Semua Bab Pembalasan untuk Suamiku dan Selingkuhannya: Bab 21 - Bab 30
120 Bab
Istri Boros
Tania terus menangis di sepanjang perjalanan, bahkan sampai Aryo dan Tania tiba di rumah. Tania mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan enggan bicara dengan Aryo. Aryo menggelengkan kepalanya, ia merasa malas untuk menenangkan istrinya yang sedang sensitif itu. "Sudahlah, mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Menangis gak berhenti, gak mau makan. Ingat, kamu itu sudah dewasa, sudah akan menjadi seorang ibu. Apa kamu tidak kasihan pada anak dalam kandunganmu? Dia pasti lapar," kata Aryo mencoba membujuk Tania. "Biar saja, biar aku dan anak ini mati. Tapi aku akan memberi tahu pada semua orang, bahwa kamu yang membunuh kami. Kami menderita karena perbuatanmu," ucap Tania di tengah isak tangisnya. "Aku hanya bertemu dengan anak-anakku. Kamu tahu sendiri, sejak berpisah dengan Indah, aku gak pernah menghubungi atau menemui mereka. Semua orang juga tahu, kalau hubungan anak dan orang tua tetap terjalin sekalipun kedua orang tuanya berpisah," jawab Aryo. "Tapi kamu menemui istr
Baca selengkapnya
Penyesalan Aryo
"Puas kamu, Mas? Kamu sudah membuat aku malu di depan semua orang," gerutu Tania. "Apa?! Kamu menyalahkan aku? Kamu yang belanja berlebihan. Aku sudah mengingatkan kamu, beli yang diperlukan saja. Barang-barang di toko tadi mahal, kalau kita beli di toko lain, kita bisa mendapatkan lebih banyak barang," kata Aryo. "Ini untuk anak pertama kita, Mas. Aku mau yang terbaik, termahal, dan paling bagus. Aku gak mau anak kita memakai barang pasaran yang dipakai oleh anak lainnya," ujar Tania sambil melengos. Aryo menatap istrinya dengan terkejut, ia menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku sudah ingatkan kamu, jangan memaksakan diri dan bergaya melebihi kemampuan! Lihat akibatnya! Uangku habis, kartu kreditmu melebihi batas. Sebentar lagi anak kita lahir, akan semakin banyak keperluan. Harusnya kamu bisa berpikir jauh ke depan!" "Aku yang harus berpikir? Lalu apa gunanya ada kamu, Mas? Kalau aku yang harus memikirkan dan menanggung semuanya, gak ada manfaatnya aku memiliki suami. Itu k
Baca selengkapnya
Ada yang mulai jatuh cinta?
Indah bergegas masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintunya. Sejenak ia memejamkan mata, mencoba mengatasi rasa kesalnya pada Aryo. "Siapa pria itu? Mengapa kamu malah asyik mengobrol saat jam kerja?" tanya seseorang dari balik meja. Indah tersentak kaget, ia tidak menyangka kalau Sandy ada di ruangan itu dan melihat dirinya berbicara dengan Aryo. "Sejak kapan Bapak di sini?" tanya Indah. "Jangan panggil Pak! Aku gak setua itu. Panggil saja aku dengan sebutan Mas," kata Sandy. "Baiklah, Mas," ujar Indah segan. "Jawab pertanyaanku tadi! Dan sejak kapan aku harus ijin dulu padamu untuk datang ke restoran ini?" ucap Sandy ketus. Indah menghela nafas panjang dan menatap Sandy. Ia duduk di kursi di hadapan Sandy. "Maaf, Mas. Pria tadi adalah mantan suamiku," jawab Indah. "Mantan suami?" tanya Sandy. "Iya, Mas pasti tahu dari Bu Ratna, kalau aku sudah pernah menikah. Iya kan?" kata Indah. Sandy menganggukkan kepalanya dan berpikir sejenak, lalu bertanya kembali, "Apa kamu sedek
Baca selengkapnya
Ungkapan Hati
Malam itu Sandy berbaring di tempat tidurnya dengan gelisah. Ia tidak dapat mengalihkan pikirannya dari sosok Indah. Entah mengapa akhir-akhir ini Sandy selalu memikirkan wanita yang menyebalkan itu.Awal bertemu dengan Indah, Sandy langsung mengakui bahwa Indah cukup cantik dan menarik. Namun Indah terlalu ketus dan cerewet baginya. Tetapi di balik semuanya itu, ternyata Indah adalah wanita tegas dan mandiri. Ia bekerja keras menghidupi diri sendiri dan anak-anaknya. Sandy tidak merasa terkejut ketika mendengar Indah mengatakan bahwa ia sudah pernah menikah dan mempunyai dua anak. Sandy sudah mengetahui status Indah dari ibunya. Bu Ratna saat itu menyampaikan padanya akan membuka sebuah restoran dan sudah menemukan orang yang tepat untuk mengelolanya. Mendengar cerita dari ibunya, Sandy menyangka sosok Indah seperti wanita pada umumnya yang sudah menikah. Apalagi Indah pandai memasak dan mengurus dapur. Sandy membayangkan Indah bertubuh gemuk dan tidak menarik. Namun Sandy terceng
Baca selengkapnya
Jawaban Indah
"Indah," kata Sandy. "Apa yang Mas lakukan di sini?" tanya Indah. Ibu berdiri, lalu menatap Indah dan Sandy bergantian. "I-ibu ambilkan minuman dulu untuk kalian," kata Ibu Indah berlalu masuk ke dalam rumah. Indah duduk di kursi dan menatap Sandy dengan penuh makna. Ia sempat mendengar pembicaraan Sandy dengan ibunya tadi. Namun otaknya sangat sulit mencerna setiap hal yang ia dengar tadi. Ia ingin kembali mendengar secara langsung dari mulut Sandy. "Ada apa, Mas?" tanya Indah. "Indah, ini untukmu. Aku datang kemari untuk mengungkapkan isi hatiku padamu. Aku menyukai dan mencintai kamu," jawab Sandy sambil menyerahkan buket bunga pada Indah. Namun Indah tidak terlalu menanggapi Sandy. Ia menerima bunga itu dan meletakkannya begitu saja di meja. Indah masih terkejut, ia kini yakin bahwa dirinya tidak salah mendengar perkataan Sandy pada ibunya. Ia menatap Sandy dan berkata, "Mas pasti bergurau, iya kan? Aku tidak akan tertipu dengan permainan dan jebakanmu kali ini," kata Inda
Baca selengkapnya
Tania Melahirkan
Aryo sedang duduk di meja kerjanya dengan gusar. Beberapa waktu belakangan ini, kinerjanya terus menurun. Atasan Aryo sudah memperingatkannya berulang kali, karena produktivitas dan target Aryo menurun dua bulan ini. Aryo melihat surat peringatan yang baru selesai ia baca di tangannya. Perusahaan sudah mengancam untuk menurunkan jabatan Aryo jika bulan ini targetnya tidak juga dapat tercapai. Aryo mengacak rambutnya frustasi, dia tidak bisa berpikir, harus kemana lagi mencari konsumen baru. Beberapa anak buahnya sudah menjadi sasaran kemarahan Aryo. Hari ini Aryo memerintahkan semua anak buahnya keluar dan harus mendapatkan konsumen bagaimanapun caranya. Tiba-tiba ponsel Aryo berdering, ia mengambil ponselnya dari atas meja dan melihat nama Tania di layar itu. Aryo kembali meletakkan ponselnya dengan malas, rasanya ia enggan untuk menjWab panggilan telepon itu. Biasanya Tania hanya akan mengomel, marah, atau meminta sesuatu yang memusingkan bagi Aryo. Beberapa saat lamanya Aryo me
Baca selengkapnya
Awal Kehancuran Rumah Tangga Aryo
Keluarga Tania datang menjenguk ke rumah sakit. Kedatangan mereka membuat sifat Tania semakin menjadi. Tania tidak mau menyusui, menggendong, dan merawat anaknya. Ia terus mengeluh kesakitan, sekalipun dokter sudah meresepkan obat untuknya. Aryo tidak bisa berbuat apa-apa, saat Tania meminta sesuatu yang di luar nalarnya, keluarga Tania selalu membela dan meminta Aryo memakluminya. Ibu Aryo memilih menyingkir, tidak datang lagi ke rumah sakit untuk menemui menantu dan cucunya. Aryo mulai melihat tagihan rumah sakit yang terus membengkak, dan harus memutar otak untuk mencari uang. Dokter sudah mengijinkan Tania dan bayinya untuk pulang besok, itu artinya besok seluruh biaya rumah sakit harus lunas. "Mas, besok aku mau pulang ke rumah orang tuaku saja," kata Tania malam itu. "Apa?! Kenapa seperti itu?" tanya Aryo. "Aku masih harus menyesuaikan diri dengan pola hidupku yang baru juga bagaimana cara merawat anak ini. Sementara kamu harus pergi bekerja dari pagi sampai malam. Aku gak
Baca selengkapnya
Masih ada cinta?
Ting.. Sebuah notifikasi menunjukkan adanya pesan yang masuk ke ponsel Indah. Indah yang sedang duduk di tempat atas tempat tidur segera mengambil gawainya dari atas nakas. "Indah, kamu sudah tidur?" sebuah pesan dari Aryo. Indah tak langsung membalas pesan itu. Sejak kemarin Indah mengijinkan Aryo mengantarnya pulang, Aryo mengirimkan beberapa pesan untuknya. Rasanya sangat aneh bagi Indah, karena dulu saat pernikahan mereka masuk ke masa jenuh, Aryo tak pernah mengirimkan pesan semacam itu. Saat Indah menelepon atau mengirim pesan pada Aryo, suaminya itu bahkan sangat jarang membalas pesan Indah. Aryo selalu beralasan sibuk bekerja, tak sempat menjawab telepon atau membaca pesan Indah. Jika membalas, nada pesan Aryo selalu penuh amarah dan menjawab seperlunya saja. Saat ini Aryo sepertinya sedang menemukan kembali rasa penasaran atau kerinduan pada Indah dan anak-anaknya. Tapi Indah tak mau terhanyut, ia tidak boleh luluh pada perhatian dan perlakuan Aryo padanya. Sesekali In
Baca selengkapnya
Menjadi selingkuhan mantan suami
Indah menghela nafas panjang, ia sama sekali tidak merasa senang mendengar sanjungan mantan suaminya itu. "Pikirkan dengan matang tentang istri dan anakmu, Mas. Aku wanita, yang juga pernah merasakan sakit karena kamu khianati," jawab Indah. "Kali ini aku sungguh-sungguh, Ndah. Aku ingin kamu menjadi istriku lagi. Kalian bertiga adalah sumber kebahagiaan bagiku," kata Aryo."Jujur aku juga merindukan masa-masa kebersamaan kita, Mas," ujar Indah. Binar bahagia terlihat di mata Aryo, ia bersorak dalam hatinya mendengar perkataan Indah.Kata Aryo, "Kamu juga merasakan hal yang sama denganku, Sayang?" "Entahlah, Mas. Sayangnya saat ini kamu sudah menjadi suami dari wanita lain," ujar Indah berusaha terlihat menyesal di depan Aryo. "Sayang, demi kamu aku rela kembali padamu. Aku akan melepaskan Tania. Aku sadar saat ini, bahwa aku tidak pernah mencintai dia," kata Aryo. Indah tersenyum tipis, ia yakin bahwa mantan suaminya itu telah masuk ke dalam jebakannya. Selangkah lagi, ia akan
Baca selengkapnya
Pembalasan Setimpal untuk Tania
Akhir pekan itu, Aryo mempersiapkan diri untuk datang ke rumah orang tua Tania. Tekad Aryo telah bulat untuk berpisah dengan Tania. Kini Aryo menyadari bahwa dirinya telah terjerat dalam cinta semu yang telah memabukkan dirinya. Aryo harus mempersiapkan diri, menghadapi kemarahan Tania dan keluarganya. Wajar mungkin, karena Aryo akan meninggalkan Tania dan buah hatinya yang baru hitungan minggu usianya. 'Aku tidak akan goyah dengan tangisan atau kemarahan Tania. Aku sudah merasa yakin dengan keputusanku, dan hatiku bulat untuk kembali pada Indah setelah semua urusan ini selesai. Aku rasa Indah tak akan keberatan jika aku tetap bertanggung jawab dan memberi nafkah pada Cahaya, anakku dengan Tania, apalagi kondisi keuangan Indah saat ini cukup baik,' gumam Aryo. Tak terasa, bus yang dinaiki Aryo telah tiba di kota kelahiran Tania. Ia bergegas turun dan menuju ke alamat rumah orang tua Tania. Aryo hanya dua kali menginjakkan kaki di rumah itu, yaitu saat berkenalan dengan keluarga Tan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status