Semua Bab Pesona Istri yang Dicampakkan: Bab 31 - Bab 40
200 Bab
Bab 31. Mendapatkan Izin
Bu Rani masih menatap putranya dengan sangat serius. "Mama pasti mendoakan yang terbaik untuk kamu, Ren," ucapnya dengan tulus."Makasih ya, Ma. Mama selalu saja bisa mengerti Rendi. Nggak pernah menuntut Rendi harus ini dan itu. Nggak seperti Tante Riana. Nggak kebayang deh, kalau Rendi jadi anaknya Tante julid itu," balas Rendi sambil bergidik ngeri, seolah Riana adalah monster yang menakutkan baginya."Jangan gitu, Ren! Begitu juga dia tantemu, loh," peringat Bu Rani.Rendi mencebikkan bibir, "iya … iya …."—------------Hari sudah beranjak malam, perasaan Maira semakin gusar saat menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ibunya telah menceritakan semua yang diminta Rendi tadi siang pada bapaknya. Diluar dugaan, bapaknya justru menyambut antusias niat Rendi untuk membawanya ke acara tasyakuran saudaranya. Tapi dengan syarat, lelaki itu harus meminta izin langsung padanya. Dan kini … lelaki itu justru tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Seusai makan malam tad
Baca selengkapnya
Bab 32. Menghadiri Acara
Hari demi hari terus berganti, hingga tibalah kini acara tasyakuran anak Riana–tantenya Rendi, akan diadakan malam nanti.Sore hari usai pulang dari praktek di rumah sakit Rendi tidak langsung kembali ke rumah. Lelaki tampan itu memilih pergi ke mall terlebih dahulu, tujuannya ingin membelikan baju untuk Maira pakai nanti malam. Selesai memarkirkan mobilnya, Rendi segera turun dari mobil dan berjalan menuju mall. Dengan melangkah tegap penuh wibawa, lelaki tampan itu mengayunkan kakinya menyusuri mall menuju store pakaian wanita. Tangannya mulai sibuk memilah satu demi satu gaun yang menurutnya pantas dipakai Maira. Satu deret pertama tidak ada yang cocok di hatinya. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Senyumnya tersungging saat netranya melihat satu buah gaun berwarna mint yang dipasangkan pada sebuah manekin. Buru-buru Rendi menghampiri patung yang menyerupai wanita itu. Namun disaat yang bersamaan datang seorang wanita paruh baya bersama seorang lelaki muda yang ikut meraba g
Baca selengkapnya
Bab 33. Direndahkan Mantan
"Mas Rendi!" Seru seorang perempuan cantik yang tiba-tiba muncul dari tengah keramaian. Penampilannya yang mencolok membuatnya menjadi pusat perhatian.Perempuan itu lekas mengayunkan langkahnya mendekati Rendi, tak mempedulikan keberadaan Maira yang berada di samping lelaki itu, perempuan itu tanpa merasa sungkan langsung menubruk tubuh jangkung itu dan memeluknya. Tautan tangan antara Maira dan Rendi seketika terlepas. Maira mundur beberapa langkah. Tubuhnya mematung melihat adegan di depannya."Kamu apa-apaan sih, Sa?" seru Rendi sambil mendorong tubuh perempuan itu sedikit menjauh. Rendi menoleh pada Maira, raut wajah Maira berubah masam, dengan sorot mata penuh kekecewaan. Merasa tidak enak, Rendi segera kembali mencoba mengulurkan tangannya pada Maira, di luar dugaan, Maira justru menepis pelan tangannya, sepasang mata bulat itu nampak berkaca-kaca. "Mai, jangan salah paham dulu," ujar Rendi sambil berusaha meraih kembali tangan Maira. "Dia Salsa–adik sepupuku." Rendi mela
Baca selengkapnya
Bab 34. Bertemu Mantan
Rendi tersenyum puas, saat melihat gelagat Alfin mulai gelisah. "Maksud, Mas Rendi apa, sih?" tanya Salsa dengan gurat penuh tanda tanya. "Memangnya siapa, sih, keluarga tidak tahu diri itu? Penting gitu untuk kami ketahui?" Salsa memutar bola matanya malas. Gadis itu terlalu cuek dan tidak peka. 'kamu hanya belum tahu saja, Sa, siapa calon suamimu itu' batin Rendi. Lelaki itu menatap wajah adik sepupunya.Dengan santai Rendi menanggapi, "Ya penting lah, karena keluarga itu—""Acara apaan sih ini? Mau tasyakuran atau debat aja," tiba-tiba Alfin menyela. Sepasang mata tajam itu menatap Rendi penuh kebencian. Jelas sekali kilat amarah memancar dari sorot matanya.Rendi mencoba tetap tersenyum walaupun hatinya menahan gemuruh. Lelaki itu memilih untuk membalas ucapan Alfin dengan cara yang elegan."Kenapa Anda jadi sewot begitu?" Rendi menyeringai. Tampak sorot mata Alfin semakin berkilat."Sekarang bukan saatnya berdebat, ini acara tasyakuran, seharusnya kamu tahu itu. Hargai tuan ru
Baca selengkapnya
Bab 35. Tidak Sederajat
Rendi menggeram kesal, ucapan gadis itu sangat menusuk perasaannya. Dia menghentikan langkahnya, dan membalikkan badan, "Jangan suka menyalahkan orang lain, koreksi dirimu sendiri, sudah benar apa belum yang kamu lakukan, aku hanya ingin melindunginya dari orang-orang yang ingin menjatuhkan harga dirinya. Apa itu salah menurutmu?" Raut wajah gadis itu semakin muram, "tapi aku ini adikmu, Mas! Seharusnya kamu tetap di sini sampai acaraku selesai." Salsa berusaha mengelak."Kamu tetap di sini saja, Mas, biar aku pulang sendiri," ujar Maira sambil berusaha melepaskan jemari Rendi yang menggenggam erat jemarinya. Segaris senyum menghiasi bibirnya yang tipis."Tuh, dia aja ngerti, Mas. Masa kamu mau pergi gitu aja di acara tasyakuran aku, nggak ngehargain aku banget, padahal ini kesempatan untuk keluarga kita bisa saling support setelah lama nggak pernah ketemu." Salsa melipat tangannya di depan dada, sorot matanya tajam menatap Maira. "Maaf, Sa. Tapi aku nggak bisa biarin calon istriku
Baca selengkapnya
Bab 36. Dipaksa Menikah
Rendi terus memaksa hatinya untuk tidak merasa kecewa, sepanjang perjalanan mengantar Maira pulang, lelaki itu terus memaksakan dirinya untuk bersikap baik-baik saja di depan perempuan itu. Walau egonya terus memaksa untuk menuntut lebih, tapi akal sehatnya terus menekan untuk berhenti menuntut, agar tidak menyakiti hati perempuan itu. Pantang baginya untuk memaksakan sebuah perasaan. Karena dia tidak mau jika seseorang menerimanya hanya karena terpaksa apalagi merasa iba.Sesampainya di rumah Maira tak banyak yang Rendi bicarakan. Lelaki itu langsung pamit pulang. Masih beruntung kedua orang tua Maira tidak banyak bertanya soal acara tasyakuran itu, jadi dia merasa sedikit lebih lega. Pun dengan Maira, perempuan itu sangat pandai bersandiwara di depan orang tuanya, sedikitpun tak ada gurat kesedihan di wajah cantiknya. Padahal sebelum turun dari mobil, sempat Rendi melirik wajah Maira tengah murung seperti ada beban yang tengah dipikulnya. Benar-benar perempuan yang tangguh, batin Re
Baca selengkapnya
Bab 37. Melawan Tante Riana
Tante Riana menatap nyalang pada keponakannya itu. Matanya melotot dengan wajah yang memerah, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. "Jangan kurang ajar kamu Rendi!""Cukup Riana! Jangan bentak putraku, kamu tidak ada hak untuk memaksa Rendi! Memangnya siapa kamu? Aku saja yang melahirkannya tidak pernah memaksakan kehendak padanya. Aku minta sekarang kamu keluar dari rumahku," sentak Bu Rani, terlihat gurat kecewa saat wanita itu menatap adiknya. Lalu Bu Rani beralih menatap Ninda dan kedua orang tuanya. "Saya mohon maaf, anak saya tidak berkenan menikah dengan putri Bapak dan Ibu. Mohon pengertiannya. Semoga Nak Ninda, segera mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Rendi–anak saya." Bu Rani menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dengan mimik muka sangat memohon.Rendi menatap mamanya dengan perasaan sedih luar biasa, Mama yang biasanya selalu dihormati oleh orang lain, kini harus mengemis memohon maaf atas kesalahan yang tidak pernah dia perbuat. Lelaki itu kemudian menatap
Baca selengkapnya
Bab 38. Semakin Nekat
Tania merapatkan giginya hingga timbul bunyi gemerutuk. Sedangkan sang sekretaris, perempuan itu sudah sangat pucat wajahnya, melihat sorot mata Alfin yang tajam seperti akan memakan mangsanya."Maaf, Pak. Mbak Tania terus memaksa untuk masuk," ujarnya takut-takut tak berani memandang ke arah Alfin. Perempuan itu terus menundukkan kepalanya.Sekretaris itu segera keluar, setelah Alfin menyuruhnya meninggalkan ruangannya."Siapa perempuan itu, Mas? Kenapa dia berani menyuapimu?" Tania melangkah mendekat ke arah mereka berdua, saat daun pintu sudah kembali tertutup.Salsa menyunggingkan senyum sinis, "kenalkan, Saya Salsa–calon istri Mas Alfin," ujarnya dengan wajah pongah. Tania ternganga, perempuan dengan dandanan tebal itu menggeleng keras. "Nggak, itu nggak mungkin!" Lalu netranya menatap ke arah Alfin yang duduk dengan santainya seolah tak terjadi apapun di sana. "Dia bohong 'kan, Mas?" Tania meminta sebuah penjelasan.Salsa berdiri dan berjalan memutari kursi kebesaran Alfin. Per
Baca selengkapnya
Bab 39. Tidak Pernah Berhubungan?
Tubuh Bu Sofia menegang, wajahnya memucat seiring dengan raut kesakitan yang begitu jelas di wajahnya. Tiba-tiba tangan kanannya sudah memegangi dada. Seperti tengah mengulangi kesalahan yang pernah dibuatnya. Otak Tania terus berpikir keras. Tidak! Dia tidak mau disalahkan jika terjadi apa-apa pada Bu Sofia. Perempuan itu lantas kembali mendekat."Tante … Tante kenapa?" tanya Tania sangat panik. "Ayo duduk dulu, Tante." Perempuan itu memapah Bu Sofia masuk ke rumah, lalu mendudukkannya di sofa dengan pelan."Sakit," keluh Bu Sofia sambil meringis memegangi dada. Tania semakin panik. Susah payah dia menelan salivanya."Tolong … ambilkan obat Tante di kamar," pinta Bu Sofia dengan napas tersengal-sengal. "Kamarnya di atas yang sebelah kiri." Tidak mau mengulur waktu, Tania segera berlari ke atas untuk mengambilkan obat Bu Sofia, setelah wanita paruh baya itu memberikan petunjuk. Tania kembali turun setelah berhasil menemukan obat itu."Ini Tante," ujarnya sambil mengulurkan sebuah bo
Baca selengkapnya
40. Kejutan?
Wajah Alfin memerah, bukan karena marah melainkan dirinya kini setengah mati menahan malu di depan orang tuanya. Pertanyaan sang mama yang menanyakan soal hubungan badan membuatnya berpikir keras. Harus dengan kata apa dia menjelaskan agar tetap terkesan sopan."Kenapa diam?" Kembali Pak Mahendra membuka suara. Netranya menatap lurus pada Alfin. "Ehmm … i–itu." Alfin menggaruk-garuk kepalanya. Bingung, otaknya belum menemukan kata yang tepat menurutnya."Itu apa? Jawab yang jelas, Fin!" Pak Mahendra menggertak. Bu Sofia diam mengamati interaksi suami dan anaknya."Ya, wajar lah, Pa. Anak muda zaman sekarang, mana ada pacaran yang nggak begituan," katanya setelah beberapa saat diam berpikir. Memangnya apalagi yang mau dia katakan. Alfin rasa itu sudah cukup untuk menjelaskan."Dasar anak bod0h!" umpat Pak Mahendra, pria itu melemparkan bantal sofa tepat di muka Alfin. "Bagaimana bisa kamu yakin Tania tidak hamil, kalau kalian sudah pernah melakukannya?" Alfin bungkam seribu bahasa,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status