บททั้งหมดของ Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif: บทที่ 21 - บทที่ 25
25
BAB 21
"Dia tenggelam! Tolong! Tolong!" teriak lelaki paruh baya. Pengunjung lainnya ikut riuh berteriak minta tolong. "Kemana penjaga pantai?!" teriak pengunjung yang bertanya-tanya."Tolong!" Wanita itu terombang-ambing di laut, ia semakin menjauh. Dia merasakan keram di kaki. Kepalalanya terus menyembul ke permukaan sembari berteriak meminta pertolongan."Kalian yang bisa berenang bantu dia! Jangan lihat saja!" cetus wanita tua pada sekumpulan orang di bibir pantai. Mereka kebingungan seperti enggan untuk terjun membantu wanita itu. "Lihat! Itu ada yang bawa kapal. Kita teriaki saja supaya mendekati perempuan itu!" kata seorang lelaki. Sedari tadi dia celingukan mencari bala bantuan. "Tolong! Yang membawa kapal! Tolong selamatkan wanita itu!!" Mereka meneriaki kapal yang dinaiki Raline.Azkara menerobos kerumunan, matanya memicing melihat wanita hampir tenggelam yang kini semakin menjauh. Tanpa menunggu lagi, ia turut berenang demi menolong wanita itu. "Ada yang berenang menolongnya!"
Read More
BAB 22
Pria berkumis tipis dengan setelan jaket kulit berwarna hitam menemui Raline di kediaman lamanya. "Hal penting apa yang ingin kau sampaikan? Hingga aku harus meninggalkan rapat." "Nyonya Raline, saya rasa Anda akan terkejut melihat vidio ini," ungkapnya sembari menyalakan laptop. "Coba putar biar kulihat."Prans menghubungkan flashdisk ke laptop lalu diputarlah suatu video berdurasi satu menit.Raline menjadi panik. "Kenapa bisa ada yang merekam kejadian itu, Prans?" "Kau bilang sudah mengamankan semuanya! Kau polisi yang paling berpengaruh di kota ini. Perjanjian kita tidak main-main!" Ia menatap nyalang lelaki itu. Di video terlihat jelas Aldrich dan ketiga pria suruhannya. Hubungan dengan Aldrich saat ini tidak baik. Ia takut kalau pria itu tidak bisa menutup mulut dan diajak kerja sama. Melihat kemarahan Raline justru membuat Prans terkekeh kecil. "Payah! Kenapa kau malah tertawa? Reputasiku sedang dipertaruhkan di sini!" Raline melempar tas mini yang berhasil ditangkap Pran
Read More
BAB 23
"Seharusnya mama masih dirawat di rumah sakit. Aku harus memarahi Dokter Ryan karena membiarkan mama pulang.""Mama sudah baikan. Kamu kenapa tidak istirahat saja, Az? Mengkhawatirkan mama, tapi tidak mengkhawatirkan diri sendiri," ujar ibu mertua. "Ma, Azkara belum berhasil menemukan Meika." Ia tertunduk sedih dan merasa tidak berguna sebagai suami. "Kita akan terus berusaha Azka. Mama yakin, putriku pasti akan kembali." Citra bersikap tegar untuk menutupi kesedihan atas hilangnya Meika. Ia tak mau terlalu membebani Azkara.Bertepatan pula dengan kepulangan Arland dan Liza dari kantor. "Syukurlah kau sudah pulang, Azkara. Aku tidak bisa membayangkan hari-hariku bekerja terus dengan asistenmu!" Liza ikut duduk menyantap cemilan yang disajikan.Azkara memberi Arland kode lewat mata lalu pergi sambil melempar senyum pada Citra dan Mahira. Kulihat mereka semakin lama sudah seperti kakak adik saja. Liza selalu sewot melihat kedekatan mereka. Nama Malvin tertera di layar handphone yan
Read More
BAB 24
Sania mengambil kendali kemudi setelah mereka kembali dari mall. Perjalanan berlanjut menuju kota tempat tinggal Yasmin. "Minum obat itu. Rasaku kau belum terlalu fit. Tidur saja kalau mau," terang Sania. Mereka kini saling diam. Setelah meminum obat, Yasmin mengamati keadaan sekitar tol. Malam belum larut. Seperti deja vu, ingatan saat dihabisi kembali muncul. "Ada apa??" Sania heran melihat dia yang terkesiap tanpa sebab. Yasmin menggeleng. Ketika menoleh ke samping, mobil lain sudah sejajar dengan mereka. Spontan ia mengedipkan kedua mata dengan rasa takut bercampur kejut. Ia sedikit mengeluarkan suara. "Kenapa? Kau lihat hantu?!" Sania resah. Suaranya lebih kuat dari sebelumnya. "Tidak. Aku ... cuma teringat sesuatu," kelit Yasmin. Inikah yang dinamakan trauma pasca kecelakaan? Trauma terhadap mobil yang melintas di malam hari benar-benar membuatnya dalam ketakutan. Apalagi jika jarak dengan mobil itu sangat dekat. Ia memejamkan mata lalu bersandar dan meregangkan
Read More
BAB 25
Pagi ini Yasmin pulang ke rumahnya. Rasa senang terus membuatnya tersenyum sedari tadi. Sempat putus asa akan nasib, tetapi sekarang tak lagi. Ia akan kembali ke siklus semula hidupnya. Menjalankan rutinitas harian dan mengembangkan karier.Namun, Yasmin harus lebih waspada. Bisa saja Raline masih mengincarnya. Orang yang layak mendapat ucapan terima kasih adalah Sania. Rupanya gadis itu tak menipu, ia sungguh menolong Yasmin. Sedangkan Oliv, biarlah menjadi urusan belakangan. "Iya, sebentar!" Nesha tergesa-gesa menuju ruang tamu. Sejak tadi bel rumah berbunyi berulang kali.Nesha memperhatikan dari atas hingga turun ke bawah sosok tamu itu. "Kau?"Yasmin mengangguk cepat sembari tersenyum. Sebelumnya ia melihat dua cincin emas di tangan kiri adiknya. Sementara di jari manis tangan kanan tersemat cincin berlian. Ia memeluk erat Nesha. Tak peduli jika sang adik masih memakai masker wajah yang cukup belepotan. "Lepas!" cecar Nesha."Beraninya kau kemari," ujarnya dengan tatapan sini
Read More
ก่อนหน้า
123
DMCA.com Protection Status