All Chapters of Hamil Tapi Perawan: Chapter 31 - Chapter 40
150 Chapters
Bab 31
"Tsabi berhenti!" pekik Shaka memanggil-manggil khawatir. Dia terdiam di pijakannya tak lagi mengejarnya. Takut istrinya semakin menjauh. Pikirannya sudah tak karuan, rasa cemas dan khawatir mendera di dadanya. Rasa kesal yang sempat menguasai emosinya berangsur menghilang berganti ketakutan melihat langkah kecilnya yang menjauh. Nyatanya langkah kaki Tsabi pelan terus mundur, dia muak dengan semua sikap Shaka. Tsabi sudah tidak tahan hidup dalam bayang-bayang pria dominan yang tak tahu perasaan dan bagaimana cara memperlakukan istrinya. "Ah, sial!" batin pria itu memaki. Merutuki kelakuannya yang kadang tidak bisa menahan diri. Dia langsung menghubungi seseorang untuk mencari cara lain membujuk istrinya untuk pulang. Tsabi sendiri tidak peduli lagi Shaka mau marah, atau bahkan akan membuangnya setelah ini. Dia lebih siap untuk tidak melanjutkan pernikahan ini daripada harus terjebak pernikahan dengan pria setengah waras itu. Langkah kakinya mundur dengan pasti, sekali lagi pria it
Read more
Bab 32
Sang dokter menatap dengan wajah menyesal. Membuat Shaka menanti penuh khawatir. "Maaf Pak, kondisi kehamilan Bu Tsabi sangat lemah, janinnya tidak bisa diselamatkan," ucap Dokter dengan berat hati. "Apa!" Seketika Shaka menjadi lemas. Calon pewaris yang sudah digadang-gadang hadir itu kini telah tiada dari rahimnya. "Tidak mungkin, tidak!" gumam Shaka setengah putus asa. Dia hampir tidak percaya kalau kini anaknya telah tiada. "Kenapa kamu nggak nurut Tsabi," batin pria itu marah. Andai saja istrinya tidak nekat keluar, pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. "Apa pasien sudah boleh dikunjungi?" tanya Shaka setelah emosinya sedikit terkontrol. "Silahkan jenguk istri Anda Pak, tolong disemangati, kondisi Bu Tsabi masih belum stabil, mungkin dia juga shock mengetahui hal ini," kata Dokter mewanti-wanti. Shaka masuk ruang rawat dengan hati tak karuan. Berusaha menahan diri untuk tidak termakan emosi, walaupun hatinya masih sangat kesal, kecewa, dan marah. Saat Shaka masuk, Tsa
Read more
Bab 33
Apa katanya, pindah? Apa ini siasat Shaka untuk menjeratnya semakin jauh dari keluarga. "Kenapa harus pindah, aku tidak mau," tolak Tsabi lantang. Walaupun dia tahu keputusan suaminya tak bisa diganggu gugat. Dia ingin mengeluarkan aksi protesnya secara terang benderang. Bahkan dia sekarang sedikit tidak peduli dengan statusnya. "Apa kamu punya hak untuk menolak. Jangan membuat suamimu marah," kata pria itu dingin. Selalu tak peduli dengan perasaan istrinya yang mempunyai pendapat sendiri. Bagaimana rumah tangga bisa berjalan kalau tanpa kompromi begini. "Tapi kenapa kita harus pindah?" tanya wanita itu sungguh tak paham dengan kelakuan Shaka. "Aku pindah kerja, bukankah seharusnya seorang istri itu harus ikut ke mana pun suaminya pergi." Pindah kerja? Benarkah? Bukankah dia yang mengendalikan semua perusahaan miliknya. Lalu pindah kerja ke mana yang dia maksud. "Benarkah? Berarti aku sekarang boleh tahu pekerjaanmu apa?" tandas Tsabi ingin mendengarkan kejujurannya. "Bukankah
Read more
Bab 34 Benda Keramat Meresahkan
"Apa?" tanya pria itu kebingungan memaknai bahasa tubuh istrinya. "Ganti perempuan lah, mana kamu ngerti," jawabnya sewot. Kesal sekali rasanya. "Ganti yang mana? Katakan yang jelas, aku tidak mengerti kode-koden. Nambah pekerjaan aku saja," ujar pria itu ikutan kesal. "Kalau nggak mau direpotin ya nggak usah punya istri. Aku bisa berangkat beli sendiri," sahut Tsabi sensi. Moodnya sedang tidak baik-baik saja, malah mentalnya disentil ya sudah sekalem apa pun bentuk perempuan itu bakalan ngamuk. Seketika kening Shaka berkerut-kerut, berpikir apa yang dimaksud istrinya, dia baru ngeh kalau saat ini Tsabi baru saja keguguran dan tentu saja memerlukan benda penting itu. "Ish lama," protes Tsabi gemas. Berlalu dari hadapan Shaka lalu beranjak keluar. "Tsabi, beli dari rumah kan bisa. Ngapain jauh-jauh ke luar rumah!" pekik Shaka menghentikan langkahnya. Pria itu berjalan cepat menghadang istrinya. Tsabi membalas tatapan tajam Shaka yang memperingatkan. Kali ini dia tidak takut sama
Read more
Bab 35
Shaka bergegas menuju pusat perbelanjaan terdekat. Melakukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Usai memarkirkan mobilnya, rasa hati ragu untuk masuk ke dalam. Namun, mengingat Tsabi yang tengah menunggu akhirnya mendekatkan hatinya. Pria itu berkeliling melewati lorong gondola, mencari-cari di mana benda penting itu berada. Saat menemukan deretan yang begitu beraneka ragam ia langsung mendekati merk yang sempat istrinya pilih saat memesan di ponselnya. Namun, pergerakan tangannya terhenti saat beberapa makhluk PMS lainnya memperhatikannya dengan rasa takjub. Pria itu menebalkan muka, dengan cepat mengambil beberapa pack dari rack lalu bergegas ke kasir. Soalnya sampai di sana cukup antri, membuat pria itu harus tertahan menunggu. Dengan perasaan kesal dan menggerutu berusaha sabar menunggu antrian pembayaran. Demi apa harus tertawan malu cuma gegara menuruti keinginan istrinya yang seumur hidup baru kali ini dia kerjakan. "Sialan! Gegara benda seperti ini gue harus ngantri kaya gini
Read more
Bab 36
Keduanya menuju mobil yang sudah siap menunggu di depan rumah. Pria itu lebih dulu membukakan pintu mobilnya untuk Tsabi, lalu berjalan cepat menyusul masuk. Duduk tepat di belakang kemudi. "Pakai sabuk pengamannya Tsabi!" interupsi Shaka pada istrinya yang nampak kesusahan. Refleks, pria itu mendekat lalu membantunya. Pergerakan Shaka yang begitu mendadak, tak ayal membuat Tsabi terkesiap sampai menahan napasnya. Ia terdiam dengan perasaan resah menguasai debaran jantung yang mendadak deg-degan. Tepat di saat pria itu terdiam di depannya menatap begitu dalam. Tsabi sampai menelan saliva gugup mendapati jarak mereka yang begitu dekat. Bahkan wangi maskulin dari tubuh suaminya begitu terasa. Pria itu terpaku kala merasakan wangi tubuhnya begitu menggoda. Manis, itulah rasa yang sempat tertangkap oleh indera penciumannya. Hingga menimbulkan gejolak bernama syahwat jika tidak sadar akan perjalanan keluar. "Sudah," kata Shaka menarik diri dengan perasaan yang sulit diartikan. Seperti
Read more
Bab 37
"Mari ikut saya Nona!" ajak seorang pria mempersilahkan. Perempuan itu berjalan mengikuti langkah seseorang yang katanya suruhan Shaka. Dia tidak berpikir buruk tentangnya, dan mungkin memang benar. Namun, entahlah hatinya mendadak ragu saat pria di depannya itu bukan jalan ke arah luar melainkan ke sebuah lorong untuk menuju ruangan tertentu. "Shaka di mana? Bukankah tadi katanya menunggu di mobil?" tanya perempuan itu dalam hati. Ia merasa tidak tenang, atau jangan-jangan pria itu mengirimkan dirinya pada bahaya. "Ada apa Nona? Kenapa berhenti? Mari ikut saya Tuan Shaka sudah menunggu," ujar pria itu menginterupsi. "Ada yang tertinggal di meja tadi, bolehkah aku mengambilnya dulu," ujar Tsabi beralibi. Dia merasa pria di depannya bukanlah orang yang pernah terlihat sebagai bawahannya Shaka. Walaupun Tsabi tidak paham benar, dia belum pernah menjumpai pria itu ada di lingkungan tempat tinggalnya yang biasanya salah satu dari orang yang menjaga kediaman mereka, ataukah mungkin oran
Read more
Bab 38
"Enyah kau!" sarkas pria itu meluapkan emosinya. Tidak begitu kawan, kalau dia mengusik kehidupannya, itu artinya siap berhadapan dengannya. Perkelahian kedua pria itu pun tak terelakkan lagi. Shaka hampir lepas kontrol kalau saja tidak sadar istrinya ketakutan melihat dirinya. Shaka langsung berhenti begitu melihat Tsabi berlari menjauh. Sementara Saga sudah tergeletak tak berdaya. "Tsabi! Tunggu Tsabi!" seru Shaka menghempaskan Saga lalu berlari mengikuti langkah istrinya. Wanita itu terus berjalan tanpa mendengar panggilan suaminya. Membuat Shaka gemas lalu menarik lengannya. "Aku bilang berhenti, apa kamu tidak dengar!" sentak Shaka membuat tubuh perempuan itu membeku di tempat. Air matanya tanpa sadar berdesakan keluar. "Lepas Mas," pinta Tsabi memohon. Namun, Shaka malah mencengkeramnya makin kuat takut istrinya tiba-tiba berlari. "Kembali ke hotel. Kenapa harus meladeni Saga?" tanya pria itu sangat tidak suka wanitanya disentuh-sentuh orang. Dia pasti akan menghukumnya de
Read more
Bab 39
Atas dasar permintaan istrinya, jadilah malam itu tidak ada kegiatan panas seperti yang sudah digadang-gadang pria dewasa itu. Terpaksa harus menundanya lagi walau sebenarnya hatinya kesal. "Jangan menatapku seperti itu Mas," tegur Tsabi yang kini sudah menempati ranjang. Dia sengaja memakai pakaian panjang tanpa melepas hijabnya. Tidak ingin memancing syahwat suaminya barang kali memang menginginkan itu. Ada rasa berdosa pada diri Tsabi, tetapi dia harus melakukannya demi sebuah masa depan yang jelas. Bagaimana jika suaminya terbukti suka gonta-ganti pasangan menularkan sebuah penyakit dan naasnya Tsabi yang tidak tahu menahu pun terkena getahnya. Bukankah itu sangat miris dan disayangkan. Sebelum semuanya terjadi, Tsabi ingin berjaga-jaga. Walaupun pandangan Shaka jelas menyiratkan kekesalan. Itung-itung latihan sabar, bukankah melakukan ritual suami istri itu harus dasar sama-sama rasa nyaman dan tentunya tidak membahayakan untuk keduanya. Shaka tidak menjawab, setengah berbari
Read more
Bab 40
"Aku yang buka, atau kamu yang buka," kata pria itu penuh penekanan, menatap tajam istrinya. "Nggak apa Mas, aku hanya sedikit pegal, jadi tidak apa-apa," kilah Tsabi menyembunyikannya dari suaminya. Wanita itu menahan tangan Shaka yang mencengkram gamisnya. "Kalau kamu merasa tidak apa-apa, biar aku yang buka." Kesal dengan sikap Tsabi pria itu sampai beranjak dari kursi lalu mengambil gunting hendak memotong bagian gamisnya. Membuat Tsabi seketika melotot tak percaya. "Jangan dipotong!" pekik Tsabi merebut gunting dari tangan Shaka. Apa-apaan suaminya itu, membuat Tsabi panik saja. "Buka!" titahnya dingin. Wanita itu melepas tangannya yang sedari tadi menahan, membiarkan Shaka memeriksa kaki bagian atasnya. Pria itu menaikkan gamis Tsabi dengan hati-hati. Tatapannya jeli memperhatikan kulit Tsabi. "Sakit kenapa nggak bilang? Bagaimana bisa ini terjadi. Aku bilang tidak usah sibuk sendiri di dapur, biar orang lain yang mengerjakan," omel Shaka melihat luka kemerahan di paha Tsa
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status