Lahat ng Kabanata ng Miliarder Tampan itu Ayah Putraku: Kabanata 21 - Kabanata 30
47 Kabanata
Bab 21 Perasaan Lena
“Bella, apa kamu baik-baik saja?” Lena melambaikan tangannya pada Bella yang terdiam cukup lama. ‘Apakah pertanyaanku memberatkannya?’ pikir Lena bingung. Dia memerhatikan Bella yang masih terdiam. ‘Aku sepertinya salah bertanya.’ Lena berdehem. “Tidak perlu dipikirkan. Maaf, Bella.” Akhirnya dia berusaha untuk mengalah.Bella mengedipkan matanya. Dia menghela napas pelan. Diselipkan anak rambutnya ke belakang telinga demi menghilangkan rasa tidak nyaman dalam dirinya ketika mengingat Evan. “Aku baik-baik saja, Lena,” jawab Bella lembut. Dia menoleh pada bunga-bunga yang belum selesai dikerjakan. “Aku hanya berpikir tentang banyaknya pesanan bunga yang harus diproses,” pungkasnya.“Maaf.” Lena berkata lagi. Dia tidak enak hati melihat Bella yang sepertinya enggan mengatakan bagaimana ciri-ciri ayahnya Samudera.Bella mencoba tersenyum. Dia mengerti dengan apa yang ditanyakan Lena. Dia tidak akan menyalahkan Lena. Gadis itu menurutnya mesti tahu. “Tidak apa-apa,” tukas Bella. “Aku dan
Magbasa pa
Bab 22 Temboknya Runtuh
“Tidak ada kabar ke mana Isabella pergi. Saya sudah bertanya pada tetangga sekitarnya juga, Tuan.”Penuturan informan itu membuat Evan menarik napas pelan dan menghembuskannya perlahan. “Jadi benar begitu, Dave?” bisik Evan. Berharap suaranya tidak terdengar di telinga Jacob yang duduk di sebelahnya.“Benar, Tuan,” jawab Dave. “Bella sudah tidak ada di Semarang. Tidak ada yang tahu.”“Sudah tanya orang tuanya?” Evan masih bertanya dengan setengah mendesak. Ada sedikit harapan dalam nada suaranya.“Sudah.” Dave menjawab mantap. “Bapaknya bahkan tidak peduli jika anaknya itu mati.”Evan memejamkan mata mendengar kata mati disebutkan oleh Dave dengan mudahnya. Walau begitu, dia tidak akan amrah pada sang informan yang sudah susah payah mencari informasi untuknya.“Baiklah,” tukas Evan pelan. Dia tidak tahu harus mencari gadis Isabella itu di mana.“Apakah Tuan ingin saya mencari ke tempat lain? Jawa Barat?”Evan berdehem. Tawaran itu tampak menggiurkan untuk diterima. Tawaran yang begitu
Magbasa pa
Bab 23 Pertemuan yang Terhalang
“Halo, Ma?”“Bella!” Chloe menyapa dengan riang. “Apa kabarmu, Nak? Mana Samudera?”Bella tertawa pelan. “Kabarku baik, Ma.” Dia tersenyum pada Lena yang menatapnya penasaran. “Samudera sedang berada di rumah temannya, Ma. Tetangga sebelah rumah.” Dia berusaha berkata dengan mudah.“Kenapa tidak kamu bawa ke rumah saja, Bella?”Bella menghela napas pelan. ‘Pastilah Mama akan mengatakan itu padaku. Seperti Lena.’ Batinnya.“Jangan sungkan untuk menitipkan Samudera di rumah, Bella, jika kamu sibuk sekali.” Chloe berbicara panjang lebar. “Mama atau Papa dengan senang hati bermain bersama Samudera, sudah sangat lama sekali rasanya tidak bertemu anak lucu itu.”Bella tertawa. “Tidak lama juga, Ma,” ucapnya. “Seminggu lalu baru saja mampir.” Diakhirinya dengan terkekeh.“Itu sudah lama, Nak.” Chloe berdecak. “Kamu benar tidak bisa datang?”“Maaf, Ma.” Bella benar-benar meminta maaf sungguh-sungguh. Jika pesanan bunga hanya satu atau dua buket hari ini, dia pastilah akan datang. Dia ingin ta
Magbasa pa
Bab 24 Takdir Lain
“Seperti ada yang kamu pikirkan, Van.”Herman menghampiri Evan yang sedang duduk di ruang makan seraya menikmati kopi paginya. Mata Evan tidak lepas dari bunga matahari yang dibawa oleh Lena kemarin. Bunga matahari pemberian anak angkat Herman yang bernama Bella. Dia ingin menanyakan siapa nama lengkap Bella tetapi dia merasa malu. Apakah sama namanya dengan Bella miliknya. Isabella Halka.Kemudian mata tua pria itu mengikuti arah tatapan Evan. Bibirnya tersenyum melihat apa yang diperhatikan oleh Evan. “Bunga matahari kesukaan Bibimu yang ternyata Bella pun menyukainya.” Tutur Herman tanpa diminta.Evan melirik Pamannya sekilas lalu tatapannya kembali pada bunga matahari itu. Bibinya yang menyukai bunga matahari menurutnya sudah aneh dan ditambah lagi satu orang lain yang menyukai bunga yang sama. Membuatnya penasaran. Bibinya orang yang unik dan baik hati. Apakah Bella yang dimaksud begitu pula? diketukkan tangannya di meja.‘Aku ingin bertanya tetapi aku gengsi.’ Evan berpikir dal
Magbasa pa
Bab 25 Mau Ayah
“Halo, Sayangnya Mama. Loh, ada apa dengan wajah cemberut itu? Hm?”Bella bertanya pada putranya yang kini genap berusia 6 tahun. Samudera kini sudah besar dan sudah sekolah taman kanak-kanak. Dia pun memilih sekolah yang mengedepankan kecakapan hidup dan mempunyai kurikulum montessori. Menurutnya, anak-anak kecil tidak diwajibkan duduk belajar. Anak-anak masih bermain dan senang bereksplorasi.Bella berjongkok. Mensejajarkan tingginya dengan tinggi Samudera. Ditatapnya putranya dengan penuh perhatian. “Ada apa, Nak?”“Ada kegiatan hari Ayah, Ma.” Samudera kecil berbicara dengan mata penuh tanya. “Ayahku ke mana, Ma?”Bella diam. Dia sebenarnya sudah diberikan kabar melalui pesan daring oleh bagian humas sekolah putranya bahwa akan ada hari ayah dan meminta masing-masing anak membawa ayahnya untuk mengikuti berbagai rangkaian kegiatan bersama anak. Hanya bersama ayah. “Ma?”Bella tidak bisa mengatakan bahwa ayahnya Samudera sudah meninggal sebab kenyataannya Evan pastilah masih hidu
Magbasa pa
Bab 26 Ceritalah Apa Pun
“Aku tidak tahu harus berbuat apa.” Lalu Bella terisak-isak.Darel tidak menanggapi. Dia diam mendengarkan apa yang Bella keluhkan.“Samudera yang mulai menanyakan ayahnya membuatku merasa seperti tidak berguna, Darel.” Bella berkata seraya masih terisak. Beban di pundaknya terasa perlahan mengendur. Dia benar-benar memang perlu untuk bercerita.“Tidak … tidak,” sergah Darel. “Jangan katakan tidak berguna, Bella. Samudera hanya anak kecil yang iri pada temannya yang memiliki ayah. Jangan berpikir seperti itu, Bella.”Bella menghapus air matanya. Dia memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar yang dia tempati selama tinggal di rumah keluarga Herman. “Tetapi tetap saja, Darel.” Bella masih terisak. “Aku merasa gagal ketika Samudera masih menanyakan ayahnya. Aku gagal menjadi ayah dan mama untuknya, Darel.”Darel menghela napas pelan. Bella kembali menangis. permintaan Samudera mengenai ayahnya yang harus datang pada hari ayah membuat Bella begitu sedih.“Bella?” panggil Darel pelan.“Ya
Magbasa pa
Bab 27 Mimpi yang Nyata
Evan segera berdiri dari duduknya. Kedua orang tuanya memerhatikan Evan yang berjalan sedikit menjauh dari ruang makan.“Apa katamu?” Evan bertanya mencoba mengulangi apa yang Jacob ucapkan sebelumnya.“Saya melihat istri Anda bersama pria.” Jacob pun mengulangi ucapannya tadi.Evan memijit keningnya. Berita yang diberikan Jacob terlalu mengejutkan dan tidak dipercayainya begitu saja. “Jack,” ucap Evan. “Mungkin dia sedang bersama fotografer atau bagian penata riasnya.” Dia mencoba berpikir positif. Tidak mungkin istrinya berselingkuh di belakangnya. Dia tahu betul bagaimana istrinya. Sangat mencintainya. Bahkan budak cintanya.“Saya serius, Tuan.” Jacob tidak tertawa.Evan menghela napas. Dia masih tidak yakin dengan ucapan Jacob itu. “Kapan kau melihatnya?”Jacob berdehem. Dia terdiam.“Jack?” panggil Evan ketika Jacob tidak kunjung menjawab.
Magbasa pa
Bab 28 Gedung Pertemuan
“Ini putriku. Isabella namanya.” Herman Pribadi menatap lawan bicaranya dengan pandangan sopan. Sang lawan bicara tersenyum ramah. Pandangan matanya tampak menilai Bella secara menyeluruh. “Anda tidak mengatakan memiliki dua orang putri yang cantik,’’ ucap lawan bicara dengan postur tubuh gempal tersebut. “Nah,” Chloe menyela sebelum Herman menjawab lebih lanjut. Dia tidak ingin suaminya tersebut mengatakan bahwa Bella merupakan putri angkat. “Putriku ini tinggal di Semarang, Pak Bondan.” Chloe sudah mengatakan kalimat itu berulang kali pada banyak kolega Herman. Bella senang keluarga yang selama ini menampungnya ketika kesusahan telah menganggapnya sebagai anak kandung sendiri. “Dia ikut dengan saudaraku di sana. Sekolah.” Chloe berkata lagi. Merekayasa kehidupan baru Bella demi kebaikan bersama. Beberapa minggu lalu Chloe membangunkannya dari mimpi buruk. Mimpi buruk mengenai Evan yang akan membawa pergi Samudera. Pada akhirnya, Bella hanya memberitahukan pada Chloe mengenai nam
Magbasa pa
Bab 29 Kecelakaan
“Bapak kenapa, Darel? Bapak sehat, kan?” Bella bertanya lagi untuk kedua kalinya tatkala Darel masih belum menjawab pertanyaan itu.“Bella, kamu bisa pulang cepat ke Semarang?”Alis Bella bertambah kerutnya. “Ada apa?”Dia keluar dari toilet tanpa melihat kiri dan kanan. Chloe telah menunggunya tepat di depan pintu masuk toilet. Wanita paruh baya itu nampak cemas. “Bella,” panggil Chloe. Tangannya terulur menarik tangan Bella yang tampak tidak memikirkan sekitar. Dia berjalan tergesa.Tarikan itu membuat Bella berhenti. Matanya menatap Chloe. Namun, telinganya mendengar penjelasan Darel. “Bapakmu masuk rumah sakit, Bella. Kecelakaan. Bisakah kamu pulang cepat?”Mata Bella kosong. “Bapak masuk rumah sakit?” tanyanya setengah berbisik.Chloe yang mendengar itu serta merta menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia mendengar jelas apa yang diucapkan oleh anak angkatnya tersebut. Segera Chloe menarik Bella menjauh dari toilet tersebut. Bella hanya menurut saja mengikuti tarikan tangan C
Magbasa pa
Bab 30 Berpulang
“Kita ketemu Kakek.” Bella menjawab singkat. Dia belum pernah menceritakan mengenai Timo pada Samudera. Terlalu sakit hatinya pada Timo membuatnya tidak sanggup mengatakan pada putranya tersebut. Namun, kini dia telah membuka hatinya untuk memaafkan segala kesalahan Timo. Walau bagaimana pun Timo adalah orang tua kandungnya. Bapak kandung yang merawatnya walau dengan cara yang salah sekalipun.“Kakek? Kakek yang mana, Ma?”Bella menghentikan langkahnya ketika sampai di depan pintu masuk rumah sakit menuju IGD. Dia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan sang putra. “Kakek Timo itu Ayah kandungnya Mama, Nak.”Samudera serta merta mengerti. “Oh, tidak pergi jauh seperti Ayah aku, ya, Ma?”Pertanyaan itu membuat hatinya tercubit. Samudera masih mengharapkan dapat bertemu muka dengan Evan. Bahkan selembar foto bersama Evan saja dia tidak punya, bagaimana bisa memberitahukan wajah pria itu pada Samudera? Selama bersama dengan Evan, pria itu sama sekali tidak suka difoto. Seharusnya dia b
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status