All Chapters of Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya: Chapter 31 - Chapter 40
202 Chapters
Bab 31. Wanita di Mall
"Mama apaan, sih? Si Ana itu cuma magang di perusahaan kita, dia bukan karyawan. Nanti kalau barang-barang kita ada yang hilang bagaimana?" "Ratu, jangan sembarangan bicara!" Spontan saja Maira membentak Ratu. Tidak hanya Ratu yang terkejut, tapi Rein juga heran, karena Maira bukanlah seorang ibu yang sering membentak. "Kamu kenapa?" Usapan lembut tangan Rein pada punggung Maira, seketika mampu membuat Maira kembali tenang. "Entahlah." Maira menggeleng lemah. Sudut matanya melirik Ratu. Putrinya itu menunjukkan wajah cemberut setelah mendapat bentakan dari Maira tadi. "Mama minta maaf sudah bentak Ratu. Mama hanya nggak suka Ratu mencurigai sembarang orang tanpa bukti." Maira membelai lembut kepala putrinya. "Tapi Aku nggak suka Mama terlalu baik sama si Ana itu. Memangnya dia itu siapa, sih? Kok kelihatannya istimewa banget? Padahal dia itu cuma karyawan magang, loh!" Ratu mengeluarkan rasa kesalnya yang selama ini ia pendam. "Ratu ... siapa yang istimewa?" sanggah Kaisar.
Read more
Bab 32. Pertemuan tidak sengaja
"Lea ..." Fabian bergumam dengan tatapannya tertuju pada wanita cantik yang memiliki rambut bergelombang itu. Tanpa ia sadari, langkah kakinya terus mengikuti arah pandangannya. Hingga kini jaraknya dengan Analea tak sampai satu meter. "Lea ..." gumamnya lagi. Langkah Analea terhenti mendengar suara berat yang sangat ia kenali menyebut sebuah nama panggilan untuknya. Seketika wanita bermata sendu itu menoleh ke belakang. "P-pak Fabian ...?" Mata Analea melebar. Satu telapak tangannya spontan menutup mulutnya yang tadi sempat ternganga. Ia tidak menduga akan bertemu dengan Fabian di tempat itu. "Ehm ... maaf, apa kamu sendiri?" Wajah dingin itu tiba-tiba saja bicara. "Iy-iyaa, Pak." Analea tidak dapat menyembunyikan kegugupannya. "Oke. Karena kamu sendirian, boleh saya minta tolong sesuatu?" Fabian bicara lebih pelan dengan langkah kakinya mendekati Analea. Analea yang masih shock, menjawab pertanyaan Fabian hanya dengan anggukan. "Ehm ..., tolong pilihkan saya beberapa pakaian
Read more
Bab 33. Diantar Audi Mewah
"Lea ... Saya tau semua tentang Hamid. Laki-laki itu tidak pantas untuk wanita sepertimu." Analea mengangkat wajahnya dan memberanikan diri memandang Fabian. Ia cukup terkejut mendengar pendapat Fabian tentang suaminya.. "Bapak tau tentang suami saya?" tanya Analea bingung. Namun sedetik kemudian ia sadar, bukankah Fabian adalah atasan suaminya? Tentu saja dengan mudah pria yang selalu berekspresi dingin itu mencari tau tentang Hamid. Apalagi dengan jabatan yang dimiliki Fabian, akan sangat mudah bagi pria itu mendapatkan informasi apapun tentang karyawannya. "Ya, tidak hanya tentang Hamid. Tapi juga tau tentang istrinya." "Hah?" Analea kembali terkejut. Wajahnya seketika memucat. Menebak-nebak apa saja yang diketahui Fabian tentang dirinya. Tubuhnya yang tadi bersandar di kursi, kini berubah tegak. "Kenapa masih bertahan dengan pria seperti itu?" Kini, Analea merasakan sebuah tatapan yang begitu intens, seakan sedang menuntut sebuah penjelasan darinya. Tanpa sadar Analea menghel
Read more
Bab 34. Dia Harus Hamil
"Wah, wah, Mbak Ana sekarang hebat, pulangnya diantar mobil mewah. Kayaknya dapat yang kelas kakap, nih!" Analea langsung menoleh pada asal suara yang ia kenal. Ia berdecak kesal karena ternyata salah satu tetangganya yang kebetulan sedang lewat, melihat ia turun dari mobil Fabian. "Tadi itu mobil atasan saya, Mbak," jawab Analea sekenanya. Ia tidak peduli jika tetangganya itu percaya atau tidak. Toh, apapun alasannya, mereka tetap akan menggunjingkan dirinya. "Ooooh, atasan ya? Iya deh, percaya. Hihihi ...!" Analea mendengkus kesal melihat tetangganya tertawa seakan merendahkannya. Ia pun memilih untuk segera masuk ke dalam rumah. "Bagus, ya! Jam segini baru pulang. kelayapan kemana kamu? Nggak ingat itu kerjaan di belakang numpuk!" Bu Irma sudah menghadang di depan pintu dengan berkacak pinggang. Mata wanita paruh baya itu melotot. "M-maaf, Bu. Tadi aku ... " "Mau alasan apa lagi? Sudah jelas-jelas barusan Aku lihat kamu turun dari mobil mewah. Pasti dia udah bayar kamu ma
Read more
Bab 35. Rumah Mewah bak Istana
Sejak kejadian pagi itu, Analea selalu lebih waspada. Sebisa mungkin ia mengjindar dari Hamid-suaminya. Hingga tiba saat akhir pekan, ia berencana akan datang ke rumah Maira. [ Ana, kita berdua diminta Bu Maira datang lebih pagi. Biar bisa bantu-bantu beliau di sana ] Sebuah pesan dari Rissa ia terima semalam. Karena itu, pagi ini Analea bangun lebih awal. Agar ibu mertuanya tidak marah-marah seperti biasa, Analea sengaja mengerjakan semua pekerjaan rumah lebih dulu, sebelum pergi keluar rumah. "Tumben pagi-pagi udah beres-beres, Mbak Ana!" sapa salah seorang tetangga ketika Analea sedang menyapu halaman. "Iya, Bu!" sahut Analea tersenyum tipis.. Sejak ia kerja, Analea jarang sekali melihat ibu mertuanya di rumah. Entah kemana perginya. Tapi hal itu justru membuat semua pekerjaannya cepat selesai. Hamid pun sepertinya masih tidur. Karena kamarnya masih tertutup rapat. Setelah selesai semua, Analea bergegas mandi dan berpakaian. Ia mengenakan pakaian yang baru saja ia beli bebe
Read more
Bab 36. Saling Mencuri Pandang
"Hei, perempuan kampung! Ternyata benar ya, kamu memang sedang berusaha ingin menjadi bagian dari keluarga ini. Iya, kan?" Ratu bicara ketus dan berdiri sangat dekat dengan Analea. Analea menggeleng. Matanya memanas. Lagi-lagi Ratu menuduhnya seperti itu. Sekuat mungkin Analea tidak menangis. Ia tidak mau kehilangan moment indah di acara ini. Dimana sejak tadi ia bisa berinteraksi langsung dengan Maira. "Maaf, Non Ratu. Bu Maira yang meminta saya datang ke sini." Analea bicara tanpa berani menatap Ratu. Ia tidak ingin berdebat dan menjadi pusat perhatian para tamu. Sikap Ratu itu ternyata tak luput dari penglihatan Maira. Dari kejauhan Maira melihat Ratu sedang melotot pada Analea. Wanita cantik yang siang itu memakai gaun berwarna peach, memandang geram pada putrinya. Ia pun bergegas menghampiri Ratu dan Analea."Ratu, kamu apa-apaan, sih? Tamu sudah mulai berdatangan. Jaga sikap kamu!" Maira bicara setengah berbisik ke telinga Ratu. "Ana, kamu dampingi Kaisar saja!" "Baik,
Read more
Bab 37. Apa Salahku?
"Ana, maaf, bisa tolong ambilkan saya minum?" Kaisar yang sedang serius berbincang dengan salah satu direksi berbisik pada Analea yang duduk di sebelahnya. "Baik, sebentar, Pak!" Analea bergegas menuju meja prasmanan dan meraih segelas jus untuk Kaisar. Kemudian bergegas kembali lagi. Namun, ia terkejut saat melihat Fabian kini juga ada di sana. Pria bercambang tebal itu duduk tepat di sebelah Kaisar. "Pak, minumnya!" Analea menyodorkan jus pada Kaisar, sambil mengangguk sopan pada Fabian yang sedang memperhatikan dirinya.Tatapan Fabian yang penuh arti, membuat dirinya tak sanggup berlama-lama berada di sana. Setelahnya, Analea sedikit menjauh dari para pria petinggi perusahaan itu. Ia merasa tidak pantas berada di antara mereka. Berada di dekat Fabian juga membuatnya tidak nyaman. Wanita memiliki rambut bergelombang itu memutuskan untuk melangkah menuju taman yang berada di samping aula. Jika Kaisar memerlukannya, pasti ia akan dihubungi lewat ponsel. Analea berdiri menghadap ta
Read more
Bab 38. Ceraikan Aku
"Ana, kamu baru pulang jam segini?" Analea nyaris terlonjak mendengar sapaan Hamid dari pintu pagar. Ia terkejut, ternyata di dalam rumah hanya Nandita dan ibu mertuanya. Sedangkan Hamid baru saja tiba entah dari mana. Nandita dan Bu Irma spontan berdiri dan ikut melihat ke luar. Mereka pun terkejut melihat keberadaan Analea di depan pintu "Heh, sejak kapan kamu berdiri di situ?" Nandita bertanya dengan mata mendelik pada Analea. "Sejak lima menit yang lalu. Aku juga dengar apa yang kamu dan Ibu bicarakan." Analea berusaha menjawab dengan tenang. Senyuman tipis menghiasi wajahnya. "Jangan sembarangan ngomong kamu, Ana! Nandita dan Ibu cuma ngobrol biasa!" Wajah Bu Irma sedikit memucat karena gugup. Sesaat wanita paruh baya itu melirik Hamid dengan sudut matanya. "Hei, ini ada apa?" Hamid berdiri di belakang Analea dengan berkacak pinggang. Ia melirik Nandita dan Bu Irma bergantian. "Nandita, Aku memang sudah berkali-kali minta cerai pada Mas Hamid. Tapi entah kenapa Mas Hamid m
Read more
Bab 39 Berusaha Kabur
"Mending malam ini kita senang--senang. Mumpung ibu sedang menginap di rumah Bi Ratri." "Stop!" Teriakan Analea menghentikan langkah kaki Hamid. Dua tangan milik Analea menahan dada pria bertubuh gempal itu yang semakin mendekat. Keduanya terdiam beberapa detik dengan posisi saling menatap dengan isi pikiran masing-masing yang berbeda. "Kenapa?" tanya Hamid dengan suara berat. Pria yang masih sah menjadi suaminya itu menatap mata Analea dengan lekat. Menurut Hamid, Analea sudah mulai tenang. Istrinya itu sudah tidak lagi berontak. "Aku ... aku ... gemeteran, Mas." Analea menunduk. Hamid tersenyum senang melihat Analea malu-malu. Ia semakin gemas. Saat ini, dirinya memilih untuk melupakan egonya yang selalu meledak-ledak, demi mencapai tujuannya. Yaitu, membuat Analea hamil. "Tenang, Sayang. Mungkin karena ini baru yang kedua kalinya kamu melakukannya. Nikmati saja. Tangan Hamid mulai terangkat membelai rambut panjang Analea yang bergelombang. Ia mencium aroma shampo yang begitu
Read more
Bab 40. Sebuah Pelukan Hangat
Dua preman itu seketika memucat melihat pria yang dihadapinya memiliki tubuh jauh lebih besar. Tatapan tajam dari netra elang milik Fabian mampu menjatuhkan nyali kedua preman yang setengah mabuk itu. Cepat pergi dari sini! Atau mau aku habisi kalian sekarang juga!" Fabian mulai menggulung lengan switernya dan melangkah mendekati dua preman itu. Diam-diam Analea berhasil melepaskan diri. Dengan tubuh yang masih gemetar, ia berlari ke belakang Fabian. "Am-ampun, mister. Kami jangan diapa-apain. Kami pergi sekarang juga." Seketika itu juga dua preman yang sedang mabuk itu berlari menjauh hingga menghilang di dalam sebuah gang yang tak jauh dari tempat itu. Kini konsentrasi Fabian beralih pada Analea yang tubuhnya masih bergetar hebat karena ketakutan "Lea ... kamu nggak apa-apa? Sini!" Fabian meraih tubuh Analea dan mendekapnya erat. Suara tangis Analea seketika pecah di dada bidang Fabian. Sekian detik keduanya tak ada yang bicara. Menikmati hangatnya pelukan yang tidak pern
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status