64. Bencana
Sambil berbicara mata bocah kecil itu terus membesar. Entah karena kesal tidak pernah diberi tahu Manggala tentang dirinya selaku pendekar yang begitu disegani, atau karena bocah kecil itu sama kaget dengan prajurit kadipaten tadi."Kakang ini benar-benar brengsek...," gerutu Walet. "Kalau tahu begitu, aku sudah minta diajarkan jurus saktimu...."Manggala tak mempedulikan gerutuanmu Walet, karena prajurit yang melapor telah kembali."Tuan Pendekar dipersilakan menemui Kanjeng Adipati di pendapa," kata prajurit itu, mempersilakan.Manggala dan Walet memasuki gerbang kadipaten, diantar prajurit tadi. Setelah berjalan melewati taman sari kekadipatenan, mereka tiba di satu bangunan besar bertiang-tiang kokoh. Bangunan ini tak berdinding, sehingga orang di dalamnya bisa melepas pandangan ke seluruh penjuru taman sari. Di tengah ruangan berlantai agak meninggi itu, tampak Adipati Tunggul Manik duduk di atas kursi kebesaran. Mimik wajahnya terlihat senang. Matan
Baca selengkapnya