Semua Bab Tabir Misteri CEO: Bab 31 - Bab 40
52 Bab
Bab 31: “Karena aku yang akan menciummu lebih dulu.”
“Norin! Norin! Cepat kemari! Ada yang membawaku dengan paksa! Mereka mengeluarkanku dari rumah sakit! Kemari, Norin!”Di tengah pertemuan pentingnya dengan Benjamin Sebastian, Norin menerima kabar dari William melalui telepon, bahwa kakaknya itu sedang dalam masalah.Sontak kepanikan menguasai diri Norin dan membuatnya gusar seketika.“Apa!? Ha-hallo? Hallo!? William!?”Sambungan telepon terhenti begitu saja. Norin seketika bangkit berdiri, membuat ketiga pria di sekitarnya menatap heran.“Ada apa?” tanya Matthew mendongak ke arah Norin.“William … William … ada yang membawa paksa William keluar dari rumah sakit!” jawab Norin gusar.Matthew lantas bersilang pandang dengan Aiden yang tampak tenang.“Aku harus pergi!” seru Norin tanpa menunggu respon dari siapapun.Gadis pirang itu segera beranjak dari tempatnya.“Norin tunggu!” panggil Matthew tegas, sontak langkah Norin terhenti untuk menoleh ke arah pria itu.“Kami harus pergi sekarang, Paman. Aku ambil berkas ini. Dan yang ini, ambil
Baca selengkapnya
Bab 32: Dimata-matai
“Algojo?”Norin seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari William.“Sudah ku bilang, begitu keluar dari rumah sakit, kau harus segera berlatih bela diri. Untuk itu lah aku meminta El Jova untuk melatihmu.”Matthew menyampaikan tujuannya.Norin kembali menganga mendengar ucapan Matthew. “Kau gila, Matthew? William baru saja keluar dari rumah sakit! Kondisinya belum benar-benar pulih!”“Eits, jangan salah, Nona, prosedur yang aku gunakan tentu sudah berdasarkan approval dari tim medis. Aku juga sudah berkonsultasi kepada dokter terkait dengan latihan-latihan apa saja yang bisa diterapkan padanya. Tenang saja!” sahut El Jova disertai tawa kecil.William dan Norin terdiam.“Cukup untuk hari ini. Biarkan dia beristirahat dulu!” Matthew memberi titah kepada El Jova.“Hahah! Oke, oke! Aku akan datang lagi besok,” sahut El Jova sembari mengangkat kedua tangan pada Matthew, lalu kembali menatap William. “Pastikan kau lebih baik dari hari ini, Wil!”William dan Norin menatap
Baca selengkapnya
Bab 33: Terungkap!
Pukul delapan ketiganya sudah selesai menikmati hidangan makan malam. “Jadi apa rencanamu dengan semua ini, Matthew?” William memulai topik pembahasan begitu mereka berada di ruang kerja Matthew.Matthew meneguk wine di tangannya sebelum memberikan jawaban.“Pertama, El Jova sengaja aku hadirkan untuk melatihmu. Kemampuan bela dirimu tidak cukup kuat untuk melawan keluarga Gregorius.”“Untuk apa? Kita tidak butuh melawan mereka dengan otot. Cukup pakai otak!” sergah Norin menyela percakapan.“Jangan salah. Seorang Vincent Gregorius tidak segan melakukan penumpahan darah jika menurutnya memang perlu,” tandas Matthew dingin. Ingatannya kembali memutar memori dua puluh tahun lalu, di mana ia menyaksikan sendiri banyak anak-anak terbunuh oleh tiga pria dewasa tanpa alasan yang jelas. “Saat tragedi kebakaran kapal itu aku melihat banyak anak-anak yang dibunuh tanpa sebab oleh tiga orang penjahat. Aku yakin itu semua ada kaitannya dengan rencana busuk Vincent,” tandas Matthew melanjutkan
Baca selengkapnya
Bab 34: Memakan Korban
"Apa saja yang kau baca di ruang kerjaku, Sayang?" Deg!Norin sama sekali tidak menyangka akan mendapat pertanyaan semacam itu dari kekasihnya, Bernard.Tut!"Kenapa malah kau matikan!?" protes William kesal."Sial! Aku tidak tahu harus menjawab apa! Ponselku harus mati, anggap saja lowbat," sahut Norin yang kini sibuk menonaktifkan ponselnya. "Akan aku hubungi dia lagi nanti setelah punya jawaban."Senyum seringai kembali terukir di wajah Matthew. “Aku sudah mencium aroma-aroma peperangan dari sekarang.”Semua orang tertegun mendengar penuturan Matthew.“Sejujurnya aku tidak menyangka kalau menghadapi keluarga Gregorius akan semendebarkan ini,” ujar William polos.Norin menghela napas menerima ucapan kakak kandungnya.“Oke, aku rasa pembahasan kita sudah selesai. Kami pamit!” ujar Norin yang sontak bangkit berdiri.“Tidak!” Suara tolakan Matthew seketika membuat gadis itu tersentak dengan bibir mungilnya yang menganga.“Ah, shit! Jangan bilang aku harus melihat drama pertengkaran d
Baca selengkapnya
Bab 35: Tragedi di Malam Kemenangan
“The Royal Shipping Club kembali memakan korban!” pekik Norin kepada yang lain.“Maksudmu?” tanya William tidak paham.“Orland Xef. Dia adik kandung Vincent Gregorius. Perusahaan galangan kapal yang ia miliki berhasil diakuisisi oleh Vincent atas nama Bernard,” Norin menjelaskan secara detail.“Lagi-lagi Vincent merebut perusahaan orang lain. Bahkan milik adik kandungnya sendiri! Memang bengis manusia satu itu!” lanjut Norin geram.“Brengsek!” gumam Matthew yang mulai terpantik amarah.“Kita harus cepat bertindak sebelum Vincent menjadi penguasa atas perusahaan- perusahaan di Queenstown,” William memperingati yang lain.“Ya, Anda benar, Tuan William. Jika semakin lama dibiarkan, power Vincent semakin kuat karena telah menguasai banyak perusahaan besar di kota ini,” ujar Aiden menimpali.“Tetap jalankan sesuai rencana yang sudah kita susun. Biarkan mereka merasa terbang di atas awan lebih dulu sebelum kita menghempaskannya ke dasar bumi terdalam,” ujar Matthew tanpa ragu. Tatapannya beg
Baca selengkapnya
Bab 36: Pertaruhan Nyawa
“Aiden, Norin sendirian di sana. Aku akan temani dia. Bantu aku untuk menahan Lisya agar tetap di sini. Aku tidak mau dia menggangguku.”Matthew berbisik kepada asisten kepercayaannya.Acungan jempol yang diberikan Aiden tanpa sepengetahuan Lisya menandakan bahwa ia paham apa yang harus dilakukannya setelah ini.“Eum, Nona Lisya, apa yang berjalan bersama pria itu adalah ibu Anda?” tanya Aiden basa-basi sambil menunjuk ke arah Virenda.“Aha! Tepat sekali! Dia ibuku, namanya Virenda, dan yang sedang berjalan di sampingnya itu tuan Frey. Beliau owner perusahaan tambang terbesar di Queenstown,” jawab Lisya percaya diri.“Wah, pantas saja kalau Anda secantik dan seanggun ini, Nona Lisya. Ternyata Anda dilahirkan oleh wanita secantik itu,” ujar Aiden berdusta.Mendengar ucapan Aiden tentu saja hati Lisya merasa berbunga-bunga. Wanita gila pujian dan sanjungan seperti dia memang paling senang disuguhi kata-kata manis.Sementara Aiden sibuk mengalihkan perhatian Lisya, Matthew bergegas melang
Baca selengkapnya
Bab 37: Rumah Sakit
Dhor!Pergerakan Gerry yang sedang sibuk menghadiahi musuh dengan pukulan-pukulan kuat seketika terhenti oleh suara tembakan.Dhor!Suara desingan peluru terdengar lagi, membuat Gerry menatap nanar ke arah Grey, saudara kembarnya.Dhor!Tiga kali Gerry menyaksikan tubuh saudaranya menjadi sasaran tembak oleh pihak lawan.“Grey …!” teriak Gerry panik.Ia tidak mempedulikan lagi musuh yang sedari tadi sedang dihajarnya. Gerry meninggalkannya begitu saja dalam keadaan penuh luka.Dengan rasa marah, terkejut, sedih, khawatir, dan cemas yang telah berkecamuk menjadi satu di dalam benaknya, Gerry segera berlari seraya mengarahkan revolver yang sudah dikokang ke arah musuh yang telah berani menembakkan timah panas ke tubuh Grey.Dhor! Dhor!Dua tembakan balasan dari Gerry mengenai di titik yang sama, yaitu lengan musuh.Dhor!Sang musuh kembali menembakkan peluru ke arah Gerry sambil berupaya bangkit, namun Gerry berhasil menghindar.Sambil berlari mendekat, Gerry terus menembakkan peluru-pel
Baca selengkapnya
Bab 38: Tawanan
“Apa-apaan ini!? Kalian semua bodoh!!”Kemarahan Vincent Gregorius tidak bisa ditahan lagi. Para anak buah yang bertugas menjaga keamanan di acara yang penting bagi pria itu pun harus rela menjadi sasaran dari amukannya.“Maafkan atas keteledoran kami, Tuan. Tapi saya berjanji akan segera mencari siapa pelakunya!” janji Draco, orang kepercayaan Vincent.“Cari tahu secepatnya, siapa yang berani mengacaukan acaraku! Dia harus membayar mahal atas kekacauan yang dia ciptakan!” titah Vincent garang.“Siap, Tuan!” sahut Draco tegas, lantas berlalu pergi setelah mendapat izin dari sang tuan.Mendengar percakapan Vincent dengan Draco membuat Bernard merasa muak. Ia seakan tak sanggup lagi menahan diri untuk tidak beranjak dari ruang keluarga di kediaman pribadi Vincent ini.“Mau ke mana kau, Bernard!?”Suara Vincent menghentikan pergerakan Bernard yang baru saja bangkit dari duduknya.“Untuk apa lagi Bernard di sini, Dad? Bernard sama sekali tidak tahu-menahu tentang kekacauan yang terjadi ma
Baca selengkapnya
Bab 39: Eagle Snake
Dengan perasaan gusar Bernard terus mencoba menghubungi nomor pribadi Norin.Tut … tut …Tut … tut …“Ck! Argh!! Sial! Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendiri di sana. Maafkan aku, Norin!”Pria itu terus bergumam sambil mondar-mandir dengan ponsel di tangannya.“Norin, please angkat …!” gumam Bernard lagi, kali ini bernada sangat cemas.Namun tentu saja Norin tidak bisa menerima panggilan itu.Di Queenstown Hospital Center, Aiden menghampiri William dengan membawa handbag milik Norin.“Permisi, Tuan William. Ini handbag milik nona Norin. Saya dengar ada bunyi telepon di dalamnya, mungkin ada yang sedang mencoba menghubunginya.”“Biar ku lihat,” sahut William seraya meraih handbag Norin.Kakak Norin itu bergegas mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan melihat nama siapa yang muncul di layar ponsel. “Shit! Bernard yang menelpon!”Aiden menatap gusar begitu William menyebutkan nama Bernard.“Biarkan saja, Tuan. Jangan diangkat. Saya akan meminta pendapat tuan Matthew lebih dulu,” ujar
Baca selengkapnya
Bab 40: Bukan Musuh Sembarangan
“Elang dan ular?” Pergerakan Matthew terhenti seiring dengan suara hand bor yang juga terhenti setelah pria itu menekan tombol Off.Keningnya mengernyit tatkala ia menatap tatto pada lengan kanan tawanan.Mendengar gumaman Matthew, sontak El Jova memekik kaget. “Apa!?” “Ada tatto Elang dan ular. Apa kau tahu simbol apa itu?” tanya Matthew kepada El Jova tanpa mengalihkan tatapannya dari lengan pria di hadapannya.“Eagle Snake!!” seru El Jova kepada Matthew, lantas beralih menatap tajam ke tawanan mereka. “Kau member Eagle Snake!?” “Kenapa diam saja, Bangsat!!” Maki El Jova seraya mendaratkan tendangan keras ke perut lawan.Meski sudah terbatuk-batuk sambil menahan rintih kesakitan, namun pria tawanan itu masih enggan menjawab. Senyum seringai masih mendominasi wajahnya.“Rupanya kita tidak bisa bicara dengan bahasa manusia,” cetus Matthew geram. “Mari kita selesaikan dengan cara binatang, seperti yang sudah kalian lakukan.”Tombol On pada hand bor kembali ditekan oleh Matthew. Suar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status