Maira seorang wanita berusia 25 tahun, dirinya yang berasal dari kalangan menengah kebawah selalu dipaksa menurut, pada setiap keadaan yang diciptakan oleh mereka yang dari kalangan atas. Dua tahun yang lalu dia dipaksa menikah dengan anak bos ayahnya, mau tidak mau dia harus menerimanya. Ayahnya sendiri merasa tidak enak jika harus menolak. Maira merasa dijadikan tameng untuk menutupi aib keluarga bos ayahnya. Dua tahun berlalu, kini Maira tengah mengandung buah cintanya bersama Alfin, namun hal menyakitkan harus kembali terjadi. Bukan sambutan bahagia yang dia dapatkan dari suaminya melainkan sebuah kesakitan yang tiada terperi. Bagaimana tidak, Alfin–suaminya meminta Maira untuk menggugurkan kandungannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan Maira saat ini. Cinta yang mulai terajut di antara keduanya, kini mulai kembali merenggang, hubungan keduanya kembali dingin. Kembalinya Tania–mantan kekasih Alfin, membuat kehidupan Maira menjadi banyak gelombang. Tania kembali dengan menawarkan sebuah cinta pada suaminya. Dan hal itu disambut baik oleh Alfin. Lalu mampukah Maira mempertahankan posisinya sebagai Istri sah Alfin? Mampukah Maira mempertahankan hak hidup calon anaknya? Atau justru Maira memilih pergi dari kehidupan Alfin dan menemukan cinta yang lainnya?
Lihat lebih banyakHampir tujuh tahun sudah berlalu. Rupanya, sakit hati yang telah Pak Gunawan tancapkan di hati Daniel tak pernah memudar sama sekali. Bukan pria itu tak mau mencoba memaafkan, namun ingatannya selalu menolak lupa dengan bagaimana arogannya sang papa ketika itu. Daniel selalu terjebak dalam rasa sakit yang sangat dalam. Keluarganya sendiri yang telah membuatnya kehilangan harga diri hingga hancur. Ia telah kehilangan banyak hal dalam rentang waktu yang berdekatan. Kehilangan keluarga, cinta, juga kepercayaan.Beberapa menit berselang, Tania kembali ke kamar membawa kabar yang cukup mengusik ketenangan dalam sudut hatinya.“Mas, Pak Adrian bilang kondisi Kak Mita semakin parah. Kamu nggak mau melihatnya barang sebentar saja?” Tania mengusap lengannya dengan lembut. Daniel terdiam cukup lama, batinnya sedang berperang. Apakah ini sudah saatnya ia berdamai dengan keluarganya?“Mas, setidaknya bicaralah sendiri sama Pak Adrian. Aku nggak enak kalau kamu menghindar begini,” keluh Tania, la
Nasib Mita ….“Apa nggak ada cara lain lagi, Dok? Saya nggak mungkin terus menerus meminta Dokter Rendi mengunjungi pasien.” Adrian terduduk lemas di depan dokter kejiwaan yang memiliki paras tenang itu. “Sebenarnya tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha.” Dokter itu menatap lawan bicaranya serius. “Berbagai macam obat-obatan telah masuk ke tubuhnya. Saya khawatir kesehatannya semakin menurun. Berat badannya saja sudah turun sebanyak sepuluh kilogram dari awal dia masuk ke sini.”Adrian terdiam menyimak kalimat demi kalimat yang diutarakan oleh dokter. Entah apa yang harus ia lakukan lagi demi menyembuhkan kondisi mental Mita. Pagi itu, Adrian memaksa dokter untuk mengizinkannya masuk ke ruangan Mita di rawat.“Saya izinkan dengan satu syarat.”“Apa, Dok?” “Anda tidak boleh menuntut apa-apa pada pihak rumah sakit jiwa jika terjadi sesuatu yang merugikan Anda sendiri.”“Oke, saya setuju,” sahut Adrian, tanpa berpikir panjang. Ia hanya ingin mendekati Mita lalu mengajak
Daniel terdiam, ada keraguan dalam hatinya.“Aku pikir kalian pernah ada sesuatu. Tadi aku lihat kamu gugup banget waktu pertama kali Bu Maira mendekat,” ujar Daniel, matanya tidak fokus melihat acara televisi sebab pikirannya sedang berkelana dengan berbagai kemungkinan yang ia yakini sendiri.“Kamu nggak bohong, kan?” Tiba-tiba Daniel memiringkan wajahnya, menatap Tania yang bersandar di bahunya.“Enggak, kok, Mas,” dusta Tania. Daniel manggut-manggut meskipun hatinya merasa ada yang janggal. Bertanya lebih detail pada Tania sepertinya hanya akan membuatnya bertengkar lagi. Daniel diam dan memilih untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi. satu rencana sudah ia susun dalam kepalanya.***“Apa rencanamu selanjutnya, Mas?” Maira bertanya seraya mengusap-usap kepala suaminya yang berada di pangkuannya. Mereka tengah menikmati semilir angin sore di balkon kamar yang di bawahnya ada taman bunga yang berisi koleksi bonsai mahal.“Seperti rencana semula. Setelah ini M
Meskipun cukup lama tidak berjumpa, Maira merasa pernah mengenal sosok istri Daniel. Pelan-pelan kakinya melangkah mendekati perempuan yang sebagian wajahnya tertutup rambut hitam nan lurus sebahu.Tania beringsut mundur membuat Maira mengerutkan keningnya. “Mbak?” Maira justru semakin mendekatinya. “Nia,” panggil Daniel, memutar tubuh dan mendekati istrinya. “Ini Bu Maira, istrinya Pak Rendi. Pemilik butik ini,” lanjutnya, meraih tangan istrinya dengan sedikit memaksa. Ada rasa tak enak hati ketika istrinya seperti enggan berkenalan dengan Maira.Daniel semakin memepet tubuh istrinya. “Nia, jangan buat aku malu,” bisik Daniel tajam tepat di telinga istrinya. Semakin terdesak, sambil menahan rasa malu dan juga minder luar biasa, Tania akhirnya pasrah mengangkat wajah. Tubuhnya gemetar saat manik matanya langsung beradu pandang dengan Maira. Maira mundur selangkah, menutup mulutnya sendiri, kaget. Matanya membulat, tak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan perempuan yang per
Daniel mencoba berjalan dengan percaya diri walaupun pakaian yang ia kenakan jauh dari merk mahal. Sedikit aneh memang. Di acara cukup besar seperti itu, dia nekat memakai pakaian apa adanya. Undangan dari Rendi yang cukup spesial membuatnya mau tak mau harus menghadiri acara peresmian butik itu. Tak ada pekerja kasar lain yang diundang, hanya dirinya. Mungkin itu karena Rendi telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Namun sebenarnya, Daniel tak peduli tentang itu. Ia datang ke acara peresmian butik itu lebih karena rasa berterima kasihnya pada Rendi dan Maira. Rencananya, ia akan diangkat menjadi karyawan yang mengurus barang keluar masuk di sana. Ketangkasan Daniel dalam berhitung dan juga kecerdasan berpikirnya membuat Rendi dan Maira tak berpikir lebih banyak untuk memberikan pekerjaan padanya. “Selamat pagi, Pak, Bu.” Daniel sedikit membungkukkan badan ketika tiba di hadapan Rendi dan Maira. Pria itu memasang senyum sewajarnya.Seketika, sekumpulan keluarga besar itu ter
Tania merasa hidupnya tak pernah beruntung. Saat suaminya mendapatkan kesempatan untuk kembali pada keluarga besarnya, pria itu justru menolak mentah-mentah dengan alasan harga diri. Tania nyaris kehilangan akal sehatnya. Ia nyaris gila memikirkan itu semua. Jika tak mengingat ada Tiara di antara dia dan Daniel, mungkin ia akan memilih pergi saja dari kehidupan pria yang kini ia cap miskin itu. Usahanya mendekat pada Adrian gagal. Ia tak berhasil mendapat apa yang ia inginkan. Justru sebuah tantangan cukup berat yang harus ia setujui supaya hidupnya bisa lebih baik. Suara motor yang sangat ia hafal berhenti di depan kontrakan. Tania mendengkus, kesal. Apalagi saat wajah kuyu suaminya muncul di ambang pintu yang memang terbuka sejak tadi. Rasa dongkol Tania semakin menjadi-jadi.“Assalamualaikum,” ucap Daniel, masuk lalu duduk di samping Tania. Pria itu juga mengulurkan tangannya untuk dicium.“Waalaikumsalam,” balas Tania, malas-malasan saat mengecup punggung tangan suaminya.“Kena
Suara lantang Tania membuat pak satpam yang tengah berjalan kembali ke pos-nya itu kembali memutar tubuh.“Jangan bercanda, Mbak.” “Saya tidak bercanda, Pak. Saya serius, saya ini istrinya Daniel!” balas Tania, jari-jari tangannya mencengkram pagar besi. Mendengar ribut-ribut dari arah depan rumahnya. Adrian yang tengah menikmati sarapan pagi bersama para asisten rumah tangganya menjadi terusik. “Suara siapa, ya?” Adrian meletakkan sendok dan garpunya. “Kurang tahu, Den. Apa perlu saya lihat ke depan?” Asisten rumah tangga yang berusia paling tua itu menggeser duduknya hendak berdiri. Namun, Adrian cepat-cepat mencegahnya. “Tidak perlu, Bu. Saya sudah selesai sarapan. Biar saya saja yang ke depan. Ibu dan lainnya bisa melanjutkan sarapan dulu.” Adrian berdiri setelah meneguk habis air putih dalam gelas tinggi di depannya. Para asisten rumah tangga terlihat sungkan namun tak ada yang berani membantah. Mereka membiarkan Adrian ke depan sendiri.“Benar-benar suami idaman, ya, Pak
Kisah cinta yang lain. “Kenapa sih Mas keras kepala sekali?” Tania menghempaskan bobot tubuhnya di sebuah sofa usang dalam ruangan berukuran dua kali tiga meter itu. Ukuran yang tak terlalu sempit untuk sebuah kontrakkan di kota itu. Tania menjadi uring-uringan semenjak kedatangan Adrian satu hari yang lalu. Kabar baik yang telah lama ditunggu-tunggu olehnya namun justru ditolak oleh suaminya sendiri. Bayangan hidup mewah dan bergelimang harta seketika lenyap ketika dengan tegas Daniel menolak kembali pada keluarganya.Tania telah mengenal Daniel sejak masih berpacaran dengan Alfin Mahendra. Latar belakang Daniel yang berasal dari keluarga kaya raya membuatnya tak bisa setia menjaga kepercayaan Alfin saat itu. Juga wajah rupawan Daniel yang tak kalah dari Alfin. Tanpa berpikir panjang, Tania langsung mengiyakan ketika Daniel mengutarakan perasaannya. Ia menerima Daniel walau saat itu ia sudah bertunangan dengan Alfin. Puncaknya, ia hamil dan terpaksa kabur ke luar negeri bersama Dan
Setelah berbicara dengan dokter kejiwaan yang menangani Mita. Rendi, Maira dan juga Adrian berjalan beriringan di belakang dokter menuju ruangan tempat Mita dirawat. Seorang perawat laki-laki berpakaian serba putih membuka gembok ruangan. Di ruangan bercat serba putih itu, Mita terduduk dengan tatapan kosong di pinggir ranjang. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. “Mari ikut saya,” kata dokter, menoleh dan menatap Rendi. Maira menahan lengan Rendi saat tatapan matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan Mita. Tiba-tiba saja Mita menoleh ke arahnya. Mungkin wanita itu terusik mendengar ramai-ramai di luar ruangannya.“Semua akan baik-baik saja,” ujar Rendi terdengar menenangkan. Maira menatapnya dengan sorot mata tak rela. Pelan-pelan ia melepaskan tangan istrinya yang masih menggamit lengan.“Hati-hati, Mas.” kata Maira, melepaskan suaminya.Rendi mengangguk kecil. “Ya, tunggu di sini. Doakan saja yang terbaik untuk Mita supaya kita lekas terbebas dari belenggu ini.” Adri
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.