Semua Bab Bangkitnya Istri yang Dikhianati: Bab 231 - Bab 240
276 Bab
S3 – Part 71. Rumah Baru
“Laksa ke mana, Yang? Nggak ada di mana-mana?” Pertama kali yang Arga cari ketika dia baru saja pulang kerja adalah putranya. Bening sekarang merasa sedikit tersingkirkan dengan keberadaan putranya. Bukan hanya Arga, Hardi pun sama. Lelaki paruh baya itu juga akan menanyakan keberadaan Laksa, ketika kakinya menginjak lantai rumah. Tinggal bersama mertua, ternyata tidak buruk menurut Bening. Hardi dan Fatma benar-benar memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Bening dibuat nyaman di rumah besar tersebut. Rumah barunya masih diusahakan untuk segera selesai. Tapi masih membutuhkan waktu lagi dan lagi. “Sama Mama. Diajak arisan.” Bening menjawab. “Nggak jauh. Di blok lima. Mau pamer katanya.” Fatma sekarang memiliki hobi baru. Pamer cucu laki-lakinya yang tampan itu ke teman-teman arisannya. Perempuan paruh baya itu begitu bangga menunjukkan betapa Laksa adalah cucu lelaki kebanggaannya. Terlebih lagi sekarang, Laksa sudah berusia enam bulan, yang mana bocah itu semakin menunjukkan k
Baca selengkapnya
[Spin off] Part 1. Ancala – Gemintang 
“Ancala belum punya pacar yang mau dikenalin sama Oma?” Di dalam pertemuan yang rutin diadakan di kediaman keluarga Abimanyu, ini untuk pertama kalinya Ancala mendapatkan pertanyaan yang demikian sulit untuk dijawab. Senyumnya terlihat di bibir merahnya. Seperti biasa, dia menjawab dengan tenang. “Oma udah pengen aku nikah emangnya?” Dia menjawab dengan pertanyaan juga kepada Fatma. “Lho iya. Usia kamu udah dua delapan tahun lho. Jangan kayak ayahmu yang nikah udah kepala tiga. Kelamaan.” Fatma menjawab dengan semangat. “Ayahmu dan papa-papamu itu jangan ditiru. Nikah aja usianya udah tua.” Ramon, Kala, dan Arga hanya diam saja mendengar itu. Fatma yang tampak masih sehat meskipun sudah tergerus usia itu, ingin segera melihat salah satu cucunya menikah. Sayangnya, yang paling besar adalah Ancala. Gemintang baru saja lulus dari kuliah dan baru bekerja. Sedangkan Arca dan Laksa masih kuliah. Lalu Lentera – anak kedua Arga – masih sekolah. Jadi satu-satunya yang bisa didesak untuk se
Baca selengkapnya
Part 2. Kamu Cemburu
Gemi melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan Gemi memutuskan untuk menyusul Ancala setelah menunggu selama lima belas menit di dalam mobil. Perasaannya sedang risau. Semua itu gara-gara omanya yang sudah menagih cucu menantu kepada Ancala. Gadis itu duduk di samping Ancala, lalu segera menyandarkan kepalanya di pundaknya dengan tangan dilingkarkan di tangan kiri lelaki itu. Ancala tidak menghindar dan justru mengelus kepala gadisnya. Perasaan yang beberapa saat lalu terasa resah pun lambat laun menghilang. “Bang, ending seperti apa yang akan kita dapatkan dalam hubungan ini?” Gemi mengeratkan pelukan di tangan Ancala. “Kalau orang tua kita nggak setuju dengan hubungan kita, apa Abang akan meninggalkanku?” “Jangan pikirkan hal-hal seperti itu.” Ancala menahan Gemi agar tidak membahas hal itu lagi. “Aku mau Abang menjawab.” Gemi melepaskan tangannya, lalu sedikit menjauh dari Ancala. Menatap lelaki itu dengan picingan mata yang tajam.
Baca selengkapnya
Part 3. Membuat Jarak
“Kenapa Gemi harus cemburu, Papa?” Menutupi kegugupannya, Gemi menarik bantal yang ada di sampingnya, kemudian memeluknya. Ayahnya ini benar-benar. Gemi menjadi takut kalau-kalau sang ayah mengetahui hubungan Ancala yang sebenarnya dan rahasia itu akan dibuka. Padahal, dia pun sempat memiliki keinginan untuk mengatakan kepada orang tuanya tentang hubungannya dengan Ancala. “Karena kamu merasa Ancala nantinya tidak akan bisa sama-sama kamu lagi.” Kala menjawab lugas. “Kamu takut, Ancala membagi perhatian dan kasih sayangnya kepada perempuan lain sehingga kamu akan dinomor duakan. Papa benar, ‘kan?” Kala yang masih berdiri di depan pintu itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu tatapannya mengarah pada sang putri dengan tegas. Gemi memilih tidak menjawab, dia menundukkan kepalanya dengan memainkan pinggiran bantal. Sedikit lega karena dugaannya salah. Ternyata Kala tidak membahas tentang perasaan yang menjurus pada cinta antara Gemi dan Anca. “Sayang, kalian itu udah sama-sama
Baca selengkapnya
Part 4. Patah Hati
Pernyataan Gemi saat itu membuat hubungannya dengan Ancala benar-benar merenggang. Gemi lebih banyak menyibukkan dirinya untuk bekerja dan akan membaca banyak buku jika sudah pulang ke rumah. Berusaha mengenyahkan segala pikiran tentang Ancala. Meskipun dia merindukan lelaki itu, mati-matian dia mencoba untuk tidak peduli. Malam ini, dia memilih pergi ke rumah Arga. Dia akan menginap di sana dan menikmati waktunya bersama dengan dua sepupunya. Melihat Laksa dan Tera yang terkadang meributkan hal-hal yang tidak penting, membuatnya memiliki hiburan sendiri. “Kalian ngapain sih?” Baru saja Gemi menginjakkan kakinya di lantai ruang keluarga kediaman Arga, dia sudah melihat keributan antara dua sepupunya. Laksa tengah memelintir tangan Tera, dan mereka bergulat di atas lantai. Suara Tera memekir sambil minta dilepaskan. Gemi dulu juga ingin memiliki saudara, tapi sayangnya ibunya tidak bisa memberikannya. Binar hamil dua kali setelah Gemi, tapi dua-duanya keguguran. Setelah itu, dia din
Baca selengkapnya
Part 5. Situasi yang Lain
Laksa tidak menjawab. Apalagi Tera. Keduanya memilih diam dan membiarkan sang kakak sepupu lega setelah mengeluarkan tangisnya. Mereka pasti tahu jika perasaan Gemi sakit luar biasa mendengar kabar yang dibawa oleh sang ayah. Selama ini, Gemi dan Ancala tampak bahagia dengan hubungan mereka. Tapi karena omanya yang sudah membahas tentang pernikahan, akhirnya perasaan Gemi goyah. Ketakutannya akan kehilangan Ancala begitu besar, sedangkan di antara dirinya dan Ancala tidak ada yang berani mengatakan tentang perasaan mereka. Maka tentu saja masalah itu muncul. “Mbak mau kita jalan-jalan aja, atau mau nongkrong?” Laksa akhirnya bersuara. Gemi ini tidak pernah bisa ditebak. Di saat moodnya sedang berantakan seperti ini, kadang-kadang dia hanya ingin putar-putar tanpa tujuan. Atau bahkan dia akan mengajak ke tempat makan dan memakan banyak makanan. “Makan,” jawabnya. “Angkringan.” Laksa paham dan melanjutkan perjalannya. Ada satu tempat langganan angkringan Gemi yang sering didatangi. L
Baca selengkapnya
Part 6. Mengesalkan
Ancala terbatuk mendengar ucapan Tera yang ngawur. Lelaki itu baru saja menelan sate telur ketika Tera mengatakan hal itu secara berapi-api. Bukan hanya itu, gadis itu juga menatap Ancala dengan sinis. Dia seolah tengah mengatakan kepada Ancala harus berhati-hati. Sedangkan Gemi, gadis itu justru entah kenapa merasa terhibur dengan ucapan Tera. Nasi yang tadinya hanya dimainkan, kini dia makan dengan lahap. Membuka lagi nasi bungkus yang sebesar kepalan tangan itu dan menikmatinya. Tiba-tiba saja, senyumnya terlihat. Ada sedikit kikikan yang keluar dari mulutnya, sehingga empat orang yang ada di sana menoleh ke arahnya. Tampak bingung. “Apa yang lucu, Mbak?” tanya Tera. Gemi kali ini tidak lagi menunduk. Dia mengangkat wajahnya, menatap Tera dan Laksa bergantian. “Idemu bagus, Ter. Aku jadi mikir, bagaimana kalau kita ke dukun dan buat dia jadi impoten?” ekspresi antagonisnya keluar. Seringaiannya pun keluar keji. Namun ucapan selanjutnya membuat haru. “Tapi aku ‘kan bukan orang ja
Baca selengkapnya
Part 7. Keputusan Mutlak
Untuk sesaat, Gemi hanya mematung di tempatnya. Tidak pernah memiliki bayangan kalau Ancala akan datang ke rumahnya bersama dengan keluarganya. Sepertinya, Ancala tengah mengujinya. Pertemuan malam itu saja belum hilang dari ingatan Gemi, sekarang lelaki itu justru berada di rumahnya. Tersenyum lebar seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Hal itu membuatnya sangat kesal. Tapi, sekali lagi Gemi tak bisa melakukan apa pun kecuali harus menyingkirkan segala macam perasaan sakit yang dirasakan. Kalau dia sekarang menunjukkan perubahan interaksi dengan Ancala, maka itu akan membuat para orang tua curiga. Karena itu, dia akhirnya mencoba tersenyum. Mengubur sebentar luka basahnya. “Bunda Anye.” Gemi mendekat pada Anyelir. Perempuan paruh baya itu mencium Gemi. “Kenapa nggak dikeringkan dulu rambutnya?” Anyelir mengelus punggung Gemi dengan pelan. “Udah dipanggil. Biar terasa seger juga, Nda.” Gemi berlalu untuk mendekati Ramon. Mencium punggung tangan laki-laki itu. Barulah dia duduk di
Baca selengkapnya
Part 8. Orang Lama
Kata-kata yang diucapkan oleh Kala malam itu, membuat Gemi merasa ditekan begitu kuat. Rasa sesak itu dirasakan di dalam hatinya itu begitu hebat sampai dia tak tahu bagaimana akan melanjutkan hidupnya kedepannya. Haruskan dia merelakan perasaannya begitu saja dan membiarkan Ancala hidup dengan kebahagiaannya sendiri tanpa dirinya? “Gemi!” Panggilan itu membuat gadis itu terkejut. Lamunannya tampaknya menimbulkan masalah. Dia berada di ruang meeting dan beberapa orang yang ada di divisinya tengah konsentrasi mendengarkan bosnya berbicara, sedangkan Gemi justru menunjukkan tidak fokusnya. “Maaf.” Sadar kalau dia salah, Gemi segera meminta maaf. “Fokuslah. Jangan main-main.” Peringatan itu membuat Gemi mengangguk mengerti. Meskipun dia adalah salah satu calon pemilik perusahaan, tidak ada yang memerlakukannya khusus. Atasannya pun tidak akan memarahinya jika dia membuat kesalahan. Mencoba untuk fokus, Gemi merasa waktu berjalan lambat. Di dalam pikirannya, dia berbicara sendiri. Jik
Baca selengkapnya
Part 9. Princess
“Tidak ada lowongan pekerjaan!” Gemi menjawab cepat. “Idemu mentah.” Gemi tahu persis siapa Denta. Lelaki itu bahkan memiliki perusahaan traveling. Dia bukan pejuang rupiah yang harus sibuk mencari pekerjaan. Gemi tidak tahu bagaimana kehidupannya sebelumnya, tapi dia yakin lelaki itu memang dipersiapkan untuk menjadi pewaris keluarganya.“Aku harus pergi sekarang.” Gemi pamit. “Nomor Ancala masih sama kalau mau menghubunginya.” “Biarkan aku antar.” Denta bersiap berdiri, namun Gemi menghalau. “Kamu datang kesini pasti membutuhkan sesuatu untuk dibeli. Lanjutkan saja.” “Udah nggak lagi. Ayo, aku antar.” Denta kukuh.“Aku bawa mobil sendiri.” Gemi tak kalah kukuh. Berdiri, membawa paper bag miliknya sebelum berlalu dari sana. Namun Denta sama sekali tidak mengindahkan ucapan Gemi. Dia mengikuti Gemi dari belakang. Ada dengusan yang keluar dari mulut Gemi. Tapi dia membiarkan Denta mengikutinya. Sampai di basement, Gemi kembali mengusir lelaki itu sekali lagi. “Pergi sana. Aku mau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
28
DMCA.com Protection Status