BESANAN DENGAN MANTAN

BESANAN DENGAN MANTAN

By:  Yenika Koesrini  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
13 ratings
85Chapters
4.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Marini harus berbesanan dengan Arif mantan kekasihnya dulu. Sebenarnya itu tidak menjadi soal, hanya saja istri Arif yang bernama Sarita adalah mantan musuh hutannya Marini. Keduanya pernah bersaing untuk mendapatkan Arif. Di sisi lain menjadi mertua untuk seorang wanita yang berbeda karakter itu tidak mudah. Bunga menantu pertama Marini adalah anak bungsu Arif yang manja. Sedangkan Nona menanti kedua Marini adalah putri sulung Arif yang cenderung bersikap tegas dan cuties mirip Sarita.

View More
BESANAN DENGAN MANTAN Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mimi Fatma
sepertinya menarik.. ini lagi mau mulai baca
2024-03-25 11:44:01
0
user avatar
Ratna Yayang Debor
Bagus nih ceritanya...menarik judulnya. semangat berkarya, kak Yenika. sukses selalu.......
2023-11-13 16:41:10
0
user avatar
Puspita Rahayu
lanjut untuk terus berkarya
2023-07-21 20:18:25
0
user avatar
Wiwin
Novelnya bagus. saya suka.
2023-07-21 16:25:46
0
default avatar
Ida
Aq sdh baca buku ini Plotnya beda dg buku” lainnya Dan tdk rugi kita membacanya Dijamin Yukkk segera tambahkan ke pustaka buku ini Ahaiiii
2023-07-21 00:18:30
2
user avatar
Evhae Naffae
Keren, semangat tor .........
2023-07-20 15:12:39
0
user avatar
Asri Maulianaa
ceritanya menarik
2023-07-20 12:58:05
1
user avatar
Meisya Jasmine
sip, ceritanya oke
2023-07-19 12:40:12
1
user avatar
Lyra Vega
Good! lanjut
2023-07-19 11:44:36
0
user avatar
Siti Auliya
keren Thor, lanjut
2023-07-19 11:19:22
0
user avatar
Lia M Sampurno
Keren ceritanya
2023-07-19 11:13:34
0
user avatar
Galuh Arum
novel yang bagus, di lanjut ya thor
2023-07-19 10:46:30
0
user avatar
Yenika Koesrini
novel ini unik lain daripada yang lain
2023-07-19 10:32:02
0
85 Chapters
1. Kejadian Sore Hari
SATU BESAN DUA MENANTU"Astaghfirullah hal adzim ... ya Allah, Gadiiing!" Aku menutup mulutku dengan kedua tangan. Syok, marah, dan sedih berkumpul menjadi satu. Anak bujang yang kudidik dengan penuh kasih sayang. Serta kutanamkan ajaran agama sedari kecil tega melempar kotoran pada wajah.Sore ini dengan mata kepala sendiri, aku melihat Gading tengah berbuat hal yang dilarang agama. Putra sulung kebanggaan itu terlihat menggagahi seorang gadis. Dia melakukan zina di rumah yang biasa aku dan adiknya gunakan untuk mengaji."I-ibu?"Gading dan gadis di bawahnya pun sama terkejutnya dengan aku. Tidak bisa berkata-kata lagi, aku memilih hengkang dari kamar Gading. Kaki yang masih gemetaran ini aku seret hingga ke dapur. Pada meja makan, aku menghempaskan tubuh.Kuraih teko berisi air putih. Gegas kutuang isinya pada gelas. Air putih dingin ini cukup membasahi tenggorokan yang cukup kering ini."Astaghfirullah hal adzim." Aku kembali menyebut. Rasa sesak yang teramat membuatku mengusap
Read more
2. Kedatangan Musuh Bebuyutan
"Mari masuk! Kita bicarakan semuanya di dalam dengan kepala dingin." Aku mengajak setelah mampu menata hati."Cih! Gak sudi ya aku menginjakkan kakiku ke rumah kamu," tolak Sari sambil memleot-mleotkan bibirnya yang bergincu merah itu. Tebal sekali terlihat dia seperti Sari baru saja mengisap darah."Sariii!" Suaminya menyergah lagi."Apa sih, Mas?" Sari melototi suaminya, "dari tadi Sara-Sari terus," semprotnya judes."Jaga mulut kamu! Ingat ini rumah orang." Pria berumur akhir empat puluhan itu memperingatkan sang istri."Iya, aku tahu ini rumah mantanmu yang namanya masih kamu sebut kalo ngigau," tukas Sari sembari berkacak pinggang.Aku sendiri cukup terhenyak mendengarnya. Begitu juga anak-anak. Keduanya sontak menatapku lalu berpaling pada suaminya Sari. Membuat wajah pria itu merah seperti kepiting rebus. "Ibu kenal Bapak Arif dan Ibu Sarita?" tanya Gading terlihat ingin tahu. Di belakangnya sang adik tidak kalah penasarannya."Bukan cuma kenal, tapi puluhan tahun yang lalu ib
Read more
3. Ancaman Sarita
"Kamu bener-bener keterlaluan, ya?! Udah ngembat anak saya, sekarang mau menjelekkan Bunga," caci Sarita geram. Tangannya kembali hendak mencakar Gading. Namun, baik aku dan Mas Arif sama-sama menghalangi. Aku yang menjadi tameng buat Gading, sedang Mas Arif menarik lengan istrinya."Sari, jaga kelakuan kamu! Ingat tujuan kita datang ke sini!" Mas Arif tampak serius memperingati."Tentu saja ingat," sahut Sarita ketus, "kita akan menuntut Gading secepatnya. Biar dia membusuk di penjara karena telah tega memperkosa anak di bawah umur," cerocos wanita itu menggebu-gebu."Saya tidak memperkosa Bunga, Bu. Dia sendiri yang datang untuk menggoda saya." Gading kembali melakukan pembelaan."Kamu itu bener-bener, ya!" Ketika Sarita hendak menggampar Gading, lagi-lagi sang suami mencegahnya."Mas Arif, saya paham Mbak Sari sangat terpukul dengan kejadian ini. Apalagi kalian ada di pihak perempuan. Saya yang berada di pihak laki-laki pun sangat menyayangkan." Aku berkata dengan tenang, "tapi, k
Read more
4. Cerita Gading
"Boleh saya pinjam handuk?" izin Bunga dengan terus menggigil."Oh ... ya." Gading mengangguk. Sebentar saya ambilkan."Gading bangkit. Dia menderap menuju kamar. Pemuda itu menarik salah satu handuk koleksinya di lemari. Pemuda beralis tebal itu kembali menemui Bunga. Dirinya lantas menyerahkan handuk pada Bunga."Terima kasih," ucap Bunga saat menerima handuk dari Gading.Bunga langsung mengeringkan rambutnya. Lalu turun mengeringkan tangan dan kaki. Tiba-tiba tanpa malu gadis itu membuka dua kancing depan seragamnya. Seperti tengah menggoda, dia menggosok lehernya dengan sangat pelan."Saya buatkan teh hangat untuk kamu, ya," putus Gading karena merasa risih melihat tingkah murid didiknya itu.Gading kembali meninggalkan Bunga. Dirinya kini beranjak ke dapur. Dia membuka kabinet atas dapurnya. Tangannya cekatan mengambil cangkir dan dua toples berisi gula dan teh, lantas meraciknya menjadi teh manis hangat. Setelah jadi Gading membawanya ke hadapan Bunga."Silakan diminum," suruh
Read more
5. Ada Udang Dibalik Batu
Aku dan Galang saling berpandangan. Kami mengenal Gading dengan baik. Dia anak yang tidak neko-neko. Jarang berbohong pada kami. Ketika kutatap seksama, sinaran maniknya memancarkan kejujuran."Kira-kira apa motif Bunga menggoda kamu?" tanyaku penasaran."Entahlah, Bu." Gading menggeleng pelan, "walaupun aku mengajar dia privat, tapi di luar kami gak begitu deket. Eum ... di sini aku yang memang membatasi diri bergaul dengan murid perempuan.""Mungkin Bunga naksir kamu, Mas." Galang beropini.Gading menghela napas. "Aku gak tahu.""Kelakuan dia bagaimana di sekolah?" Aku bertanya lagi."Setahuku Bunga itu anak yang ceria. Dia termasuk siswa yang populer. Temannya banyak," terang Gading kalem. "Sayangnya nilai akademisnya gak begitu bagus. Makanya dia minta privat sama aku.""Oh ...." Aku dan Galang mengangguk bersamaan."Bunga ada punya cowok gak, Mas?""Aku gak tahu. Kan sudah dibilang, kami gak begitu dekat," balas Gading sembari menatap adiknya, "cuma sepertinya dia banyak penggema
Read more
6. Janji Bunga
"Jadi serius kamu sudah bisa mendapatkan ciuman dari Pak Gading?" tanya teman Bunga dengan penasaran. Gading yang mendengar namanya disebut menghentikan langkah. Dia bersembunyi di balik pilar untuk mencuri dengar percakapan siswi-siswi populer itu."Gak cuma ciuman, aku malah bisa ngajak Pak Gading tidur," sahut Bunga jumawa.DEG!Gading sendiri tertohok mendengar jawaban Bunga. Dia tidak menyangka jika Bunga bisa berkata seperti itu dengan santainya."Nih kalo gak percaya." Bunga mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. Sontak ketiga teman Bunga langsung berebut ingin melihat.Gading kini ternganga. Pemuda itu teringat kejadian seminggu yang lalu. Di sela permainan panasnya dengan Bunga, Gading teringat jika remaja itu terlihat mengotak-atik ponselnya. Namun, karena nafsunya sedang di ubun-ubun, saat itu Gading tidak peduli. "Gilaaa! Kalian bener-bener hot," seru ketiga teman Bunga begitu melihat video pada gadgetnya Bunga. Ketiganya saling bersitatap, lalu terbahak bersama. "Lh
Read more
7. Keputusan Gading
"Bunga beneran bilang seperti itu?" tanyaku tidak percaya ketika Gading merampungkan ceritanya."Iya, Bu. Buat apa aku bohong?" sahut Gading terlihat jujur, "makanya setelah dengar pengakuan Bunga, aku memutuskan untuk berhenti kasih les ke dia.""Bener-bener bocah nakal ya si Bunga itu," timpal Galang seraya geleng-geleng."Salah pergaulan kalo menurut aku." Gading menanggapi omongan adiknya."Kok kamu bisa tahu, Ding?" Kini aku yang penasaran."Walau gak begitu dekat, tapi aku tahu dengan siapa Bunga bergaul.""Anak-anak nakal?" Aku dan Galang menebak bersamaan."Lebih tepatnya anak-anak yang kurang kasih sayang." Gading meralat."Elina, ketua gengnya Bunga setahuku anak broken home. Walau pun kedua orang tuanya berada, tapi selalu kesepian karena tinggal sendiri. Kalo Bunga ... kedua orang tuanya terlalu sibuk menurutku. Seperti gak punya waktu buat anaknya," jelas Gading menerangkan. Anak itu adalah guru privat keduanya, jadi wajar jika sedikit paham kondisi keluarga mereka. "Kasi
Read more
8. Nona yang Malang
Walau pun terlihat tidak begitu bersemangat, tetapi Gading mengindahkan nasihatku. Dia memang anak yang penurut. Makanya saat kusuruh untuk menghubungi Mas Arif tanpa banyak bicara dia mengiyakan. Kuperintahkan agar Gading memberi tahu pada keluarga Bunga, bahwa kami akan bertandang. Tidak lama Gading mendapat balasan."Pak Arif bilang, mereka siap terima kita kapan saja, Bu," kata Gading saat membacakan balasan pesan dari Mas Arif."Baguslah," tanggapku tenang. Tangan ini tengah sibuk melipati baju-baju yang baru saja dijemur tadi siang. "Kira-kira kapan kita bersilaturahmi ke rumah Bunga, Ding?""Terserah Ibu," sahut Gading tampak tidak bersemangat."Kenapa lesu begitu?" tegurku menatap wajah Gading yang terlihat muram."Aku ... aku takut ketemu Nona, Bu." Gading mengaku dengan jujur."Jadi kamu belum bicara soal Bunga sama Nona." Aku menerka dengan heran. "Kenapa?" tanyaku saat Gading hanya menggeleng lemah."Nona kerja di Baturaja, Bu. Jadinya kami jarang ketemu," terang Gading p
Read more
9. Kisah Nona
"Ibu ... Ibu lagi gak bercanda kan?" cecar Nona masih gemetar."Apa untungnya ibu bohong sama kamu?" sergah Sarita secepatnya, "tadi kupingmu dengar sendiri kan kalo ibunya Gading mau membahas masalah Gading dan Bunga bukan dengan kamu."Manik Nona kini beralih ke Gading. "Mas, tolong katakan kalo ini semua adalah bohong," pintanya penuh pengharapan.Gading mendesah bimbang. "Apa yang terjadi tidak seperti yang kamu pikirkan, Non," ujar Gading tidak berdaya."Jadi benar kamu telah menodai adikku?!" sergah Nona mulai naik pitam."Bunga jebak aku, Non." Gading membela diri."Lelaki pengecut!" Sarita meradang, "bukannya minta maaf telah berbuat asusila, malah tega menuduh anakku yang tidak-tidak," makinya sembari menunjuk-nunjuk Gading dengan geram."Sarita, jaga bicaramu!" Mas Arif memperingatkan."Aku marah karena anak kita dihamili gurunya, apa itu salah?!" sahut Sarita ketus. "Bukan kah kita sudah sepakat untuk menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin?" Lagi-lagi Mas Arif meng
Read more
10. Perundingan
"Dari kecil aku sudah terbiasa dinomorduakan." Bunga bercerita dengan air mata yang terus luruh membasahi pipi. "Kalian selalu mendahulukan kepentingan Nona. Jika kami bertengkar aku yang disalahkan. Kalo ketahuan Nona yang salah, aku disuruh memaafkan dan mengalah. Di sini aku seperti anak pungut kalian," tuturnya berapi-api dalam kesedihan.Mas Arif, Sarita, dan Nona diam seribu bahasa. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangkal. Pertanda omongan Bunga adalah kebenaran."Apa pun alasannya, tindakan kamu ikut taruhan itu gak bener," ujar Mas Arif dingin."Kalo ayah beli apa yang aku minta aku juga gak bakalan mau ngelakuin itu." Bunga lekas merespon."Jangan-jangan ini bagian dari akalan kamu untuk menarik perhatian ayah dan ibu, benar?" Nona membuat asumsi.Bunga mengelak. "Gak juga, aku udah capek menarik perhatian mereka. Kejadian ini murni karena kebodohan aku." Bunga meraih tisu kembali. "Aku pikir gak papa ngelakuin itu karena gak bakalan hamil kalo cuma sekali. Ternyata ak
Read more
DMCA.com Protection Status