Lahat ng Kabanata ng Ambisi Sang Penguasa: Kabanata 51 - Kabanata 60
118 Kabanata
Peresmian Kepalsuan
"Charly ...." Monica masuk ke kamar Charlotte pagi-pagi seperti biasa. Gadis itu mengerang pelan sembari berusaha membuka mata. Monica tersenyum tipis melihatnya, baginya Charlotte masih tetap peri kecil kesayangan. Tidak rela menyaksikan si anak tunggal tumbuh besar, Monica mengelus lalu mengecup lembut pucuk rambut Charlotte.Saat mata Charlotte terbuka lebar, pemandangan di luar jendela terang benderang. "Apa sekarang sudah siang?" Ia tercekat duduk di pinggir ranjang."Tidak, baru jam 6.30. Kau mau pergi?""Aku ada latihan dengan guruku siang ini untuk konser orkestra Jumat depan." Charlotte menghela napas panjang untuk menyempurnakan kesadaran."Hari ini kau tidak bisa pergi. Tunda pertemuanmu sampai besok.""Ada apa? Kakek mengadakan acara lagi?" Charlotte menduga-duga. Kakeknya memang kerap membuat acara atau pertemuan mendadak lalu seenaknya mengajak Charlotte ikut. Jika ditolak, orang tua itu bakal uring-uringan dan mem
Magbasa pa
Satu Untuk Dua
Hari menyebalkan yang tidak pernah diinginkan Luis akhirnya terjadi juga. Jangan salah, ia bukan tipe laki-laki buaya darat yang gemar mencaplok banyak pasangan. Luis adalah lelaki setia, cuma dia harus berpaling karena desakan keadaan. Demi mempertahankan bisnis yang dibangun susah payah, tonggak kehidupan keluarga Arias hingga berhasil melampaui batas masa lalu yang tak terduga. Jika saja tidak pernah tercetus ide instan dari George pasti Luis tidak akan pernah menunggu gadis lain untuk berkencan selain Emma. Ini sebuah pengkhianatan pahit, tetapi dijalani dengan penuh kesadaran."Ayo, kita berangkat!" Aba-aba dari Charlotte yang baru turun dari lantai dua, menghampirinya di ruang tamu, lantas Luis mengekorinya di belakang seperti bodyguard alih-alih pacar.Luis masih ingat kencan pertamanya bersama Emma, sangat antusias dan menyenangkan. Itu adalah hari yang telah ia tunggu-tunggu sejak lama, hampir separuh hidupnya kala itu. Berbeda dengan kencan pertama kali i
Magbasa pa
Tidak Senada
"Teman? Sungguh?" tanggap Luis dengan nada heran bercampur terkejut."Kami bertemu di bus kota, tidak sengaja. Aku duduk di sebelahnya lalu ngobrol-ngobrol. Kami cukup nyambung. Jadi, begitulah, kami memutuskan untuk berteman."Luis mengerutkan kening. "Gadis sepertimu berteman dengan seorang gadis sepertinya? Dia cuma seorang pegawai restoran cepat saji!""Kenapa? Ada yang salah?""Dia itu cuma orang biasa!" Luis tidak bermaksud menghina kekasih aslinya, ia merasa perlu berusaha merusak hubungan Charlotte dan Emma. Pertemanan mereka adalah kesalahan, seperti halnya hubungan asmara Charlotte dan Luis.Namun, Charlotte sulit dilumpuhkan. "Lantas? Kami sama-sama manusia, jangan mengkotak-kotakkan yang satu dengan yang lainnya." Luis malah mendapat burger di pangkuannya. "Sebaiknya kau makan saja makan malammu!""Tidak bisa dibiarkan! Bagaimana ceritanya kalau begini? Jika Emma tahu aku memiliki hubungan dengan temannya bisa gawat!"
Magbasa pa
Sulit Move On
"Oh, iya. Aku belum pernah cerita, ya?" Emma antusias, ia mencondongkan tubuhnya ke depan. "Aku punya seorang teman, dia orang kaya, namanya Charlotte. Kami baru bertemu beberapa kali, sih, tapi dia baik sekali dan ramah. Semalam dia datang ke restoran diantar calon suaminya. Sayangnya, pria itu tidak ikut masuk ke restoran, dia menunggu di mobil, padahal aku ingin kenal."Luis menelan ludah, pria yang dibicarakan Emma adalah dirinya. Pantas saja kalau dia harus sembunyi. Kalau Luis muncul memperkenalkan diri sebagai calon suami Charlotte bisa terjadi perang dunia keempat."Tapi, Em, hati-hati dengan orang kaya, takutnya kau dimanfaatkan." Luis berusaha keras mengubah haluan Emma. Seperti halnya saat menjelek-jelekkan Emma di depan Charlotte, ia melakukan hal senada. Emma dan Charlotte harus dipisahkan bagaimana pun caranya."Dimanfaatkan seperti apa? Bukankah biasanya orang-orang seperti kita yang justru memanfaatkan kalangan kelas atas?""Mungki
Magbasa pa
Aroma Kekayaan
Luis tidak jadi kecewa kalau begini caranya. Rumah ini jauh lebih baik dari perkiraannya, luas dan nyaman. George memandu Luis menunjukkan ruangan lain yang tidak kalah menarik. Ruang kerja dilengkapi rak-rak buku setinggi dinding, kamar George di sebelahnya—lebih kecil dari kamar Luis, juga sebuah kamar kosong yang luasnya sama dengan kamar Luis. Ada ruangan lain yang dipergunakan sebagai lemari serta kamar mandi besar."Untuk siapa kamar ini? Kita hanya berdua.""Sekarang iya, mungkin beberapa tahun ke depan akan berguna," jawab George. "Nak, kau akan memiliki anak. Gunakan kamar ini untuk anakmu nanti."Luis tak merespons. Atmosfernya menjadi kurang nyaman gara-gara membahas soal anak. Memikirkan pernikahannya saja membuat muak ditambah harus memiliki anak."Hm, ya. Mungkin suatu hari akan berguna." Luis cepat-cepat pergi.George menutup pintu kamar setelah mereka keluar. Keduanya bergerak menuju tangga dengan akur. Bisa-bisanya Luis k
Magbasa pa
Lari Sembunyi
Jendela-jendela besar, bahkan tingginya melebihi para penghuni rumah. Gorden dibiarkan tersibak dengan begitu sinar matahari tak terhalangi masuk ke ruangan. Rumah ini sangat efisien, mengandalkan pencahayaan alami pada hampir setiap sudut. Pula kamar Luis, ia tidak perlu menyalakan lampu guna menikmati pemandangan indah di hadapannya. Menghabiskan waktu berdua bersama Emma di atas ranjang baru miliknya membuatnya malas beranjak. "Bagaimana kamar ini? Nyaman, tidak?" Luis bersandar di atas tumpukan dua bantal. Sementara itu, Emma bersandar pada dada polosnya."Sangat nyaman. Aku suka kasur ini. Setelah menikah nanti, kita akan tinggal di sini atau pindah ke tempat lain?""Terserah kau saja. Jika kau nyaman di sini, tinggallah, tapi kalau tidak suka sebaiknya kita cari hunian lain.""Minta pendapatmu selalu menemukan jawaban terbaik." Emma bangkit duduk, masih terbalut selimut. "Aku mau mandi. Setelah itu antar aku, ya. Pukul 2 aku harus sudah tib
Magbasa pa
Benda Mencurigakan
Pandangan Charlotte menangkap sebuah benda tidak asing. Sebuah kalung berliontin kupu-kupu, mirip milik seseorang yang belum lama dikenalnya."Luis, ini milik siapa?"Charlotte merasa aneh. Masa iya kalung tersebut milik Emma?"Kembalikan!" Luis segera merebutnya dari tangan Charlotte. Ia simpan kalung itu di saku celana, tempat teraman.Kalung itu jelas milik perempuan. Charlotte yakin, Luis bukan tipe pria feminim. Memakai aksesoris bertema perempuan tidak pantas dipakai pria berparas maskulin sepertinya. Lantas, mengapa kalung tersebut ada di mobil ini? Ibunya bahkan sudah lama meninggal, dia juga tidak punya saudara perempuan. Satu-satunya hal yang mengerucut, pemilik kalung itu adalah seorang gadis."Hei, kuperingatkan, ya. Jangan sentuh barang-barang pribadiku! Mentang-mentang kau calon istriku, bukan berarti kau berhak menyentuh barang milikku seenaknya!" Luis paling tidak suka diusik orang asing. Ya, baginya Charlotte hanyalah ora
Magbasa pa
Benar atau Salah
Hanya dugaan Charlotte saja atau memang benar kalung yang berada di mobil Luis adalah milik Emma. Sontak menimbulkan kecurigaan pada benak Charlotte, apa mungkin Emma adalah kekasih Luis? Charlotte enggan bertanya secara gamblang mengenai siapa kekasih sang teman, takut sesuai dugaanya.Charlotte mematung di depan meja kasir, membuat Emma keheranan. Gadis itu seperti terkena hipnotis dan kehilangan kesadaran, padahal beberapa saat lalu raganya masih aktif."Charlotte?" Emma berusaha menyentuh Charlotte guna mengembalikan kesadarannya.Charlotte mengerjap menandakan kesadarannya telah kembali."Jadi, mau pesan apa?" imbuh Emma."Um, maaf, aku baru ingat kalau aku ada janji. Aku tidak jadi pesan. Maaf, ya!" Charlotte terburu-buru menuju pintu, keluar sambil berlarian.Emma agak heran mengapa gelagat Charlotte terlihat aneh usai menanyakan mengenai kalung miliknya. Apa ada yang salah dengan kalung itu? Emma mengedikkan bahu tidak ta
Magbasa pa
Jenjang Perubahan
Waktu berlalu seolah-olah menertawakan Luis. Hidupnya terasa muram, sementara sekelilingnya nampak tersenyum. Dari seluruh wajah di tempat ini, hanya Luis yang senyumnya tidak tulus sepenuh hati. Hari ini seharusnya menjadi hari yang ditunggu setiap pasangan, melancarkan kemajuan baik dalam hubungan mereka. Namun, Luis merasa pertunangan ini adalah ajang penyiksaan. Ketika mengedarkan pandangan, semua tamu, anggota keluarga, serta Charlotte, semuanya riang. Dalam hati Luis menangis, tetapi sebagai laki-laki ia pantang menjatuhkan harga diri menitikan air mata di depan banyak orang. Untuk itu, ia menumpahkan emosi terpendam seorang diri di kamar miliknya, di rumah besar keluarga Arias.Pintu kamar terkunci dari dalam, sinar rembulan menerobos masuk melalui jendela besar. Luis duduk di atas karpet, bersandar pada sisi ranjang, tertunduk menyesali perbuatannya siang ini. Menyematkan cincin di jari manis Charlotte secara resmi adalah kesalahan terbesar, membuatnya mencoreng nam
Magbasa pa
Mata-Mata Ayahanda
Tidak ada yang mampu membangkitkan kesadaran Luis dari tidur lelap sepanjang malam di atas kasur empuknya selain sinar mentari yang menerangi ruangan melalui jendela-jendela besar. Kelopak matanya terasa silau meski sedang menutup. Sambil mengucek mata Luis menengok jam dinding, sudah hampir pukul 9."Kenapa tidak ada yang membangunkanku?" Melabeli diri sebagai seorang pengusaha, harusnya ia punya kegiatan padat, bukan bermalas-malasan di pagi hari apalagi sampai bangun siang. Semalam Luis sudah berencana mengamati pembangunan proyek hotel dan berniat datang awal waktu. Namun, beban pikiran membuatnya sulit tidur semalam. Bukan tidak ada usaha, Merry sudah lima kali mengetuk pintu kamar sang tuan, tetapi tidak pernah mendapat respons.Muka telah dibuat segar berkat air dingin dari keran. Usai berpakaian rapi, Luis turun ke lantai dasar menggunakan lift—ternyata benda itu benar-benar berguna menunjang kemalasan. Lalu ia menemui Merry di dapur minta dibuatkan sarapan
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status