All Chapters of BESANAN DENGAN MANTAN: Chapter 41 - Chapter 50
85 Chapters
41. Kelakuan Nona
"Kopi. Aku harus menyingkirkan minuman itu mulai dari sekarang," tekadku kemudian.Niat masuk kamar sendiri aku urungkan. Lebih baik pergi ke dapur dulu. Toples berisi kopi ada di kabinet dapur atas.Gegas kuambil toples tersebut. Lantas menuang seluruh isinya ke bak cucian piring. Seketika bubuk kopi tersebut larut saat kubuka keran air. Air dalam bak cucian berubah menjadi hitam.Sebenarnya agak sayang juga melihatnya. Karena aku baru beli bubuk kopi tersebut tiga hari lalu atas permintaan Galang. Isi toplesnya masih cukup penuh.Kubersihkan bak cucian hingga tidak ada lagi bubuk kopi yang tersisa. Semuanya sudah kembali bersih. Setelah itu baru kukembalikan toples kopi pada tempatnya lagi."Lho ... Ibu sudah balik?"Aku terkejut mendengar teguran dari belakang. Ketika balik badan sosok Nona menatapku datar."Iya baru saja," jawabku pelan."Nyari apa, Bu?" tanya Nona melihat aku tadi tengah membuka kabinet dapur atas guna menaruh toples."Eum ...." Aku berpikir sejenak, "ibu lumayan
Read more
42. Kelakuan Gading
Nona mendengkus kasar. "Iya kami mau sholat bersama." Akhirnya dia mengalah.Kami sholat berempat. Bunga absen karena masih dalam masa nifas. Seperti biasa Gading yang memimpin ibadah.Selepas sholat Maghrib kami langsung menuju meja makan. Lagi-lagi Galang dan Nona memilih tidak ikut bergabung."Kami mau makan di luar saja, Bu," jelas Galang sekalian pamit, "Nona gak suka menu masakan yang Ibu buat."Walau pun dada ini terasa sesak. Namun, aku tetap mengizinkan dengan anggukan."Maafkan Embak aku ya, Bu," ucap Bunga ketika Galang dan Nona berlalu pergi. Bunga tampak tidak enak hati melihat kelakuan sang kakak."Mbak Nona emang selalu begitu. Anak dan cucu pertama. Dari kecil dia selalu dimanja oleh semua. Selalu terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan. Makanya egois gitu," tutur Bunga dengan wajah prihatin, "aku saja sebagai adik dituntut sering mengalah sama dia," pungkasnya gusar.Aku menanggapi dengan tersenyum miris. "Watak seseorang memang tidak bisa dirubah. Tetapi perilaku bi
Read more
43.Perkara Kopi
Ketukan itu terdengar begitu keras. Aku dan Gading saling berpandangan. Karena Galang terus berteriak, lekas kubuka pintu dari kayu jati itu."Ibu lama banget sih buka pintunya," bentak Galang kasar."Ada apa sih?" Gading menatap adiknya dengan sebal, "pulang-pulang langsung main gedor," tegurnya sembari bersidekap.Aku sendiri walau sesak dengan bentakan Galang, tetap berusaha bersikap tenang. "Ada apa, Lang?""Ibu ngumpetin toples kopi?" tuding Galang tanpa basa-basi."Jangan sembarang kalo ngomong sama ibu, yang sopan kan bisa!" Suara Gading mulai terdengar keras."Ya habisnya kopi yang masih penuh tiba-tiba gak ada," sahut Galang masih meradang.Perkara kopi rupanya."Udah kamu periksa?" Kembali aku bertanya dengan lembut."Adanya toples gula sama toples kosong, Bu," balas Galang ketus."Ya berarti sudah habis itu.""Nona bilang tadi pagi masih penuh, Bu," sergah Galang terlihat berang."Aku yang habisi, kenapa memang?" timpal Gading dengan sikap menantang."Bohong banget!" sergah
Read more
44. Taktif Arif
"Kalo kamu lagi bercanda itu gak lucu, Ding!" Nona sontak meradang, "kamu pikir aku ini wanita apa?" Sifat aslinya keluar lagi."Iya. Punya mulut itu direm kalo bicara, jangan asal main celoteh!" Galang membela sang istri."Lho-lho kenapa pada sensi?" Gading mendongak untuk menatap Galang dan Nona secara bergantian, "orang kalo enggak ngelakuin itu santai. Bukan senewen begini.""Habisnya kamu asal main tuduh, Ding." Galang menyahut cepat."Gak asal main tuduh." Gading mengelak tenang, "setahuku kamu itu paling anti sama kopi karena punya maag. Ditraktir minum di Starbucks saja kamu nolak kok, mosok tiba-tiba jadi doyan kopi buatan Nona. Yang menurut aku biasa-biasa saja dulu. Ingat sebelum kamu jadi suaminya Nona, aku terlebih dulu sering minum kopi buatan dia."Galang dan Nona terbungkam tidak bisa membantah argumen Gading yang cukup panjang itu."Setiap orang kan punya selera tersendiri. Mungkin bagi kamu, kopi buatan aku biasa saja. Tapi di lidah Galang nikmat itu kan bisa saja t
Read more
45. Galang Tinggal Di Rumah Arif
"Anak ayah kan bukan cuma aku saja. Kenapa mesti harus aku yang pulang?" protes Nona terlihat enggan. Ketika tangan Galang menggenggamnya, Nona malah bersandar pada pundak sang suami."Soalnya kan Mbak Nona yang masih bebas. Kalo Mbak Bunga kan sudah repot dengan bayinya." Pelayan Nona memberi alasan yang tepat."Lagian tempat kerja Gading lebih dekat dari sini. Sementara tempat kerja kamu jauh lebih dekat jika kalian tinggal di rumah sana," ujarku ikut menambahkan."Gimana, Lang?" Nona meminta persetujuan dari sang suami."Terserah kamu ... kalo kamu kerasan tinggal di sini kita bisa balik kalo ayahmu udah sembuh," balas Galang terlihat bijak sekaligus penurut sekali."Aku juga ikut kalo pulang ke rumah, Mbak. Mau nginep sehari dua hari di sana," pinta Bunga sambil memangku Fawwaz."Ya sudahlah kita pulang hari ini," putus Nona kemudian. "Kita beres-beres dulu, ya." Usai pamit wanita itu menyeret lengan suaminya menuju kamar."Mas, kamu ikut nginap di rumah ayah gak?" tanya Bunga pad
Read more
46. Kesediaan Galang
Hari berlalu. Sudah tujuh hari Galang meninggalkan rumah. Anak itu sama sekali tidak memberikan kabar.Sebagai seorang ibu tentu aku merasakan rindu. Dulu sewaktu masih ngekost kami memang berpisah. Namun, baik aku ataupun Galang akan selalu kirim kabar lewat telepon setiap harinya.Hari ini aku mengalah untuk menghubungi anak itu duluan. Aku melakukan panggilan video. Wajah Galang tampak datar.Tidak ada raut kangen padaku. Ketika kutanyakan kabar, Galang menjawab baik-baik saja. Anak itu terlihat buru-buru mengakhiri percakapan kami. Dan aku tidak dapat mencegah. Apalagi di sampingnya ada Nona yang mengawasi.Tidak disangka dua hari kemudian, Galang muncul di rumah. Anak itu datang seorang diri dengan menaiki ojek. Motornya memang berada di sini, sedangkan mobil Pajero mahar dulu memang sudah hak menjadi milik Nona.Galang tidak banyak cakap. Anak itu memilih diam saat kami makan malam bersama. Baik aku dan Gading tidak mau menegurnya dulu."Ini sudah malam, Lang. Kamu gak pulang ke
Read more
47. Pak Ustadz
"Alhamdulillah." Aku bersyukur lega mendengar kesediaan dari bibir Galang.Padahal kupikir akan ada drama penolakan atau sejenisnya. Ternyata Galang hanya syok saat kubeberkan bukti rekaman percakapan Nona. Air mata yang menetes menjadi pertanda jika Galang teramat sedih dengan kenyataan yang ada."Kamu sudah siap untuk diruqyah Pak Ustad, Lang?" tanyaku memastikan.Galang hanya mengangguk dengan tangan mengelap buliran bening yang membasahi pipinya."Anak saya sudah mau diruqyah, Pak Ustad," laporku pada ustad muda di hadapan."Oh nggih." Ustad muda itu menganguk. "Sekarang sebelum prosesnya dimulai, Mas Galang sebaiknya pergi wudhu dulu, monggoh," suruh ustad mempersilakan."Ayo, Lang!" ajakku lembut.Lagi-lagi Galang hanya mengangguk. Perlahan ia bangkit. Anak itu melangkah lesu menuju kamar mandi di rumah neneknya ini.Kisaran tujuh menit menanti, Galang kembali. Wajah dan beberapa anggota tubuh lainnya tampak basah. Anak itu duduk di sampingku.Kami semua duduk lesehan di lantai.
Read more
48. Ruqyah
"Panaaas!" Galang menjerit sembari menutupi kedua daun telinganya.Pak ustad tetap tenang meneruskan bacanya."ARGHHH!" Galang mengerang marah.Dia menyentakan tubuh. Tatapannya begitu garang pada ustad. Seakan ingin menyerang pria itu. Namun, alunan ayat yang terlantun dari bibir sang ustad membuat Galang terus mengerang."Hentikaaan! Hentikaaan!" Kali ini Galang menggulingkan tubuhnya. Dia menyembunyikan wajahnya pada karpet.Ada rasa cemas menyaksikan itu. Jani yang paham kekhawatiranku langsung mengelus lenganku untuk menenangkan. Sementara Ibu terus menatap cucunya dengan wajah sendu.Pak ustad maju mendekati Galang yang masih seperti cacing kepanasan."Siapa kamu?" tanya Pak ustad menyampirkan tangannya pada pundak Galang."ARGHHH! Pergiii!" Galang menghardik garang."Kamu yang harus pergi dari tubuh Mas Galang ini," balas Pak ustad tenang."Gak mau! Saya sudah nyaman di sini ... Arghhh!" Galang terus berteriak."Kalo kamu gak mau pergi, saya akan terus membaca ayat-ayat suci,"
Read more
49. Saran Untuk Galang
"Sudah jangan terlalu dipikirkan." Aku menipiskan bibir, "sekarang kita temui Pak ustad. Bilang terima kasih pada beliau," suruhku dengan hatinya yang lega."Iya, Bu." Galang mengangguk patuh.Sebelum beranjak, ponsel Galang terdengar berdering kembali. Anak itu mengecek. Dia berdecak malas. Dirinya diam membiarkan saja ponsel itu berbunyi."Nona yang telpon?" Aku menebak yakin."Ho'oh." Galang menyahut singkat."Kenapa gak diangkat.""Aku bingung harus ngomong apa, Bu?" Wajah Galang tampak frustrasi."Hadapi saja dengan tenang. Gak usah takut," saranku lembut."Aku belum siap ngomong sama dia," aku Galang jujur. "Aku silent saja biar nanti beralasan pura-pura gak dengar." Akhirnya Galang menggerakan lagi jempolnya. Setelah itu dia menaruh ponsel itu begitu saja di meja."Ayo, Bu, temui Pak ustad," ajak Galang dengan senyum hangat."Ayo!"Kami berdua menuju ruang tamu. Pak ustad tengah berbincang dengan Ibu dan juga Jani."Eh Mas Galang sudah selesai mandi?" sapa Pak ustad saat meliha
Read more
50. Reaksi Nona
Galang tidak menyahut. Namun, kulihat dia mengangguk pelan. Selanjutnya anak itu menambah kecepatan laju motornya. Kami hanya beristirahat di rest area untuk mengisi perut dan juga mengisi bahan bakar. Hingga waktu dzuhur kami baru tiba di komplek perumahan. Aku agak sedikit tertegunkarena yang membukakan pintu gerbang rumah adalah Nona."Kapan datang, Non?" sapaku begitu turun dari motor. Galang sendiri tidak menyapa. Anak itu berjalan sembari menuntun motornya hingga masuk ke garasi."Aku datang tadi pagi, Bu," jawab Nona datar. "Bagaimana keadaan ayahmu?" tanyaku sambil melangkah masuk ke rumah."Baik, makanya aku pulang ke sini," jawab Nona mengikuti langkahku."Baguslah," ujarku sembari mendaratkan badan pada kursi tamu. Duduk di jok motor hingga lima jam lamanya membuat badan terasa pegal. Sementara Nona tetap berdiri. Matanya terus tertuju pada pintu. Pastinya dia tengah menanti Galang."Bunga mana?" tanyaku lagi."Lagi ngelonin Fawwaz di dalam." Nona mengarahkan dagunya p
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status