All Chapters of Tujuh Dewi Dan Pusaka Iblis Pemikat: Chapter 11 - Chapter 20
24 Chapters
Bab 11: Melebur Waktu
Rosa masih belum tersadar dari ilusi yang diberikan oleh saudarinya, yaitu Malea. Saudari Rosa yang lain, Anggi, mulai sedikit khawatir.Bahkan, Malea sendiri tidak menduga kalau Rosa tetap tak sadarkan diri, padahal kekuatannya sudah ia hentikan beberapa saat lalu.“Kenapa belum sadar juga?” Anggi bertanya.Dengan wajah khawatir, Malea sedikit gelagapan, “Ti, tidak tahu, terawanganku hanya sampai para dewi kembali ke Suarga. Ha, harusnya Rosa sudah sadar.”Anggi menghampiri tubuh Rosa yang masih belum terbangun, ia menepuk-nepuk pipi Rosa perlahan. “Rosa! Rosa! Sadarlah!”Rosa masih tetap tak sadarkan diri.Para saudari Rosa hanya bisa saling menatap, apakah mereka sudah melakukan hal buruk? Gumam masing-masing dari mereka dalam hati.Mungkin saja pertanyaan itu ada benarnya. Karena dalam bawah sadar Rosa yang masih merasuki tubuh Anggana, dan juga pengaruh ilusi milik Malea, menghasilkan kombinasi
Read more
Bab 12: Titik Pertemuan
Tiga saudari Rosa, yaitu Anggi, Rubi dan Ramona pergi menuju lokasi yang diberikan oleh Sakti. Mereka bergegas sembari terus mengingat wajah Sakti yang mereka lihat di ponsel Rosa. Sesekali Anggi menatap layar ponsel itu untuk memastikan seberapa jauh lagi jarak yang harus mereka tempuh. Anggi berharap agar Sakti tiba di tempat perjanjian terlebih dahulu, karena jika mereka yang lebih dulu sampai, bisa jadi Sakti akan menghindari pertemuan itu karena bukan Rosa yang datang. Ketika hampir sampai di tempat pertemuan, Anggi memerintahkan kedua saudarinya untuk berjaga-jaga dari jarak yang tidak terlalu jauh. Akhirnya Ramona dan Rubi menunggu di sebuah halte bus, berbaur bersama calon penumpang yang sedang menunggu. Lain halnya dengan Anggi, ia menunggu dengan sabar akan kehadiran Sakti. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah minimarket yang menyediakan sebagian kecil areanya untuk bersantai dan menyesap kopi. Anggi belum bisa duduk-duduk di tempat pertemuan itu, ia menunggu Sakti yang
Read more
Bab 13: Pecundang Sial
Suara mesin mobil menderu semakin cepat, membuat Sakti cukup yakin kalau dirinya dalam bahaya, walaupun ia tidak bisa melihat keadaan sekitar akibat rok yang menutup kepalanya. Ia mencoba berontak, menendangkan kakinya sembarangan ke berbagai arah, badannya ia guncang-guncangkan agar bisa lepas dari cengkeraman wanita-wanita gila itu.Semerbak aroma pengharum mobil menyeruak karena terjatuh akibat tendangan Sakti, aroma jeruk murahan sontak membuat siapa pun yang ada di dalamnya merasa mual.Rubi, yang sedang menyetir, akhirnya membuka kaca jendela mobil agar aroma pengharum tersebut tidak terlalu mengganggu.Ramona dan Anggi masih terus berusaha menjegal Sakti, Ramona kini setengah telanjang karena roknya ia lepaskan demi menutup paksa wajah Sakti.“Gila kamu, ya!” Bentak Anggi kepada Ramona yang setengah telanjang itu.“Ya, liat di tv emang begini caranya biar dia enggak tahu ke mana kita pergi.” Ucap Ramona sambil terengah-engah karena kewalahan menjegal Sakti yang terus berontak.
Read more
Bab 14: Sebuah Ikatan
Rosa sedang menanti hukuman yang dijanjikan ayahnya, jiwanya yang terjebak di dalam tubuh Anggana terus saja merasakan hubungan antara jiwanya dan tubuh Anggana kian menyatu, ditambah lagi, ia bisa merasakan kalau jiwa milik Anggana juga masih ada bersamanya. Terkadang tubuh Anggana dengan leluasa dikendalikan Rosa, namun beberapa saat kemudian Anggana akan mengambil alih.Fenomena langka itu membuat Rosa tidak yakin bahwa ia sedang mengalami hal yang nyata atau sekedar ilusi.Ketujuh dewi dikumpulkan di dalam sebuah kamar luas penuh warna, dekorasinya yang mewah, aroma wewangian semerbak disertai dengan cahaya lembut yang menembus jendela kamar itu.Beberapa saat kemudian, seseorang memasuki kamar itu, ia mendorong meja beroda yang di atasnya tersedia banyak makanan dan buah. Sepertinya ia adalah pelayan di kerajaan ini, mungkinkah Rosa sedang berada di sebuah kerajaan? Rosa membatin.“Ya, ini adalah kerajaan, di Suarga ini ada beberapa kerajaan yang hebat.” Anggana mengucap dalam ha
Read more
Bab 15: Kuku Macan
Abah Karsa tertegun mendengar cerita Sakti, baginya terdengar bagaikan dongeng versi dewasa. Merasa sudah tak aneh lagi jikalau perilaku Sakti mirip seperti kedua pendahulunya.“Anggap saja sebagai balas budi, harusnya mereka sudah mati kalau tidak ditolong.” Sakti menganggap apa yang dilakukannya pada Ramona sebagai timbal balik atas keselamatan para wanita yang menculiknya.Abah Karsa hanya mengangguk saja, berusaha tak peduli, walaupun di lubuk hatinya sangat penasaran apakah dugaannya itu benar.Ini mengenai orang-orang yang ditemui oleh Sakti, Abah Karsa mengira bahwa bisa saja ada hubungannya dengan apa yang dialaminya terdahulu. Dan juga hubungannya dengan penyakit Pak Guruh yang mirip betul dengan ayahnya di masa lalu.Untuk mengetahui hal itu, Abah Karsa harus mengenakan salah satu Pusaka Iblis Pemikat miliknya, namun saat ini benda itu tertinggal di rumahnya karena terburu-buru saat dijemput oleh Sakti.Lima buah Pusaka Iblis
Read more
Bab 16: Satu Pertemuan
Sakti merasakan hebatnya sensasi saat ia menyerap dua jenis Aura Dewi yang berbeda, Abah Karsa yang secara tak langsung melihat keseluruhan proses itu, hanya bisa mengira-ngira apa yang sedang terjadi, tetapi secara perlahan tetap bisa merasakan ada sesuatu yang beda atas diri Sakti. Sebuah daya tarik dan energi aneh tertentu.“Ini yakin boleh dipake, Bah?” Tanya Sakti seraya menunjuk kalungnya.“Tentu saja, Cah Bagus, tapi pergunakan dengan bijak, jangan sampai nanti seperti bapakmu.” Lagi-lagi Abah Karsa mewanti-wanti perihal efek samping penggunaan pusaka miliknya.Sakti hanya bisa mengangguk, badannya yang dirasa penat karena seharian mengalami kejadian di luar nalar seolah menjerit meminta dibersihkan, Sakti segera bangun dari duduk silanya, lalu ia beranjak ke kamar mandi.Tak lama kemudian.“Abah tolong jagain bapak, ya.” Ucap Sakti dari dalam kamar mandi, mulai terdengar suara ceburan air memecah keheningan.Dinginnya air mengguyur tubuh Sakti, indera perasanya semakin tajam m
Read more
Bab 17: Amarah Saudari
Malea memperhatikan tiap detail apa saja yang terjadi di antara adiknya, Rosa, dan juga Sakti. Terawangannya mungkin tak sehebat Anggi, namun cukup jelas baginya untuk menilai seberapa intimnya mereka berdua yang sedang dalam pengawasannya. Pergumulan malam itu berakhir tidak sesuai harapan Malea, Rosa dan Sakti malah bercinta di halaman rumah kosong dengan beralaskan tumpukan daun kering. Suara daun berserakan mengiringi tiap desahan dan gejolak birahi mereka. Bajingan benar lelaki ini, pikir Malea. Sudah enak merudapaksa Ramona, kini malah menggauli adiknya yang lain pula. Malea segera memutuskan kontak batin pengelihatannya itu setelah mendapati Sakti diam-diam melepas pengaman dari miliknya tanpa sepengetahuan Rosa dan mulai mencumbu Rosa bagaikan anjing yang sedang kelaparan. Sakti mendorong-dorong pinggulnya hingga Rosa merasakan kejantanan Sakti semakin melesak menjelajahi kewanitaannya. Malea merasakan jijik. Ia tak tahan melihat seberapa murahannya Rosa. Sementara itu, S
Read more
Bab 18: Keturunan Raja
Bram berusaha untuk bangkit dari tidurnya tanpa harus menggugah Ramona yang masih pulas tertidur, semalaman ia mencumbu istrinya itu dan tentulah mereka akan bangun kesiangan karena kelelahan.Kepala Ramona yang masih menyandar di bahu Bram, kini berusaha melesak masuk di antara himpitan ketiak suaminya itu, mencoba untuk menghalau Bram agar tidak segera pergi.Bram mengangkat bahunya perlahan, berusaha melepaskan kepala Ramona yang menindihnya, lalu ia merapikan posisi kepala istrinya agar tidak terlalu jauh dari bantal tidur. Pelan-pelan Bram meninggalkan kamarnya.Ramona tetap nyenyak tertidur namun insting dan panca indranya tetap bekerja, tak lama, ia mencium aroma kopi dan mentega yang menggugah seleranya, kemudian ia berusaha untuk bangun.Terlihatlah sebuah nampan berisi roti lapis cokelat dan secangkir kopi, salah satu menu favoritnya untuk sarapan. Di hadapan Ramona, Bram terlihat sedang menunggu, pakaiannya sudah rapih dan siap untuk pergi bekerja.“Ee, Ayah mau dibikinin s
Read more
Bab 19: Persimpangan Takdir
Sakti sudah berada di tempat kerjanya, ia sibuk menemani salah satu penanggung jawab sebuah perusahaan produsen suku cadang kendaraan berat. Orang itu menggunakan jasa perusahaan ekspor impor tempat Sakti bekerja dan kini sebuah proses pengiriman sedang bermasalah.Dalam waktu kurang dari dua puluh menit, Sakti sudah membuat presentasi baru tentang kenapa pengiriman tersebut bermasalah, dan bagaimana solusinya.Sebuah rapat telah diadakan antara Sakti, atasannya, dan juga kedua pihak penanggung jawab masing-masing perusahaan.Selama rapat itu, Bram, selaku penanggung jawab perusahaan suku cadang kendaraan berat, tidak habis-habisnya memperhatikan Sakti di ruang rapat. Urusan masalah perusahaannya justeru tidak disimak baik-baik.“…Itulah hal yang bisa kita lakukan, Pak Bram. Betul begitu, Pak Wendy?” Sakti menjelaskan presentasinya, ia memastikan teorinya dengan rekannya yang lain selaku penanggung jawab perusahaan ekspor impor ini.
Read more
Bab 20: Perselisihan Wanita
Sudah tiga hari ini Malea berusaha menembus ingatan Anggi demi mencari keberadaan seorang Dewi Penyembuh yang dibutuhkannya, namun petunjuk yang didapat masih belum cukup.Mahendra, suami Anggi, sudah beberapa kali mendatangkan dokter-dokter hebat untuk penanganan sementara, menyembuhkan efek samping yang terjadi pada tubuhnya akibat luka batin itu.“Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, asal jangan telat makan, ya. Dan obatnya juga.” Begitulah kata para dokter yang memeriksa Anggi.Walaupun Mahendra tahu para dokter itu tidak bisa menyembuhkan Anggi sepenuhnya, namun tanpa bantuan mereka, kondisi fisik Anggi semakin memprihatinkan, dalam tiga hari saja tubuh Anggi sudah terlihat menyusut.“Bagaimana ini? Apa yang bisa kulakukan untuknya??” Ucap Mahendra dengan nada khawatir.Malea dan Rubi hanya bisa terdiam. Mereka mencoba menenangkan Mahendra.“Pah, mamah kenapa?” Anak Anggi bertanya tiba-tiba. Semuan
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status