Semua Bab BESANAN DENGAN MANTAN: Bab 51 - Bab 60
85 Bab
51. Sikap Galang
Entah apa reaksi Nona, aku tidak peduli. Kaki ini terus mengayun hingga ke kamar. Tidur adalah solusi yang tepat.Aku menutup pintu. Agar lebih privasi kukunci pintu rapat-rapat. Setelah itu baru mulai merehatkan badan.Tubuh yang penat cukup membuat mataku mudah terlelap. Aku tertidur dengan begitu pulasnya. Baru terbangun ketika mendengar suara adzan magrib.Badan ini benar-benar terasa segar. Segala pegal dan lelah telah lenyap. Maklum aku tertidur hingga tiga jam lamanya. Alamat nanti malam jadi susah tidur.Baru saja melangkah keluar kamar sudah terdengar suara keributan.Siapa lagi kalau bukan Nona dan Galang. Keduanya ada di ruang tengah. Galang terlihat tengah menatap layar monitor. Posisi duduknya membelakangi sang istri."Kenapa sih kamu jadi dingin ke aku, Lang?" protes Nona pindah posisi. Dia beralih duduk di hadapan Galang. "Dari semenjak pulang kamu langsung pergi tidur tanpa basa-basi ke aku. Terus sekarang malah asyik mainan laptop." Dia mengomel sembari menatap sebal
Baca selengkapnya
52. Kehamilan Nona
"Hiihh! Disayang kok gak mau," gerutu Nona terdengar kesal.Bibir Nona maju beberapa centi. Namun, Galang tidak peduli. Dia asyik menikmati masakanku."Ding," panggilku pelan."Ya, Bu." Gading menyahut masih sambil menyuapkan nasi ke mulut Bunga."Bunga sudah habis masa nifas. Kapan kalian mau menikah ulang?" tanyaku serius.UHUK!Kami semua menoleh ke arah Nona. Wanita itu tersedak. Galang hanya menyodorkan air putih tanpa bicara."Kenapa mereka harus menikah ulang?" tanya Nona setelah baikan."Biar keturunan Gading dan Bunga selanjutnya sah." Kuterangkan dengan pelan."Ahhh ... Paling Gading juga enggan. Kan dulu dia cuma terpaksa menikahi Bunga," ujar Nona sok yakin."Kata siapa?" Gading menukas langsung, "aku sedang berencana mencari tanggal yang tepat untuk akad kedua kami.""Mbak Nona ini sok tahu banget deh." Bunga menimpali, "kayaknya gak seneng lihat kami bahagia. Ingat, kamu juga sudah punya pasangan lho, Mbak," tuturnya sinis."Kalian itu kenapa sih?" Nona mulai bersuara ti
Baca selengkapnya
53. Reaksi Galang
Nona hamil?Aku bergeming untuk beberapa saat. Di seberang sana, Sarita masih menyerocos panjang lebar. Tentu omelannya berkisar antara aku dan juga Galang."Wes pokoke kamu hubungi anakmu Galang itu! Suruh dia langsung ke rumahku sehabis dari kampusnya," pungkas Sarita penuh perintah."Ya, Mbak, nanti aku coba hubungi nomer Galang," responku tenang."Yo wis kalo gitu, kami tunggu! Assalamualaikum." "Walaikum salam." Kututup telepon, lantas menaruhnya di atas meja kerja.Aku menghembus napas. Masih agak tidak percaya kalau Nona sedang hamil. Entahlah ... ada rasa semacam tidak senang mendengar kabar gembira ini.Dua kali sudah aku mendengar berita kehamilan dari istrinya anak-anak. Namun, dua kali pula hati ini tidak merasakan luapan kebahagian. Jika dulu tidak senang bahkan agak sedih karena kehamilan istri Gading adalah sebab kecelakaan.Sementara yang sekarang ... anak yang dikandung Nona adalah anak sah. Tumbuh di rahim yang sudah halal. Tetapi pada saat menggauli Nona, Galang d
Baca selengkapnya
54. Ada yang Ganjil
"Aku masih teramat muda, Bu. Rasanya belum siap jika harus menimang anak," tutur Galang galau, "masih ingin main-main dulu dengan teman." Suaranya terdengar merengek."Bisa karena terbiasa, Lang." Aku meyakinkan Galang, "oh ya kenapa kamu seharian matine hape?""Ya biar gak diganggu sama Nona," sahut Galang jujur, "tadi pagi aku ada ujian dan siangnya ada janji dengan teman. Bisa runyam kalo hape dinyalakan. Nona pasti ngoceh nyuruh ini itu."Aku mengangguk memaklumi. "Tapi setelah ini kamu harus memprioritaskan istri ya, Lang."Galang diam."Yo wis sono kamu mandi! Habis Maghrib kita jenguk Nona, ya.""Ck ... ah ... males, Bu." Galang tampak enggan."Galang, Ibu gak pernah ngajari kamu buat lari dari masalah lho.""Bukan begitu, Bu." Galang langsung menyangkal, "cuma kayak ada yang aneh saja dengan kehamilan Nona, Bu.""Aneh? Maksudmu?""Perasaan beberapa hari sebelum kita pergi ke rumah Lek Jani, Nona lagi datang bulan lho, Bu." Galang terlihat berusaha mengingat, "mosok iya sekaran
Baca selengkapnya
55. Kedatangan Arif dan Sarita
"Enggg ... maaf, aku beneran gak ngerti kalo minuman bersoda gak baik buat ibu hamil," ujar Nona terlihat salah tingkah."Memang kemarin saat periksa, dokter gak ngasih tahu apa-apa sama kamu?" Galang menatap istrinya dengan malas."Ya ngasih peringatan supaya jangan capek-capek dulu.""Terus tadi kenapa lari-lari?" kejar Galang tidak habis pikir."Kan sudah dibilang tadi, aku pikir yang datang ibu aku." Nona menyahut dengan manyun.Dari luar muncul Sarita. Wanita itu melangkah lesu. Mukanya tampak kecut. Begitu melihatku dan Galang dirinya hanya diam. Tidak ada senyum apalagi sapa."Baru pulang, Mbak?" Aku mencoba berbasa-basi ketika wanita itu menghempaskan tubuhnya di samping Mas Arif.Sarita hanya mengangguk lemah. Dia menaruh tas jinjing dengan brand terkenal itu. Dirinya lantas menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa."Mbok Tuuum!" Sarita setengah berteriak.Dari dalam pelayan Sarita tergopoh-gopoh menghampiri. "Nggih, Bu. Ada apa?" tanyanya sopan."Buatkan aku kopi item sing
Baca selengkapnya
56. Bukti Lagi
Galang tidak bisa menolak permintaan Nona. Wanita itu menyuruh anakku untuk tinggal lagi di rumahnya. Dengan alasan memangkas jarak waktu tempuh ke kampusnya Galang ataupun bank tempat ia bekerja. Padahal dulu Nona bersikukuh tetap ingin berdesak-desakan dengan Bunga di rumahku.Namun, aku setuju saja. Selain untuk menghindari konflik antar Gading-Nona, sehingga keharmonisan keluarga Gading akan tetap terjaga.Hanya saja aku selalu mewanti-wanti Galang. Berpesan pada anak itu agar selalu membentengi dirinya dengan dzikir. Sehingga segala ajian, jampi-jampi, dan pelet tidak akan mempan.Waktu melangkah dengan begitu cepat. Tidak terasa sudah lima puluh hari, Galang tinggal di rumah Mas Arif. Anak itu kembali diajari bisnis oleh mertuanya.Sebagai ibu tentu saja aku senang mendengarnya. Semoga di saat anaknya lahir, Galang sudah mampu mengelola bisnisnya sendiri. Agar dia mampu mencukupi kebutuhan istri dan anaknya. Sehingga ibu mertuanya tidak akan lagi memandang rendah.*Hari ini kar
Baca selengkapnya
57. Kepergok
Di menit kelima kusudahi rekaman video amatir ini. Segini sudah cukup menjadi bukti. Penasaran alasan apalagi yang akan digunakan Nona untuk menyangkal kebohongannya selama ini.Bukti rekaman ini lekas kukirim ke nomornya Galang dan juga Mas Arif. Bagaimana dengan Sarita? Wanita itu juga harus tahu kelakuan anak kesayangannya selama ini. Tanpa ragu lagi, aku share juga video ini pada nomornya Sarita.Tidak menunggu lama, video yang kukirim pada Galang sudah centang biru. Anak itu bahkan langsung menghubungi aku."Assalamualaikum, Bu," sapa Galang begitu koneksi tersambung."Walaikum salam, Lang." Aku membalas dengan tenang."Ibu dapat video ini dari mana?" kejar Galang terdengar menggebu."Ibu dapat sendiri.""Kok bisa?""Kebetulan ibu lagi ada di Ratu Mall dan gak sengaja lihat Nona masuk ke tempat gym sama teman-temannya. Karena merasa aneh makanya ibu buntuti. Eh ... ternyata dia lagi lari-lari di atas treadmill, Lang," paparku setengah berbisik.Sesekali menatap sekitar takut ada
Baca selengkapnya
58. Kemarahan Sarita
Nona yang tengah berlari kencang sontak berpaling begitu mendengar namanya dipanggil. Seketika roman mukanya pucat melihat Galang menatapnya dengan tajam. Sementara aku dan Mas Arif berdiri di belakang Galang.Nona sampai terjatuh karena lupa tidak mematikan mesin treadmill. Sebagai seorang Ayah, Mas Arif sigap menolong sang putri. Sementara Galang hanya bergeming."Kamu gak papa, Non?" Mas Arif membimbing sang putri berdiri.Nona meringis. Dia memegangi sikunya yang terantuk mesin lari itu. Sementara keringat tampak membasahi sekujur badannya."Eum ... kalian kok bisa ramai-ramai datang ke sini?" tegur Nona masih mengusap-usap lengannya."Kamu sendiri lagi apa di sini?" tanya Galang datar."Eum ... aku ... aku ... aku lagi olahraga, Sayang," jawab Nona agak terbata. Dirinya mengelap keringat yang membajiri wajah dan rambutnya.Ketika hendak memeluk lengan sang suami, Galang menepisnya. "Sudah gak usah banyak drama. Hentikan semua kekonyolan yang kamu buat, Non," titah Galang serius.
Baca selengkapnya
59. Sarita Sakit
"Sar, kamu kenapa, Sar?" Mas Arif mengguncang tubuh sang istri. "Sariii." Dia menepuk-nepuk pelan pipi wanita yang sudah lebih dari seperempat abad menjadi teman hidupnya."Bu, Ibu kenapa, Bu?" Nona ikut juga mengguncang tubuh sang ibu.Aku sendiri kembali membuka tas. Sebotol minyak angin kuambil. Kubuka botol setinggi seratus dua puluh mililiter tersebut, lalu menempelkan pada hidung Sarita. Namun, wanita blouse hitam polos itu tidak merespon. Mata Sarita masih terpejam rapat. Sementara dadanya turun naik dengan lemah."Sepertinya pingsannya ibu parah, Yah," ujar Galang dengan tatapan prihatin, "sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja," usulnya peduli. "Ya, kamu benar." Mas Arif mengangguk. Pria itu lekas merogoh kantong celananya. Dia menyerahkan kunci mobil pada Galang. Setelah itu baru menggendong istrinya.Galang langsung bergerak cepat mendahului. Mas Arif menyusul dengan langkah tertatih. Karena faktanya membopong orang yang jatuh pingsan, berat badannya akan terasa dua kal
Baca selengkapnya
60. Kebencian Galang
Aku mendesah karena merasa gagal membujuk Galang."Mending Ibu pulang sekarang." Galang mengusulkan saran, "nanti di rumah minta Mas Gading buat gantian jaga di sini. Soalnya besok pagi aku ada kuliah," paparnya menjelaskan alasan.Aku melihat jam pada layar ponsel. Sebentar lagi akan memasuki waktu maghrib. Kebetulan tubuh ini sudah meminta haknya untuk istirahat."Baiklah." Aku menyetujui saran Galang. "Oh iya ini makanan yang tadi pesan di kafe. Kalian makanlah." Kuangsurkan tas kertas itu pada Galang."Makasih, Bu." Galang menerima tanpa minat."Mas Arif, Nona, saya pamit pulang, ya. Sudah petang soalnya," izinku begitu mendekati Mas Arif dan anaknya."Iya, makasih banyak ya sudah dibantu," ucap Mas Arif masih lesu.Aku menipiskan bibir. "Semoga Mbak Sari segera pulih, ya.""Makasih doanya.""Kalo begitu saya permisi." Aku mengangguk pelan, sebelum pergi kuusap pelan lengan Nona tanda penguatan.Aku pun beranjak pergi. Kaki ini terayun hingga lobi rumah sakit. Beruntung tepat saa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status