Udara pagi masih sejuk, menusuk kulit, namun Elang tidak bergeming. Ia masih duduk bersandar di dinding kontrakan Atika, persis di ambang pintu, kedua tangannya menyilang di dada, matanya terpejam. Sepanjang malam ia berjaga, menepati janjinya. Rintik gerimis sempat menyapa, membasahi sebagian jaketnya, tapi ia tak peduli. Hatinya jauh lebih basah, tergenang penyesalan dan rindu yang tak terhingga. Pikirannya melayang pada percakapan semalam, setiap kata Atika terngiang jelas di benaknya, menusuk tepat di ulu hati. Ia adalah pengecut. Ia telah membiarkan wanita yang dicintainya menderita sendirian. Rasa bersalah itu menusuknya lebih dalam daripada dinginnya angin pagi.Matahari belum naik tinggi saat Atika membuka jendela kontrakan. Suara engsel yang berderit pelan memecah keheningan dini hari. Udara pagi yang segar masuk, membawa serta semilir bau tanah basah dan suara riuh dari ibu-ibu yang mulai menyapu halaman. Elang membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat, namun ia
Terakhir Diperbarui : 2025-07-30 Baca selengkapnya