Tangan Arjuna mengepal sempurna, wajahnya merah padam, kilat pada mata siap menusuk lawan. Melupakan diri tengah sakit, kepala dan lengan diperban, serta kaki tidak bisa menendang sempurna.Otak Arjuna hanya memerintah pada organ tubuh untuk menyerang dan melumpuhkan Andreas. Ia juga tidak peduli berada di rumah sakit, dilarang bising demi kenyamanan bersama.“Kita kembali ke kamar sekarang, ayo!” ajak Clau.“Tunggu! Aku bukan pengecut.” Tolak Arjuna seraya mengusap punggung sang istri.Kini badan atletisnya telah maju dua langkah mengikis jarak. Arjuna menarik satu sudut bibir, dagunya tampak terangkat, memberi kesan angkuh begitu kental.Tepat pada detik ketiga, kepalan tangan melayang sejajar dengan dada. Secepat kilat Clau menghalau, memeluk erat tubuh sang suami. Wanita cantik ini tidak mau suaminya tambah terluka baik secara fisik atau psikis.“Sayang tolong jangan.” Tegas Clau mengeratkan kedua tangan, lalu berbisik lirih, “Ini rumah sakit, di depan poli anak. Kalian bisa membua
Read more