Pesona Istri yang Dicampakkan

Pesona Istri yang Dicampakkan

Oleh:  Phina1901  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
26 Peringkat
196Bab
30.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Maira seorang wanita berusia 25 tahun, dirinya yang berasal dari kalangan menengah kebawah selalu dipaksa menurut, pada setiap keadaan yang diciptakan oleh mereka yang dari kalangan atas.  Dua tahun yang lalu dia dipaksa menikah dengan anak bos ayahnya, mau tidak mau dia harus menerimanya. Ayahnya sendiri merasa tidak enak jika harus menolak. Maira merasa dijadikan tameng untuk menutupi aib keluarga bos ayahnya.  Dua tahun berlalu, kini Maira tengah mengandung buah cintanya bersama Alfin, namun hal menyakitkan harus kembali terjadi. Bukan sambutan bahagia yang dia dapatkan dari suaminya melainkan sebuah kesakitan yang tiada terperi. Bagaimana tidak, Alfin–suaminya meminta Maira untuk menggugurkan kandungannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan Maira saat ini. Cinta yang mulai terajut di antara keduanya, kini mulai kembali merenggang, hubungan keduanya kembali dingin. Kembalinya Tania–mantan kekasih Alfin, membuat kehidupan Maira menjadi banyak gelombang. Tania kembali dengan menawarkan sebuah cinta pada suaminya. Dan hal itu disambut baik oleh Alfin. Lalu mampukah Maira mempertahankan posisinya sebagai Istri sah Alfin?  Mampukah Maira mempertahankan hak hidup calon anaknya? Atau justru Maira memilih pergi dari kehidupan Alfin dan menemukan cinta yang lainnya?

Lihat lebih banyak
Pesona Istri yang Dicampakkan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
MyMelody
Seru. Ceritanya benar-benar menarik. Woooiii, kalian yg belum baca buku ini, ayo baca. Dijamin ga bakal nyesel. Perjuangan seorang istri dalam menghadapi berbagai badai dalam rumah tangganya. Keep up, Thor. Langsung masuk pustaka nih...
2024-04-19 20:05:26
0
user avatar
Ririichan13
semangat untuk Maria
2024-01-15 14:28:05
1
user avatar
Dinara Sofia
Semangat Maira, jangan ragu deh baca buku ini.
2024-01-15 11:50:58
2
user avatar
Disi77
semangat maira, kamu pasti bisa bertahan dan berhak bahagia
2024-01-15 09:42:43
1
user avatar
Ardhya Rahma
Keren. Semangat, Thor
2024-01-15 00:00:46
0
user avatar
Kina nak kuningan
Ceritanya seru! semangat buat kakanya
2024-01-14 21:16:48
1
user avatar
De Lilah
seeu banget cerita Maira. semangat upnya thor!
2024-01-14 17:43:23
1
user avatar
Tatya Miranthy
kesel banget sama Tania. Alfin juga malah belain Tania terus...yg sabar ya Maira.
2024-01-14 15:24:08
1
user avatar
Duo Sul Enjelika
kasihan nasib Mairaa, Next Kaka......
2024-01-14 15:18:31
1
user avatar
Biru Gerimis
Apa yang akan menjadi pilihan Maira? Semangat, Kak Author...
2024-01-14 15:14:20
1
user avatar
Auphi
Maira, yang kuat ya. kamu pasti bisa
2024-01-14 14:50:22
0
user avatar
Fadiyah NK
Miris nasib Maira ... lanjutkan thor
2024-01-14 13:10:26
1
user avatar
Dita Sintiya
semangat Kaka . tulisannya bagus sekalj
2024-01-14 12:59:53
1
user avatar
Rich Mama
Maira, kejar kebahagiaanmu. nggak usah pedulikan Alfin haha
2024-01-14 12:32:25
1
user avatar
NACL
sue si Alfin udah kena batunya wkwkwkw mantep nih cerita
2024-01-14 12:30:14
1
  • 1
  • 2
196 Bab
Bab 1. Permintaan Alfin
"Apa yang menjadi alasanmu memintaku menggugurkan janin ini, Mas? Bukankah setiap orang yang menikah menginginkan hadirnya buah hati sebagai penerus generasi mereka kelak? Lalu, ada apa dengan kamu? Apa salahku sehingga kau meminta janinku untuk digugurkan?" Maira menatap Alfin–sang Suami dengan berurai air mata. Bulir-bulir bening terus saja menerobos keluar dari kedua kelopak matanya. kedua tangannya meremas kuat sprei yang terpasang di ranjang tempatnya duduk. Kabar kehamilan yang seharusnya menjadi hal paling membahagiakan, kini tak ubahnya seperti sebuah kutukan bagi Maira.Tampak pria di sampingnya menjambak rambutnya sendiri layaknya orang tengah frustasi, deru nafas pria itu terdengar lebih cepat dari biasanya. "Tolong lah Mai, kamu turuti saja apa mauku. Lagipula, aku juga belum siap memiliki anak." Dia menatap Maira dengan wajah memohon."Kalau nggak siap punya anak, kenapa setiap malam kau mengajakku berhubungan, Mas? Seharusnya kau pikirkan juga resikonya! Bukan malah sepe
Baca selengkapnya
Bab 2. Perdebatan Membawa Petaka
Alfin yang baru keluar dari kamar mandi, tampak terkejut melihat istrinya menatap tajam padanya."Apa?" tanyanya penuh kebingungan. "Sejak kapan ponselmu terkunci, Mas? Apa yang sedang kau sembunyikan dariku?" tanya Maira dengan tatapan penuh selidik.Alfin yang tidak siap sebelumnya menjadi gelagapan. Dia berjalan tergesa menghampiri Maira, dan segera merebut kembali ponselnya dari tangan sang Istri."Apa sih? I–ini tuh nggak sengaja kekunci," ucap Alfin asal dengan suara sedikit gugup. Tangan pria itu segera mengutak-atik ponselnya. "Nih, sudah kebuka," ucapnya lagi seraya menyodorkan kembali ponsel itu pada Maira.Maira segera menyambar ponsel itu, dan segera mengecek pesan yang tadi masuk. Alis matanya naik sebelah. Lalu tersenyum miring. "Kau pikir aku bodoh, Mas." Wanita cantik itu bangkit dari bibir ranjang, perlahan melangkah mendekati sang Suami. Langkahnya terhenti tepat di depan suaminya, kepalanya mendongak menatap manik hitam milik Alfin. "Kemana pesan yang dikirimkan o
Baca selengkapnya
Bab 3. Diberikan Keselamatan
"Kandungan Ibu lemah, tadi Ibu mengalami pendarahan," jelas Dokter Rendi dengan suara pelan, namun begitu menyakitkan menerobos gendang telinga Maira. Hampir saja Maira menangis jika Dokter Rendi tak segera melanjutkan ucapannya."Janin Ibu masih bisa diselamatkan, untung saja Suami Ibu sigap segera mengantarkan ke rumah sakit. Terlambat sedikit saja mungkin kandungan Ibu sudah tidak bisa diselamatkan." lanjut Dokter Rendi. Kini Maira bisa bernafas lega. Janinnya selamat. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati menjaga calon buah hatinya."Terima kasih, Dok, sudah membantu menyelamatkan janin saya," ucap Maira tulus. "Berterimakasihlah pada Yang Maha Kuasa, Bu. Karena semua ini berkat pertolongan–Nya." Maira begitu kagum dengan dokter tampan itu. Selain berwibawa dokter itu juga sangat bijaksana. Kedua sudut bibir wanita cantik itu terangkat membentuk seulas senyum. Kepalanya mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan Dokter Rendi. Untuk sejenak, Maira lupa denga
Baca selengkapnya
Bab 4. Kembalinya Tania
Di sebuah kamar yang luas lengkap dengan ranjang berukuran king sizenya, seorang pria tengah tertidur lelap hingga jam weker di atas nakas berdering kencang, seolah mengobrak-abrik gendang telinga pria tersebut.Alfin mengucek matanya yang terasa lengket, sebelum sebelah tangannya meraih benda berisik itu. "Berisik! Udah jam berapa, sih?" gumamnya sendiri. Netranya membulat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Gegas dia bangun dan berlari ke kamar mandi.Sekian menit berjalan, pria itu tampak lebih segar saat keluar dari kamar mandi. Melangkah menuju lemari tempat di mana Maira biasa menyimpan pakaian kerja nya.Teringat akan Maira tangan lelaki itu urung membuka lemari. Dia menatap ke arah nakas. Di sana ponsel Sang Istri tergeletak begitu saja. Pria itu mendesah pelan. "Seandainya kamu tidak keras kepala, Mai. Mungkin aku akan lebih peduli denganmu." Alfin bergumam sambil memakai pakaian kerjanya.Pagi itu Alfin menyiapkan segala kebutuhannya sendiri tanpa bant
Baca selengkapnya
Bab 5. Pertemuan Pertama
Taksi berwarna biru berhenti tepat di depan pagar rumah mewah yang menjulang tinggi. Seorang wanita keluar dari dalam taksi itu, setelah mengucapkan terima kasih pada sopir yang mengemudi.Perlahan dia melangkah mendekat pada gerbang. Seorang satpam yang tengah berjaga di pos segera bangkit berdiri membukakan gerbang untuknya."Bu Maira sudah sembuh?" tanya satpam itu dengan senyum mengembang. Maira mengangguk seraya membalas senyum satpam yang menjaga rumahnya."Bapak tidak ada menjemput, Bu?" tanya satpam itu lagi. Maira menggeleng lemah."Lagi sibuk katanya, Pak. Makanya saya dijemput taksi," balas Maira sambil terkekeh, dia tidak mau orang-orang di sekitarnya mengetahui kemelut rumah tangganya."Saya masuk dulu, ya, Pak." pamitnya seraya melangkah pelan menuju pintu utama.Maira menghela nafas lega setelah berhasil menjatuhkan pelan bobot tubuhnya di ranjang. Perjalanan dari rumah sakit ke rumah cukup membuatnya merasa lelah. Maklum, lagi hamil muda. Dia pejamkan kembali netranya
Baca selengkapnya
Bab 6. Fitnah Tania
Tubuh Maira menegang, langkah kakinya terhenti seketika. Hatinya semakin terbakar mendengar lagi dan lagi Alfin mengancamnya. Maira berbalik melayangkan tatapan tajam pada suaminya."Jangan pernah bawa-bawa orang tuaku, Mas!" desisnya dengan deru nafas memburu. Lalu segera berbalik dan melanjutkan langkahnya."Makanya jangan sok-sokan jadi nyonya disini! Tahu diri lah, dari mana kamu berasal. Wanita sepertimu memang tak pantas bersanding dengan seorang Alfin Mahendra." cibir Tania. Maira segera berlalu dan tak menghiraukan lagi apapun yang mereka ucapkan, semua cacian juga hinaan dia simpan rapat di dalam hatinya. Maira bersumpah, suatu saat nanti mereka akan mendapatkan balasan atas perbuatannya saat ini.Mengabaikan dua orang manusia yang telah mengukir luka di hatinya, Maira berusaha untuk tetap berpikir waras, dia tak mau membuat pertumbuhan janin di dalam kandungannya terganggu. Teringat tujuan awalnya tadi, Maira segera melangkah ke dapur dan mengambil makan. Ya, dia butuh maka
Baca selengkapnya
Bab 7. Terabaikan
"Berhenti Maira!" Langkah Maira terhenti, tubuhnya terasa gemetar saat suara Alfin menggelegar menerobos masuk gendang telinganya. Dia berbalik dan melihat sesosok pria jangkung telah menyembul dari balik pintu. Sesaat pandangan mereka saling bertemu. Tak sanggup lagi menatap manik suaminya lebih lama, Maira segera menundukkan kepalanya."Apa yang sedang kamu lakukan disini, Mai?" Suara yang begitu dingin menembus indera pendengaran Maira. Wanita berwajah kalem itu menggeleng pelan, "nggak ada, Mas. Aku hanya tak sengaja menyenggol pot bunga itu saat lewat." jelasnya sambil menunjuk sebuah pot bunga yang tampak sedikit berantakan. Alfin mengikuti arah telunjuk Maira, kemudian menatap kembali istrinya dengan tatapan penuh intimidasi. Sorot mata tak bersahabat terus menghujam, seolah mampu membaca kebohongan Maira. Pria itu tak lekas menjawab. Matanya memicing penuh selidik."Jangan bohong! Apa yang sedang kamu lakukan disini, Mai?" Lagi, pertanyaan penuh intimidasi dia layangkan pada
Baca selengkapnya
Bab 8. Rencana Jahat Tania
Bab 8."Bu, Ibu baik-baik saja?" Seperti baru tersadar dari lamunan, Maira tersenyum kikuk menatap Dokter Rendi. "Ah, ya. Saya baik-baik saja, Dok," jawab Maira lugas. Dokter Rendi mengulas senyum tipis. "Baiklah, saya permisi dulu, Dok. Terima kasih atas sarannya," ucap Maira sungkan."Sama-sama, Bu." balas Dokter Rendi.*******Sepanjang perjalanan pulang, pikiran Maira terus diliputi kegelisahan. Cintanya pada Alfin memang semakin terkikis habis, tapi jika dia berpisah, Maira bingung harus pergi kemana. Dia tak ingin pulang ke rumah orang tuanya untuk sementara waktu. Maira terlalu takut membuat hati orang tuanya kecewa.Dia tak sanggup membayangkan wajah-wajah bahagia kedua orang tuanya harus sirna karena dia bercerai dari Alfin. Wanita berparas teduh itu memijat pelan pelipisnya. Menghela nafas lalu kembali mengeluarkannya. Sampai suara sopir taksi yang tengah dia tumpangi menyadarkannya dari lamunan."Sudah sampai, Mbak." Sopir taksi menoleh pada Maira."Oh, iya, Pak. Terima k
Baca selengkapnya
Bab 9. Hilangnya Kepercayaan Suami
Pukul lima sore, sebuah mobil Pajero sport berwarna hitam, masuk ke dalam pekarangan rumah yang tengah dihuni oleh Maira.Seorang lelaki jangkung dengan setelan celana bahan berwarna hitam serta atasan kemeja berwarna biru muda terlihat turun dari mobil, dengan langkah lebar-lebar lelaki itu segera masuk ke dalam rumah. "Maira!" teriaknya saat sudah berada di ruang tamu.Suasana rumah tampak lenggang. Alfin segera melangkahkan kakinya menuju ke dapur, tempat dimana biasanya sang istri sedang memasak menyiapkan makan malam.Langkahnya terhenti, di dapur kosong, tidak terlihat siapa-siapa. Lelaki itu segera berbalik badan dan melangkah menuju kamarnya. Dengan tergesa dia menaiki anak tangga, karena kamarnya terletak di lantai dua.Tepat saat Alfin berada di depan pintu kamar, seseorang dari dalam membuka pintu tersebut. Sejenak netra mereka saling bertemu. Nafas Alfin semakin memburu menatap nyalang sosok di depannya."Kamu kenapa, Mas?" tanya Maira dengan dahi mengernyit, perasaan w
Baca selengkapnya
Bab 10. Terusir
"Astaghfirullah," pekiknya, tubuh Bu Sofia limbung dengan tangan memegangi dadanya. Pak Mahendra yang duduk di sampingnya begitu panik dan segera memegangi sang istri."Ma, Mama kenapa?" tanya Pak Mahendra dengan raut cemas."I–ini, nggak mungkin, kan, Pa? Maira anak baik-baik. M–mama nggak percaya Maira melakukan hal serendah itu," ucap Bu Sofia terbata-bata. Pak Mahendra segera meraih kertas foto yang dipegang oleh istrinya. Tangannya tampak gemetar dengan rahang yang mulai mengetat. Netranya memerah menatap tajam pada Tania. "Apa maksud kamu memberikan foto ini? Kamu pikir saya akan percaya begitu saja? Saya bukan orang bodoh Tania!" Pak Mahendra menatap nyalang Tania.Netra Tania melebar mendengar ucapan Pak Mahendra, wanita muda dengan riasan tebal itu, tampak tak gentar oleh gertakan pria paruh baya itu. Bukannya takut wanita itu malah tersenyum meremehkan."Tapi aku punya bukti lain, Om. Tidak hanya foto-foto itu saja. Apa Om mau melihatnya juga?" sangkalnya, kemudian tangan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status