan pikir aku tidak tahu dengan perasaan Papa sama Mama Aya. Move on, Pa, move on, helooww!" Pricilla mengibaskan tangannya kepada Felix. Napas Pricilla terengah-engah. "Mama Debora sudah tiada. Apalagi yang Papa harapkan? Semasa hidupnya Mama memilih pria lain, bukan? Itu artinya Papa tidak berarti buat Mama!""Jaga ucapanmu! Kamu masih anak kecil. Tidak mengerti apa-apa!" hardik Felix. Pricill
Read more
Kehilangan
Andreas tengah terbaring lemah di ranjang kamarnya. Pria paruh baya itu tidak ingin dibawa ke rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa Andreas terkena serangan jantung ringan. Pricilla dan Felix yang ada di kamar pun merasa tidak enak hati. Bruk! Pricilla duduk berlutut bahkan menunduk. "Kek, Nek, tolong maafkan kami. Mama Aya pergi gara-gara kami. Dan tolong berikan Papa kesempatan untuk memperbaiki semuanya."Melihat sang putri berlutut, Felix menghampiri dan turut. Ia memeluk Pricilla erat sembari menangis haru diiringi rasa bersalah. Andreas tersenyum. "Carilah putriku. Untuk lanjut atau tidaknya hubungan kalian, Ayah serahkan kepada Aya."Adelia menghampiri menantu dan cucunya itu. "Bangunlah! Benar kata Ayah, Nak. Temukan Aya. Belajarlah mencintai putri kami kalau rumah tangga kalian ingin tetap terjalin. Tapi, kalau keputusan Shreya tetap ingin bercerai, kami tidak bisa berbuat apa-apa."Felix dan Pricilla berdiri. "Baik, Bu, Yah. Aku akan cari Aya dan benar-benar akan menjalank
Read more
Cemburu
Pagi itu Felix sudah berada di satu tempat sesuai dengan alamat yang tercantum pada pesan semalam. Felix duduk di sebuah restoran. Matanya menyisir setiap sudut mencari siapa yang sekiranya akan menghampiri. Penampilan Felix yang berkacamata hitam, bertopi hitam tetap saja mencuri perhatian pengunjung lain yang mampu membuat dirinya risih. Tidak berselang lama, dari jauh terlihat orang yang sangat Felix kenal. "Maaf telat," kata orang itu. "Mari kita bicara sebagai laki-laki! Bukan sebagai atasan dan bawahan!" lanjutnya sembari duduk. Felix mengernyit. Sejenak ia berpikir. "Ah, jadi yang mengirim pesan semalam itu kau, Antonio?"Antonio tersenyum. Ia mengabaikan pertanyaan Felix. Pria berusia tiga puluh tahun itu malah berkata, "Wah, aku kira tidak akan datang. Rupanya perihal Aya gercep juga, ya? Tapi, sayang ... gercepnya kenapa sekarang, ya? Gak dari dulu, gitu?!""Apa maksudmu, Antonio?!"Lagi, Antonio mengabaikan Felix. Ia mencondongkan badannya ke depan, lalu berkata, "Aku
Read more
Kesempatan
"Sepertinya gelagat orang itu gak asing lagi, deh," kata Shreya. Antonio yang semula terus melihat kepergian Felix pun meminta Shreya untuk duduk. "Udah, ah, gak penting. Yuk, kita lanjut makan lagi!""Ah, iya, Kak." Shreya kembali duduk. Shreya melanjutkan makan, tetapi tidak dengan Antonio yang menyuruh. Pria itu justru terus menatap wajah cantik Shreya. "Ay?" panggil Antonio. Shreya mendongak. "Iya, Kak.""Menikahlah denganku!"Uhuk! Shreya terbatuk. Mona yang berada tepat di sampingnya langsung memberikan segelas air mineral. "Minumlah!"Shreya meraih, lalu meminumnya. "Ah, Kakak bikin kaget saja," ujar Shreya setelah meneguk air itu. Antonio tersenyum samar. "Kakak mencintaimu, Ay, sangat. Sampai detik ini tidak ada seorang wanita pun yang mengisi hati ini selain kamu."Shreya memalingkan wajah, lalu terdiam. Mona, yang merasa itu adalah perbincangan serius pun memilih pergi sembari membawa Nathan. "Kok, diem, Ay? Kamu gak beri Kakak kesempatan?"Shreya menoleh. "Emm ...
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status