All Chapters of Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
Bab 31. Pesan Mulia
"Ayo masuk!" Tiba-tiba Mas Angga menggandeng tanganku."Mas!" Aku menatap tangannya yang menggenggam tanganku. Seketika dia melepaskannya."Maafkan aku, Rin. Maaf, Mas tidak sengaja!""Tidak apa-apa, Mas!" Aku dan Mas Angga masuk ke ruang rawat inap Pak Hadi. Aroma khas rumah sakit menyeruak dan lebih tajam daripada di luar ruangan. Pak Hadi terlihat memejamkan kedua matanya dan nafasnya terlihat sangat teratur. Mas Angga mengambilkan kursi untukku dan dia duduk tidak jauh dariku. "Anakku, Angga dan Arin!" Tiba-tiba kedua matanya mengerjab dan melihay kami berdua."Iya, Pak!" Sahutku. "Iya, Ayah!" Mas Angga juga menyahuti panggilan ayahnya."Maafkan Bapak. Bapak tidak bisa mendidik kalian menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah!" Lidah mendadak kelu ketika lelaki mulia di depanku menyesal karena rumah tangga kami yang berakhir cerai. Bahkan lelaki bergelar mantan Ayah mertua, lebih menyalahkan dirinya daripada kami yang menjalaninya. Beruntung sekali wanita yang memiliki mertua
Read more
Bab 31. Beginikah caramu mencintai?
"Bagaimana kabarmu, Angga!" Bang Akhwan kini beralih ke tempat duduk kami. Bang Akhwan terlihat santai saat mengobrol dengan mantan suamiku. Tidak ada raut wajah benci atau ingin membalas dendam. Kudengar berkali-kali Mas Angga meminta maaf kepada Bang Akhwan. Obrolan kami terhenti ketika Rizky tiba-tiba memanggil Bang Akhwan untuk keluar. Dia benar-benar mengesalkan sekali. Kasihan sekali nanti yang jadi pasangan hidupnya, orangnya pemarah begitu apalagi tanpa sebab."Lelaki yang bersama Bang Akhwan tadi mencintaimu, Arin!" "Apa? Mas jangan mengada-ngada deh. Sementara aku ingin sendiri dan mengembangkan usaha keluargaku. Untuk menikah lagi, sepertinya aku belum siap!" Mas Angga diam sejenak memperhatikan aku."Baiklah, Arin. Apapun jalan yang kau pilih, Mas akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu. Namun jangan lupa, jika suatu saat kamu sudah siap menikah, bisa hubungi Mas untuk bisa hadir dalam pernikahan kamu!""Tenang saja, lagian masih belum ada pikiran juga. Doanya diganti saj
Read more
Bab 33. Wanita yang memeluk Rizky
Sudah satu minggu lebih aku tidak bertemu dan tidak berkomunikasi dengan siapapun termasuk Mbak Mira. Ponselku benar-benar tidak aktif selama satu minggu tanpa menyentuh media maya dan akun media sosial. Sementara aku hanya fokus dengan toko tanpa mau memikirkan urusan lainnya. Bang Akhwan beberapa kali menginap di kota karena urusan restoran yang akan dikelola Rizky belum selesai. Ah! Lelaki itu. sejak kejadian di rumah sakit, dia tidak pernah lagi kirim pesan padaku. Mungkin saja dia akan mencari wanita lain. Semoga saja dia mendapat wanita yang lebih baik dari aku.Suara deru mobil Bang Akhwan mulai terdengar. Semalam Bang Akhwan menginap di kota karena kemarin urusannya belum selesai."Bang, nih tehnya!" Aku menyuguhkan segelas teh hangat untuk Bang Akhwan sepulang dari kota. Hari ini toko tutup lebih awal karena sudah banyak produk yang kosong. Kemungkinan besok atau lusa, barang pesanan kami baru datang. Musim hujan benar-benar membawa berkah bagi kami."Terima kasih, Dek. Bapa
Read more
Bab 34. Apakah Aku Cemburu?
Meta tidak putus asa mengambil hati Rizky. Sedari tadi ada aja kelakuannya, mulai memegang tangannya, memeluk dan bergelayut manja di lengan Rizky. Aku mengalihkan pandanganku ke objek lain supaya tidak melihat sikap Meta kepada Rizky. "Aku ke toilet dulu!" Aku beranjak ke toilet, ada hawa panas di hatiku dan aku harus segera menghilangkannya. Sebenarnya aku tidak ke toilet melainkan ke sebuah kolam ikan terletak di samping restoran. Aku melihat aktifitas mereka dari dinding kaca, Meta masih berusaha mengambil hati Rizky."Wanita model apa itu. Harusnya dia menjaga sikap. Bukan seperti itu!" Aku menggerutu sendiri."Benar-benar wanita aneh!" Aku berjongkok melihat ikan-ikan koi berwarna indah berenang memunjukkan kibasan ekor dan sirip yang begitu indah."Ikan, kau tahu kalau aku merasa aneh hari ini. Aku takut jika ini perasaan cemburu!" Aku menyentuh kepala ikan yang muncul ke permukaan saat mengambil udara.Air jernih ditambah ikan koi yang menyejukkan mata. Andai aku memiliki kol
Read more
Bab 35. Pengecut Tapi Bucin
Aku menekan dadaku kuat-kuat. Entahlah, aku benar-benar tidak siap sama sekali berhadapan dengannya semenjak kejadian semalam. Aku benar-benar pengecut. Ya, aku saat ini berubah menjadi pengecut yang tidak berani menghadapi kenyataan. Kenyataan ketika ada orang mencintaiku, aku takut cinta akan membawaku dalam sebuah luka. Tubuhku merosot bersandar di pintu kamarku. "Arin, bukalah! Biarkan aku menemuimu!" Tidak kudengarkan permintaannya. "Pergilah, Rizky! Aku ingin sendiri!" Aku beranjak ke ranjang kembali beristirahat dan menenangkan hatiku sejenak. Aku terombang ambing dalam ketakutan akan cinta yang aku rasakan saat ini. Ah, andai aku tidak mengenalnya, andai aku tidak pernah bertemu dengannya. Pasti aku tidak sekacau ini. Apalagi Meta juga pergi setelah dia mengetahui kenyataannya. Betapa bodoh dan jahatnya aku.Tok tok tokTerdengar lagi suara ketukan pintu dari sana. Aku malas sekali bertemu siapapun kecuali Bang Akhwan."Dek, kamu belum sarapan. Ayo buka pintunya, kita sarapa
Read more
Bab 36. Stella lagi?
Aku letakkan boneka tedy bear di kursi. Bibirku tiba-tiba tersenyum sendiri melihat boneka tedy bear, teringat sikap Rizky. Aku gegas membersihkan diri. Terdapat dua keran air, air hangat dan air dingin. Aku memenuhi bak mandi menggunakan air hangat supaya lebih segar. Hari menjelang siang namun cuaca mendung jadi tidak ada terik matahari. Aku putuskan ke lantai satu menemui Bang Akhwan.Di depan kamar, Bang Akhwan menikmati semangkuk mie instan dan teh panas. Aku mengedarkan pandangan mencari Rizky, hanya saja tidak aku temukan dia. Entah kenapa aku merasa sepi, padahal pagi tadi aku ingin menghindarinya. Benar-benar labil sekali aku."Bang!""Hmm, sudah sehat?" Bang Akhwan menatapku sejenak dan kembali fokus pada mie instan yang masih mengebul asapnya."Alhamdulillah. Keramas pakai air hangat sudah bisa membuat kondisiku lebih baik!" Aku duduk di depan Bang Akhwan."Mau mie juga?" "Boleh!" Memang sangat nikmat sekali saat cuaca mendung makan mie instan pedas.Bang Akhwan meraih po
Read more
Bab 37. Motivasi Dari Bang Akhwan
"Bang, belanjanya sudah?" Aku menghampiri Bang Akhwan tengah menikmati secangkir kopi dan sebuah kue donat yang cukup terkenal dan legendaris. Aku saja sampai sebesar ini belum pernah mencicipinya. Dulu, sebuah donat harganya cukup lumayan bagi kami berdua. Sehingga kami memutuskan beli jajanan yang lebih murah."Duduklah dan makan dulu! Abang sudah pesankan minuman untukmu!" Aku duduk sambil mencicipi donat legendaris ini. Jika dilihat dari harganya, bisa lima kali lipat dari donat biasanya. Aku mengunyah pelan dan merasakan donat yang baru pertama kali aku makan. Sungguh, ini sangat terasa nikmat sekali. Pantas saja, sudah puluhan tahun berdiri, namun tidak pernah sepi pelanggan meski banyak sekali aneka jenis donat dari berbagai merk."Bang!""Hmm!""Gimana ya?" "Kamu ragu dengan cinta Rizky?" Aku mengangguk pelan."Salatlah istikhara dulu! Semua jawaban ada di sana!" Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil pada Bang Akhwan. Benar, salat istikhara sangat penting untuk menentu
Read more
Bab 38. Siapa Pelakunya?
Pagi ini aku sudah mengemas semua barangku dan kembali pulang ke rumah. Besok lusa juga Bang Akhwan juga sudah waktunya kembali ke Kalimantan. Ini tandanya urusan pembukaan cabang baru sudah selesai. Aku membawa turun semua baranh dan juga boneka besar yang nantinya akan mengingatkanku pada Rizky."Hei, Tedy. Sepertinya aku akan selalu merindukan majikanmu yang dulu!" Kucubit hidungnya sebelum aku bawa turun.Di lantai satu sudah terlihat Bang Akhwan yang tengah memasukkan kopernya ke bagasi. Aku juga segera menyusulnya memasukkan barang ke bagasi. "Sarapan dulu!" Aku menoleh ke sumber suara. Rizky sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Biasanya pengunjung akan memesan makanan sendiri, namun kami berbeda. Tanpa dipesanpun makanan sudah tersedia.Usai mengemas semua barang kami, lanjut ke meja yang ada di teras kamar Bang Akhwan tempati. Roti sandwich dan juga susu sudah terhidang di meja. Kelihatannya hanya sekedar sandwich, tetapi jika dilihat dari isinya, bagiku sudah mewakili satu p
Read more
Bab 39. Gangguan Makin Menjadi
Aku cukup heran dengan kejadian barusan. Jika memang dilakukan manusia, pasti tidak akan hilang secepat ini. Tetapi jika dilakukan makhluk tak kasat mata, apa iya akan muncul saat belum menjelang sore?Aku berusaha memberanikan diri mengambil dan merapikan kembali beberapa barang yang berantakan. Mulutku juga tidak berhenti untuk melantunkan doa yang aku bisa supaya gangguan tidak muncul lagi. Peluh semakin membanjiri tubuhku.BrakTiba-tiba saja pintu toko terbanting seakan ditutup dengan cukup keras. Tentu saja ini membuatku semakin takut. Suasana menjadi agak temaram seiring tenggelamnya matahari yang kembali ke peraduan. Adzan magrib mulai berkumandang, aku gegas kembali ke rumah dan menutup semua jendela dan pintu. "Rin!" Aku terperanjat ketika Ibu sudah berada dj belakangku dengan tatapan yang penuh keheranan."Ibu!" "Kamu kenapa, Nak? Kayak ketakutan begitu!" Ibu sudah bisa menebak yang aku sembunyikan."Tidak ada apa-apa, Bu. Arin hanya capek saja!" Aku masuk ke kamar dan be
Read more
Bab 40. Aku Mencintaimu, Rizky
Aku merasa ada yang aneh lagi pagi ini. Aku hendak beranjak tetapi kaki sulit digerakkan. Mulai kaki tiba-tiba berat dan Rizky mengatakan jika ada rantai yang membelenggu kaki aku sehingga tidak bisa digerakkan."Sudah, jangan terlalu dipikirkan! Semua akan beres!""I-iya. Hanya tidak menyangka saja, ternyata ada orang yang menginginkanku celaka!" Cukup mengerikan dengan mimpi semalam. Aku dipaksa menikah dengan makhluk aneh atas suruahn seseorang."Ayo aku bantu ke kamar mandi!" Dia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku."Tidak perlu, Riz! Aku bisa sendiri, lagian aku juga nggak sakit!" Rizky hendak memapahku, namun aku menepisnya. Bukan karena aku tidak mau, tetapi aku bisa sendiri. Apalagi ke kamar mandi. Aku ke kamar mandi membersihkan tubuhku yang sudah lengket karena keringat. Aroma tubuhku juga asem sekali. "Untung saja aku menolak tawarannya. Bisa malu aku karena aroma tubuhku!"Singkat cerita, usai sarapan, aku melihat Bapak dan Rizky tengah mengobrol di depan toko yan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status