All Chapters of Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya: Chapter 181 - Chapter 190
193 Chapters
Bab 181. Tergesa-gesa
"Mereka pasti sedang bersenang-senang di sana ...," gumam Ratu sambil berdecak kesal. "Sabar ya, Non. Sebentar lagi Non juga akan menikah, bukan?" Sumi yang sedang merapikan rumah mencoba menghibur Ratu. "Astaga! Kenapa aku hampir lupa. Seharusnya Raihan mengajakku ke acara Analea. Tapi kenapa dia sama sekali tidak menghubungiku?" Ratu lantas berdiri dan mencari ponselnya. "Non segera saja minta dilamar sama Tuan Raihan. Non tidak akan hidup susah jika menikah dengan Tuan Raihan." Sumi melihat Ratu sedang sibuk menghubungi seseorang. "Brengsek! Kenapa panggilanku tidak diangkat? Bisa-bisanya dia lupa dan dan tidak mengajakku di acara pernikahan Analea! Setidaknya Raihan bisa mengembalikan aku pada kehidupanku semula. Keluarga sombong itu pasti akan menyesal karena telah mengusirku," bathin Ratu sambil berdecak kesal. "Bagaimana kalau besok Non temui saja Tuan Raihan? Katakan padanya kalau Non ingin pernikahannya segera dilaksanakan!" Ratu menoleh pada Sumi. Pendapat wanita paruh
Read more
Bab 182. Mulai Candu
Tak ada rayuan mesra ataupun kata-kata romantis dari bibir Fabian. Netra kecoklatan pria berdarah brazil itu meredup dengan napas memburu. "Leaa ... I love you!" bisik Fabian yang mulai bergerak gaduh di atas tubuh Analea. Napasnya menyapu hangat wajah cantik yang kini nyaris tak berjarak dengan wajahnya. Tanpa aba-aba lagi bibir mereka pun menyatu. Fabian mulai bermain-main di sana. Tangan kekar dan lebar miliknya pun tak bisa diam bergerak sesukanya. Analea mulai menikmati sentuhan-sentuhan pada tubuhnya. Sesekali ia mendesah, mengerang dan bergumam tak jelas. Ia merasakan jemari Fabian mulai menyentuh bagian-bagian sensitifnya. Hingga tubuhnya mulai menegang merasakan sensasi yang luar biasa. Ia bergerak pasrah ketika Fabian mulai melucuti satu persatu yang melekat pada tubuhnya. Analea merasa wajahnya merah merona ketika Fabian memandangnya tak berkedip setelah suaminya itu berhasil membuatnya polos tanpa sehelai benangpun. Kini dua tangan Fabian mulai sibuk menarik ikat pingga
Read more
Bab 183. Kehadiran Seseorang yang Tak Terduga
Analea sengaja membiarkan ponselnya terus bergetar tanpa mengangkatnya. Ia hanya memperkecil volume deringnya agar Fabian tidak terjaga. "Untuk apa Raihan menghubungiku? Apa, sih maunya dia?" Analea berdecak kesal. Ia khawatir Fabian terjaga. Netranya berpindah-pindah pada wajah Fabian dan ponsel yang masih bergetar. "Bagaimana ini?" Beberapa detik kemudian, ponsel masih berada di tangannya saat tiba-tiba saja Fabian membuka mata. Ia merasa terganggu dengan suara getar ponsel itu "Kenapa tidak diangkat? Siapa yang menelpon?" Suara berat Fabian membuat Analea terkejut. "Ini Kak ... R-raihan. Aku nggak tau apa maunya dia." Analea bicara hati-hati. Ia khawatir Fabian akan kembali tersulut emosinya. Masih jelas terbayang di ingatannga, betapa wajah Fabian yang menggelap ketika menghantam wajah Raihan di kamar rias pagi tadi. Ternyata benar dugaannya. Fabian mendengkus kesal dan bangkit untuk duduk. Analea bernapas lega karena ponselnya tak lagi bergetar. "Sekarang tolong Lea cerita
Read more
Bab 184. Malam Pengantin
"Kamu lagi! Untuk apa sebenarnya kamu ke sini?" Suara Fabian yang mendominan cukup menarik perhatian beberapa orang yang sedang melintas di restoran itu. "Maaf, Fabian, Analea. Apa boleh aku ikut duduk di sini?" Wajah Raihan penuh harap menatap Fabian yang rahangnya mulai mengeras. "Hmmm .... " Fabian membuang pandangannya dan mendengkus kesal. Melihat itu Raihan menggunakan kesempatan untuk duduk pada salah satu kursi dan mendekat pada Fabian. "Bian, tolong maafkan aku. Saat ini kesehatan ayahku drop dan harus dirawat di rumah sakit. Semua ini gara-gara aku. Tolonglah, Bian!" Analea terkejut mendengar penjelasan Raihan. Ia tidak menyangka masalahnya akan seperti ini. Netra teduh Analea memandang Fabian dengan cemas. Ia berharap suaminya itu mau memaafkan Raihan. "Bian ..., please ...!" Fabian menoleh dan memandang tajam pada Raihan. "Sebenarnya apa yang akan kamu lakukan pada Analea tadi pagi?" Raihan menghela napas berat. Ia tidak langsung menjawab. Sesaat tampak ia sedang
Read more
Bab. 185 Hidup Susah
"Aku mau mandi!" Ratu bertolak pinggang berdiri di depan pintu kontrakan. "Tunggu ya, Non. Masih antri. Non berdiri dulu di barisan itu biar cepat!" Dengan hati-hati Sumi menunjuk para penghuni kontrakan yang sedang berdiri mengantri di depan kamar mandi. "Apaa? Kamu suruh aku berdiri di sana?" Ratu melotot ke arah antrian itu. "Iy-iyaaa, Non. K-kalau pagi-pagi banyak yang mau berangkat kerja. Jadi mandinya antri," jawab Sumi takut-takut. "Kamu aja yang antri! Aku malas bergabung sama orang-orang itu!" Ratu kembali masuk ke kamar kontrakan dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur busa. Sumi hanya bisa menarik napas berat, lalu mulai ikut mengantri bersama para penghun kontrakan. "Heh, Sumi! Bukannya tadi kamu udah mandi? Kenapa sekarang antri lagi?" tegur salah satu penghuni kontrakan yang juga sedang mengantri. "Saya antri untuk ... untuk ...." Sumi bingung ingin menjelaskan siapa Ratu pada tetangganya. "Untuk siapa? Untuk perempuan sombong yang ada di kontrakan kamu itu?" sa
Read more
Bab 186. Membatalkan Pertunangan
"Ratu ... kamu di sini?" Ratu seketika berhenti menoleh pada Analea yang muncul dari kaca jendela mobil. "Iya. Memangnya kenapa? Aku mau membesuk calon mertuaku," sahut Ratu dingin. "Ya sudah, kita sama-sama saja kalau begitu. Gedungnya masih jauh loh, dari sini. Ayo naik!" Analea mengerling ke arah pintu depan agar Ratu naik ke mobilnya dan duduk di sebelah supir. "Nggak usah! Mentang-mentang aku jalan kaki, kamu mau menghinaku!" tolak Ratu sambil membuang pandangan. Ia malu karena saat ini wajahnya penuh dengan peluh dan rambut yang berantakan. Berbeda dengan tampilan Analea yang sangat cantik dan rapi. Apalagi di sebelah Analea kini ada Fabian duduk tanpa menoleh pada Ratu. "Astaga, Ratu! Aku ajak kamu itu baik-baik, loh!" Analea kesal karena dituduh menghina oleh Ratu. Padahal niatnya baik. "Sudahlah Lea, sebaiknya kita pergi saja!" sanggah Fabian ikut geram. "Pak, jalan!" Mobilpun melaju meninggalkan Ratu di tepi jalan masuk rumah sakit itu. "Sial! Harusnya mereka bisa bu
Read more
Bab 187. Permintaan Ratu
"Ayo aku antar pulang!" Raihan bangkit dan berjalan menuju area parkir. "Ck! Aku belum selesai bicara, Raihan!" Ratu ikut bangkit lalu menghentakkan kakinya. Namun akhirnya ia tetap mengikuti langkah kaki Raihan hingga ke mobil. "Ayo naik!" Raihan telah duduk di belakang kemudi. Sedangkan Ratu duduk di samping Raihan. Ia masih penasaran tentang apa yang dilakukan Rehan kemarin pagi di acara pernikahan Analea. Rehan melajukan mobilnya ke satu arah. "Kamu mau aku antar ke kantor?" "Tidak! Jangan!"cegah Ratu. "Kenapa? Kamu tidak kerja hari ini?" "B-bukan begitu tapi ...." Ratu tiba-tiba ingat bahwa dia ke rumah sakit tidak datang sendirian. "Astaga! Sumi!" bathin Ratu dalam hati. Ia tiba-tiba teringat pada Sumi yang sedang menunggunya di pos satpam. Ratu berpikir sejenak bagaimana caranya agar Sumi bisa pulang tanpanya. Tak lama kemudian ia mengirim pesan pada Sumi agar pulang lebih dulu. "Jadi aku antar kamu ke mana?"tanya Raihan tak sabar "Antar aku pulang saja!" Jawa
Read more
Bab 188. Memberi Pelajaran
"Stop di depan warung itu! Aku turun di situ saja." Raihan menuruti kata-kata Ratu Ia pun berhenti tepat di depan warung kopi yang berada di tepi jalan. Sejak perjalanan dari Jakarta tadi mereka berdua tidak banyak bicara. Apalagi Raihan. Padahal Ratu sudah beberapa kali mencoba untuk membuka percakapan. Namun, Raihan seakan tidak mempedulikan dirinya. Raihan tidak begitu merespon pembicaraan Ratu. "Kamu serius turun di sini?" Raihan mengedarkan pandangannya ke sekitar warung kopi sederhana itu "Iya. Aku lupa dimana rumah temanku. Nanti biar dia jemput aku saja di warung kopi itu," jawab Ratu sambil melihat ekspresi wajah Raihan. Ia berharap Raihan akan iba dan perhatian padanya. "Hmm ... kalau begitu turunlah!" pinta Raihan tanpa menoleh. Pandangannya tetap lurus ke depan. Melihat itu Ratu mendengkus kesal. "Kamu serius nggak mau bukain aku pintu?" "Jangan manja!" ketus Raihan dingin. Ratu berdecak kesal sambil membuka pintu mobil dan turun. Sementara Raihan tetap berada di d
Read more
Bab 189. Ditolak
"Hari ini kita pulang ke rumah. Lea mau, kan tinggal di rumahku?" Analea mengangguk dan tersenyum. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada suami tercintanya. Pagi ini mereka baru saja terjaga dalam keadaan polos yang hanya ditutupi selimut. Satu minggu sudah mereka habiskan waktu di kamar hotel itu dengan bercumbu dan bermesraan sepanjang hari. "Maafkan aku. Seharusnya aku membawa Lea bulan madu ke luar negeri atau tempat-tempat yang indah lainnya." Fabian menciumi puncak kepala Analea dengan bertubi-tubi. Wanita yang sejak awal ia kenal dengan kesederhanaannya tidak pernah protes ketika Fabian hanya membawanya menginap di hotel bintang lima yang ada di tengah kota. "Nggak apa-apa, kak. Aku bahagia, kok, di kamar mewah ini. Di manapun, asalkan bersama Kak Bian sayang!" Analea menegakkan tubuhnya dan mendaratkan sebuah kecupan pada hidung Fabian yang menjulang. "Hei, mulai nakal, ya!" Menerima ciuman yang tiba-tiba dari Analea berhasil memancing kembali hasrat kelaki-lakian Fabian.
Read more
Bab 190. Pekerjaan Baru
"Sumi, buruan siapin pakaian kerjaku!" Ratu baru saja bangun, langsung memberi perintah pada Sumi. "Bajunya yang mana, Non? Memangnya Non sudah dapat kerja?" Sumi yang ternyata sedang siap-siap juga untuk kerja langsung kalang kabut mencari pakaian Ratu di lemari plastik miliknya. "Cari bajuku yang paling bagus. Aku mau datang ke sebuah perusahana besar." Ratu berkacak pinggang mengawasi Sumi yang sedang mengangkat tumpukan pakaian terlipat yang sudah di setrika. "Ini sudah disetrika, Non. Tinggal pakai aja, nih!" Sumi menyerahkan satu stel pakaian kantor yang dulu biasa dikenakan Ratu untuk bekerja. "Apaan, nih? Masih kusut! Setrika lagi, sana!" Sumi meraih kembali pakaian di tangan Ratu. Karena dia tidak punya lemari gantung, pakaian itu menjadi kusut lagi dalam lemari. Terpaksa Sumi mengulang kembali menyetrika baju Ratu. Sementara Ratu bergegas mandi sebelum kamar mandi itu antri oleh para penghuni kontrakan. "Non, maaf ya. Saya masih belum bisa bawa Non ke kontrakan yang le
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status