Lahat ng Kabanata ng Harga Diriku Bernilai Lima Puluh Juta: Kabanata 51 - Kabanata 60
113 Kabanata
Bagaskara meninggal?
"Bu, aku pulang sebentar karena harus mengurusi Papa yang sedang sakit stroke. Seluruh pekerja dipulangkan, jadi tidak ada yang mengurus Papa selain aku," jelas Mayang lirih dengan sedikit keraguan pada hati.Kini wanita itu merasakan ketakutan yang sama seperti Adira sebelumnya. Wajah cantik wanita itu seketika tertunduk. Kedua tangannya memainkan ujung jari untuk meredam rasa takutnya."Lalu? Aku harus peduli dengan Papamu itu?!" ketus Betari dengan tatapan sinis.Tak berselang lama. Sesosok pria tampan yang baru datang dari arah luar mengejutkan keduanya. "Ada apa? Kenapa kalian berkumpul di sini?" tanya Keenan dengan tatapan penuh kebingungan.Dengan kekesalan dan rasa takut yang bercampur aduk menjadi satu, Mayang dengan penuh percaya diri mengadukan perbuatan mertuanya pada sang suami, yang baru pulang setelah mencari pekerjaan di luar rumah.Wajah wanita itu dipaksa memelas. Berlari menghampiri Keenan dan memeluk lengannya. "Mas, lihat Ibumu! Aku baru pulang dari rumah untuk me
Magbasa pa
Mari bercerai!
"A-aku ... anak durhaka?" lirih Mayang dengan bulir bening yang kembali berjatuhan.Suara isak tangis mati-matian ia tahan agar tidak keluar dari bibirnya yang tengah mengatup rapat.Kini wanita paruh baya yang merupakan kakak angkat, yang dipungut keluarga Bagaskara saat belum memiliki keturunan, begitu terpukul atas kepergian adik semata wayangnya.Wanita itu mengguncang kuat tubuh Mayang yang seketika membeku di tempatnya semula. "Pernikahanmu adalah pembawa petaka, Mayang! Pembawa petaka!" teriaknya lantang dengan memukuli tubuh Mayang.Selang beberapa detik kemudian, beberapa tetangga nampak berhamburan keluar dari dalam rumah duka, ketika mendengar keributan yang terjadi di luar rumah.Mereka pun sontak menarik paksa tubuh bibi Mayang yang masih berusaha menyerang.Sementara Mayang masih terpaku dengan tatapan kosong. Namun air mata itu tak berhenti mengalir deras. Mengalir melalui pelupuk matanya yang semakin membengkak.'Maaf, Pa. Maaf!' Permintaan maaf yang terlambat, tak hen
Magbasa pa
Tidak akan bercerai!
"Sean, pernah melamarmu?" tanya Aksa memastikan dengan intonasi penuh penekanan.Adira seketika terperanjat. 'Apakah Sean tidak pernah mengatakannya pada Aksa? Apa aku baru saja mengatakan hal yang salah?'Kini wajah cantik wanita itu seketika tertunduk penuh penyesalan. Ada perasaan takut yang seketika menyelimuti hati.Namun Aksa mencoba meredam amarahnya dengan menarik paksa tubuh Adira dan mulai merengkuhnya. Ia tak ingin kembali kehilangan kendali dan berakibat pada hubungannya dengan Adira."Aksa, lepaskan! Apa maumu?!" Adira berontak sekuat tenaga. Namun tak kunjung mendapatkan hasil, sebab tenaganya tak cukup kuat dibanding pria dewasa yang tengah mendekapnya erat."Kita tidak akan bercerai! Lupakan kontrak itu!" tegasnya dengan lantang.Hal itu seketika membuat tubuh Adira terasa lemas. Apa maksud dari kalimat yang terdengar begitu ambigu itu?"Apa itu artinya aku akan menjadi wanita nomor dua setelah Helen?" tanya Adira memastikan dengan seringai sinis. Ia tak tahu mengapa.
Magbasa pa
Kedekatan Naura dan Aksa.
"Aku tidak mau tidur dengan Mama! Ayah, ayo pergi!" ujar Naura dengan tangis yang mulai pecah.Hal itu membuat Aksa seketika merasa bingung. Ia hanya mampu terdiam. Matanya sesekali melirik Adira yang tengah memijat pelipisnya.Karena tangisan keras Naura yang tak kunjung terhenti. Membuat Aksa harus membuat keputusan secepatnya. Jujur saja, tangisan gadis kecilnya mampu membuat kepala Aksa nyeri, seolah ingin meledak."Baiklah. Tapi hentikan tangisanmu dulu. Jika Naura masih menangis, Ayah tidak akan mau bercerita," ucapnya lirih dengan sedikit ancaman.Gadis kecil itu pun sontak terdiam dalam sekejap. Wajahnya terlihat memerah dengan bulir bening yang tak henti berjatuhan dari pelupuk matanya, sebab mati-matian menahan tangis."Nah, begini kan cantik. Mau tidur di kamar Ayah?" tanya Aksa menawari.Sontak, Naura pun mengangguk pasti. "Tapi Mama tidak boleh ikut!" tegasnya dengan hidung kembang kempis sebab tangis yang masih tertahan.Tangan kekar itu perlahan mengusap lembut puncak k
Magbasa pa
Kecemburuan Sean
Aksa seketika tersentak dengan wajah menegang. Bagaimana bisa putri kecilnya bicara seperti itu?Kini tubuh pria itu seketika bangkit dan berlari ke arah cermin rias yang biasa Adira gunakan dulu. Matanya mengedar, menyusuri setiap inci dari wajahnya yang tak lebih baik dari sang keponakan angkat."Apakah aku terlihat seburuk itu?" gumamnya dengan kecemasan berlebih.Sementara Naura hanya terlihat mengulum senyum, sesaat setelah menggoda sang ayah dari kejauhan.***Keesokan harinya. Kediaman Aksa. Pukul enam lewat lima belas pagi."Naura masih mengantuk, jangan bergerak!" teriakkan lantang dari gadis kecil yang masih terpejam itu seketika mengejutkan Aksa.Pria itu berulang kali mencoba bangkit dari tempat tidur, namun Naura tak henti bergelayut manja di lengan kanannya.Hingga satu teriakkan keras seketika membuat tubuhnya menegang. Kini pria itu hanya mampu menghela nafas panjang dengan tubuh yang masih terlentang dan tak berani berkutik sedikit pun.Sampai beberapa puluh menit ber
Magbasa pa
Ayo pergi, Ayah!
"Mama, naiklah di punggung Ayah! Itu menyenangkan," ucap Naura dengan tertawa ria. Kaki kecilnya beranjak menghampiri dengan menarik kecil ujung piyama yang tengah dikenakan Adira."Eh?" Adira pun sontak salah tingkah. Ia sesekali melirik ke arah Aksa yang tengah tersenyum kecil dengan pandangan mata ke arah lantai."Naura, Mamamu itu berat. Siapa yang kuat membawa dia di punggungnya?" ejek Aksa dengan tersenyum geli.Terlihat mata Adira yang seketika memicing dengan wajah sinis, "Apa, maksudmu?""Tidak ada, hanya berbicara fakta saja," jawab Aksa santai dengan memalingkan wajah.Kini ibu muda berusia dua puluhan tahun itu seketika beranjak. Duduk di atas kaki Aksa yang tengah berselonjor dengan berkacak pinggang. "Apakah ini berat menurutmu, Tuan?" geramnya lirih.Namun Aksa hanya mampu mengulum senyum saat melihat tingkah kekanak-kanakan dari sang istri.Sementara Naura nampak begitu antusias dengan menepuk tangannya beberapa kali, "Yey! Naura juga mau ikut!"Gadis kecil itu dengan
Magbasa pa
Aku tetap Ayahmu
"Hal darurat?" tanya Aksa memastikan dengan mata memicing."Ada Investor asing yang datang hari ini, dia menginginkan Anda sendiri yang memimpin rapat untuk hari ini," jelas Gavin.Helaan nafas berat terdengar jelas sebelum Aksa mulai beranjak. "Tunggu di mobil! Aku akan segera pergi bersiap-siap."Naura terdiam membisu. Matanya mengamati setiap gerakan tubuh dari Gavin yang tidak pernah ia lihat sebelumnya."Naura, ini Om Gavin. Dia adalah Asisten Ayah," jelas Adira yang seolah mengerti pertanyaan yang ingin Naura ucapkan. Tangannya menunjuk Gavin untuk sesaat.Sementara Gavin nampak hanya tersenyum dengan melambaikan tangan. Perasaan malu mulai menghampiri saat sang gadis kecil masih memperhatikannya dengan seksama."Asisten itu apa?" tanya Naura tidak mengerti."Asisten adalah seseorang yang membantu Ayah untuk mengurusi pekerjaan. Kalau sudah jelas, kalian berdua segera bersiap! Kita akan segera berangkat," jelas Aksa sebelum beranjak pergi meninggalkan ruangan.Disusul Gavin yang
Magbasa pa
Lamaran yang terlambat
Namun wanita itu salah menduga. Adira adalah tipe wanita yang tidak mudah melupakan kejadian di masa lalu. Terbukti dengan dirinya yang langsung menyadari kehadiran wanita yang pernah menyuruhnya mengantarkan minuman untuk Helen."Baiklah, semuanya boleh bubar!" ujar Aksa dengan tatapan dingin. Namun hal itu justru menampakkan kewibawaan dari dalam dirinya.Terlihat jelas wajah ketakutan dari wanita yang tengah mengenakan seragam berwarna biru muda. Ikut berhamburan dengan melangkah cepat, seraya menutupi sebagian wajahnya agar tak dikenali oleh Adira.Namun, sepertinya sudah terlambat. Terbukti dengan senyum ganjil yang kini Adira layangkan padanya."Ayah, kenapa semuanya harus mengikuti perintah, Ayah? Bukankah mereka adalah teman kerja, Ayah?" tanya Naura memastikan dengan kepolosannya. Kedua tangannya melingkar di leher sang ayah yang masih menggendongnya di depan tubuh."Ya, selain teman, mereka adalah bawahan Ayah yang harus selalu mematuhi peraturan," jelas Aksa dengan tersenyu
Magbasa pa
Aku bukan OB baru!
Aksa terlihat menghela nafas panjang sebelum kembali bersuara. "Sebenarnya, aku tidak ingin dia mengetahui kelemahanku. Aku ingin dia menurunkan kewaspadaannya, untuk memudahkanku melakukan penyelamatan. Tapi saat aku mulai menjalankan rencanaku, aku tidak dapat menemukanmu di mana pun," jelas Aksa.Kalimat gamblang itu seketika membuat Adira termenung. Ada perasaan bersalah saat tak percaya dengan usaha yang dilakukan Aksa untuk mencarinya. Padahal selama ini dirinya terus beranggapan jika Aksa tidak pernah memikirkannya lagi dan telah hidup bahagia bersama Helen.Tapi saat melihat penampilan dan mendengar penjelasan itu sendiri dari telinganya. Membuat keraguan itu perlahan menghilang dari hati."Jadi bagaimana? Kamu mau menikah denganku?" tanya Aksa mengulangi pertanyaannya yang sama untuk yang kesekian kalinya."Seperti ucapan Naura. Kita sudah menikah, untuk apa menikah lagi?" jawab Adira singkat namun penuh makna.Kini pria tampan itu tak lagi mampu membendung air mata kebahagia
Magbasa pa
Memberi pelajaran
Namun langkah Adira seketika terhenti tanpa sebab dan kembali berbalik badan. "Ah, aku melupakan sesuatu. Saat mengantar makanan saya nanti jangan naik elevator, ya."Kini wajah wanita muda itu seketika terperangah dengan mulut mengangga. Sedangkan para pekerja lain nampak menatapnya dengan penuh ketakutan.'Apa itu artinya, Nyonya Adhitama memintaku untuk naik tangga darurat?'"Sudah, hanya itu. Terima kasih sebelumnya, saya akan menunggu di ruangan," ucap Adira dengan tersenyum puas. Sebelum beranjak pergi dari dalam ruangan yang seketika terasa sunyi dengan suasana mencekam."Hah ...! Puas sekali aku membalas perlakuan wanita itu. Biar dia tidak terbiasa bersikap seenaknya pada orang lain. Dan jadi pelajaran untuk para pekerja lain di perusahaan." Adira menghela nafas panjang, dengan langkah kaki yang mulai memasuki pintu elevator yang perlahan mulai terbuka.Hingga beberapa menit kemudian, ia telah sampai di depan pintu ruangan pribadi milik Aksa, setelah menyusuri panjangnya loro
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status