All Chapters of R.E.D Red Everlasting Dragon : Chapter 11 - Chapter 20
66 Chapters
Arinda yang malang
Di jalan raya, dalam mobil polisi yang sedang berjalan, Arinda tampak marah dan dingin berulang mengigit bibirnya. Berulang kali melirik pria yang telah berubah penampilan saat pertama melihatnya kemarin, Arinda sangat gatal untuk tidak menginterogasinya. Apalagi saat menemukan Bella, artis terkenal yang beberapa tahun ini menjadi bahan pembicaraan ternyata bermalam dengan pria ini dalam satu ruangan. Bukan hanya sekedar bermalam, tapi tampaknya juga telah melakukan hal-hal yang tidak biasa. Kejadian demi kejadian yang terjadi dengan bajingan ini, mau tak mau membuat Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Saking banyaknya pertanyaan itu, dia sampai melupakan identitas bajingan yang sedang duduk di kursi kopilot itu."Wanita tadi, bukankah itu artis terkenal Arabella Belle?" Rasa gatal di hati Arinda tidak bisa lagi ditahan, dan akhirnya bertanya.Meskipun mendengar pertanyaan Arinda, Rendy yang sedang menatap jendela dari kursi kemudi tidak menjawabnya. Karena tanpa menjawab,
Read more
Sisi lain
Bajingan yang selalu membuatnya marah dan benci ini, apakah dia masih memiliki sisi lembut di hatinya?Dengan penampilan rambut panjang, dan tampak seperti preman jalanan, apakah pria ini benar-benar sedih dengan kematian kedua orang tua dan adiknya yang menghilang?Pria ini, apakah dia memiliki sisi lembut?Arinda terus bertanya-tanya dalam hatinya. Dia sungguh terkejut dan merasa tak terduga bahwa bajingan ini ternyata masih menyayangi keluarganya. Dari penemuan ini, secara tak sadar Arinda juga mulai merasa sedikit iba, dan kemarahan di hatinya sedikit mereda. Hanya saja, semua itu segera hancur saat Rendy berdiri dan melihat ke arah dirinya. "Bangunan gedung kosong di sebrang sana, siapa pemiliknya dan siapa yang sering mendatanginya?" "Hah?" Arinda seperti tersentak dan melihat bangunan yang Rendy maksud. Menyaksikan bangunan kosong seperti sebuah gedung dengan tinggi tiga puluh meter, dan tampak tidak pernah digunakan di sebrang sana, Arinda tiba-tiba kembali marah. Berbali
Read more
Henry, ketua geng Serigala Darah
Di pinggiran kota Eco.Sekitar lima ratus meter dari sebuah bangunan rumah pribadi sangat besar dan megah yang berdiri di area sekitar hutan dan di kaki pegunungan, Arinda menghentikan mobilnya dan segera mematikan mesin. Menghentikan mobil jauh dari jalan menuju ke rumah pribadi, yang memiliki halaman sangat luas itu, Arinda tampak ragu-ragu selama beberapa waktu.Berbeda dengan Arinda yang ragu-ragu, Rendy-lah tampak tidak memikirkan apapun dan segera keluar. "Tunggu disini." Melihat Rendy yang telah keluar mobil, Arinda semakin bimbang dan tidak tahu apakah harus membiarkannya masuk sendirian atau mengikutinya. Mengingat bahwa rumah Henry ini jauh dari pemukiman, jika terjadi sesuatu, siapa yang akan mengetahuinya?Jika seandainya Rendy masuk, dan tidak bisa lagi kembali, bagaimana dirinya menjelaskan pada Komisaris? Tapi, pria ini sangat menyebalkan dan menjijikkan!Dirinya sudah mengingatkan beberapa kali bahwa Henry ini adalah penjahat kejam yang tak kenal hukum! Tapi kenap
Read more
Jangan pergi sayangku
Waktu seakan-akan berhenti berputar, dan atmosfer ruangan itu menjadi aneh. Semuanya terdiam dan suara tidak lagi terdengar. Selain pemandangan pria tua berlutut dengan dikerumuni oleh puluhan orang disekitarnya, dan Arinda yang berdiri mematung di tempatnya, tidak ada yang bisa memproses apa yang sedang terjadi. Mungkin hanya Rendy yang masih tidak terpengaruh, dan dengan tenang serta santai menikmati teh ditangannya. "Sruup..." Selain suara dari Rendy yang menyeruput tehnya, ruangan itu benar-benar hening. Entah telah berapa lama waktu berlalu, dan Rendy meletakkan gelas ditangannya kembali ke meja, dia akhirnya bergerak, dan mulai melihat sekelilingnya. "Kalian semua keluar." Tidak ada kata atau penolakan. Setelah Rendy memberikan perintah, lima puluh anggota Geng Serigala Merah di ruangan segera mengangguk dan berjalan ke pintu keluar. Melewati Arinda yang masih mempertahankan posisinya dengan menodongkan pistol di tangannya, satu-satu persatu semua orang keluar dengan me
Read more
Wanita gila
Berhenti dan merasa sangat terkejut, Rendy berbalik hanya untuk melihat bahwa Arinda sedang membuka mulut dan matanya lebar-lebar terkejut. Sama seperti Rendy, Arinda juga tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Hanya saja, selain terkejut, Arinda juga merasakan rasa malu yang membuat wajahnya merah padam. "Ada telepon...." Dengan wajah yang hampir terbakar, dan suara yang sulit didengar, Arinda buru-buru mengambil handphonenya. Melihat bahwa nama Bella yang sedang menelponnya, Arinda terlalu malu untuk meminta Rendy menerimanya, dan segera menekan tombol hijau di layar. "Halo...." Baru saja akan menyapa, Arinda segera berhenti, dan wajahnya kembali berubah. "Apa katamu? Pembunuh?! Ada beberapa pembunuh yang mendatangi kamarmu?!" Arinda berteriak dengan apa yang dia dengar dan otomatis di dengar oleh Rendy.Namun begitu, meskipun Rendy mendengar apa yang dibicarakan Bella melalui keterkejutan Arinda, dia tidak terlalu khawatir, dan dengan santai tapi pasti berjalan ke arahnya
Read more
Black Bull
"Ka-ka-kau...."Dengan suara dan tubuhnya yang gemetar, Arinda tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Lalu dengan suara "buk" yang tiba-tiba terdengar, tubuh Arinda sudah jatuh ke tanah dengan wajah yang penuh keringat dingin, serta tatapan ngeri. Ketakutan bukan lagi menjadi trauma Arinda. Tapi perasaan seperti separuh jiwanya akan keluar dari tubuh, dan sebentar lagi memasuki gerbang hantu adalah hal yang membuatnya hampir tidak bisa lagi bernafas. Untungnya, setelah beberapa waktu, Rendy tidak melakukan apapun padanya.Melihat polisi wanita gemetar ketakutan dengan mulut dan matanya yang melebar di tanah, Rendy sedikit mendengus, dan berkata, "Jangan berpikir bahwa Bella adalah wanita yang lemah. Jika dibandingkan denganmu, dia puluhan kali lebih pintar dan lebih kuat darimu." Itulah alasan kenapa Rendy tidak terlalu khawatir dengan para pembunuh yang mendatangi kamar hotel Bella. Karena bagaimanapun, Rendy
Read more
Rendy bergerak
Henry berpikir dia salah dengar, tapi perintah Rendy kembali terdengar, "Tabrak mereka berlima sampai mati." "Ini...." Henry segera ketakutan dan gemetar saat memikirkannya. Memang benar bahwa Henry bukan tidak pernah membunuh seseorang, tapi kondisinya saat ini berbeda. Mereka berdua sedang berada di markas Black Bull! Jika membunuh mereka berlima dengan menabraknya sampai mati, bukankah itu seperti membuat harimau marah dalam kawanan?Bagaimana mungkin Henry tidak takut?Meskipun dia juga seorang Ketua dari Geng Serigala Merah, dia sebenarnya tidak pandai bertarung, dan hanya suka bermain di balik layar. Tapi, jika benar-benar berhadapan muka, dan itu harus berhadapan dengan Black Bull, terutama masih di markas pihak lawan, Henry harus memikirkannya berulang kali."Jika kau takut, sebaiknya jangan keluar." Rendy tiba-tiba berkata setelah melihat keraguan Henry.Tanpa menunggu respon Henry, Rendy juga
Read more
Putra Martin
Menyaksikan empat pria dewasa yang sebelumnya berdiri, dan tampak galak tiba-tiba sudah tergeletak di aspal. Tidak bisa lagi hidup dan benar-benar telah mati. Black, orang terakhir yang sejak awal sampai akhir berdiri dan melihat semuanya tidak bisa lagi berkata-kata, dan hanya merasa bahwa tubuhnya mulai gemetar. Mungkin tidak ada yang tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi dia tahu.Sebelumnya, ketika Rendy bergerak, itu sangat cepat, dan hampir tidak terlihat sama sekali. Hanya seperti sebuah bayangan yang lewat, satu bawahannya tiba-tiba telah jatuh ke aspal dengan mulut berbusa, dan tidak tahu mati atau hidup. Lebih buruknya lagi, dua bawahan terakhirnya memiliki kepala berputar, dan hanya mati dengan cara yang lebih mengenaskan. "Kesempatan terakhir. Suruh Martin keluar atau mati?" Suara dingin Rendy tiba-tiba terdengar, dan segera membuat Black terbangun. Hanya saja, ketika baru terbangun, Black tiba-tiba mundur
Read more
Arta Luther
"Apa kau bodoh!? Aku adalah Putra Martin! Ketua utama dari Black Bull, dan orang yang paling dihormati di kota Eco ini. Aku, Arta Luther adalah putranya! Aku orang paling kaya dan kuat di kota ini! Jika aku ingin apapun, tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya!" Berteriak sangat keras, Arta terlihat sangat marah pada Rendy. Di awal dirinya sudah mengatakan bahwa dirinya adalah Putra dari Martin, tapi bajingan ini masih bertanya: Apakah kamu mengenal Martin?Sudah jelas-jelas dia mengenali ayahnya, tapi masih bertanya siapa dirinya? Apakah dia bodoh?"Aku tidak tahu dan tidak pernah mengenal orang bodoh sepertimu. Tapi karena kamu mengenal ayahku, dan tampaknya salah satu dari temannya, sebaiknya kau pergi dari hadapanku. Moodku sedang buruk, jangan muncul lagi di depanku. Jika tidak---" Arta kembali berkata dengan kesal, tapi dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Karena sekarang, Rendy sudah berdiri tepat didepannya, dan sedang m
Read more
Peringatan terakhir
Wajah Anton berubah saat mengetahui apa yang jatuh di depannya.Bukan benda, tapi itu adalah manusia! Dengan postur aneh. Kedua tangan, dan kakinya patah, mayat yang sepertinya laki-laki itu tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Beberapa tulang di anggota badannya patah, dan matanya masih melebar dengan ketidakpercayaan jika dirinya mati. Tergeletak di aspal, darah merah segar mengalir seperti kolam, dan membuat siapapun tampak sulit untuk mengenalinya. Baru ketika Anton dan yang lainya mendekat, mencoba untuk melihat lebih dekat, ekpresi semua orang segera menjadi ketakutan dan ngeri. "Di-dia.... bukankah dia Arta Luther!? Putra dari Martin Luther, ketua Black Bull!?""Mati! Dia sudah mati!""Mati sangat mengerikan seperti ini dan dilempar dari gedung atas, siapa yang melakukannya!?""Siapa yang berani membunuhnya?!""Apakah dia tidak takut akan kemarahan Martin dan seluruh anggota Bla
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status