All Chapters of Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku: Chapter 21 - Chapter 30
51 Chapters
Bab 21. Sikap Mas Aldi
Sudah tiga bulan aku tinggal di kampung asalku. Selama kurang lebih dua bulan, toko yang dibangun juga sudah selesai. Mungkin terlalu lama, karena seringkali tukang minta jatah libur atau terlambatnya pengiriman bahan bangunan. Hari ini juga Bang Akhwan mulai mengirim beraneka jenis pupuk, mulai organik sampai buatan pabrik serta aneka bibit dan segala pestisida dari beberapa merk. Sengaja Bang Akhwan mengirim beberapa merk yang berbeda sesuai harga. Tentu saja harga yang ramah di kantong masyarakat. Aku melihat satu truk pengantar pupuk. Bapak dan Ibu antusias sekali menyambut kedatangan truk yang membawa barang-barang untuk mengisi toko baru kami. "Alhamdulillah, Rin. Abangmu sudah memenuhi semua kebutuhan toko kamu!""Bu, ini bukan toko Arin saja. Tapi ini toko kita semua!" Aku tidak bisa mengakui sesuatu kalau bukan dari hasil keringatku sendiri. Aku tetap menganggap toko ini usaha keluarga. Toh, nanti jika Bang Akhwan pulang kampung, Bang Akhwan masih bisa menjalankan usaha yang
Read more
Bab 22. Kabar Dari Mbak Mira
Pesan yang dikirim Mas Aldi membuatku semakin dilema. Meski ini mustahil tetapi hatiku tengah berharap kembalinya Rizky. Entah, aku juga tidak tahu penyebabnya. Tetapi pikiranku dipenuhi wajah Rizky. Apa mungkin karena aku belum meminta maaf kepadanya sebelum dia pergi. Aku memang ceroboh, bertengkar dengan seseorang sebelum dia pergi. Andai aku tahu, pasti aku bersikap baik padanya.Hari ini kami berkutat di dapur untuk acara syukuran nanti sore. Aku dan Ibu dibantu beberapa tetangga sejak subuh sudah berkutat di dapur sederhana kami. Sebagian ada yang fokus membuat jenang di dapur kotor alias dapur yang masih menggunakan tungku besar dan kayi bakar sebagai bahan bakarnya. Sedangkan sebagian lain membuat bumbu untuk ayam di dapur bersih. Atau dapur yang terdapat kompor gas.Aku senang bisa ikutan membuat makanan khas kampung. Apalagi ayam ingkung menjadi menu andalan kami. Kebetulan ayam peliharaan ayah bertambaj banyak sehingga memutuskan untuk dibuat menu ayam ingkung. Ibu sibuk
Read more
Bab 23. Bikin Onar
Kami bertiga sejak subuh sudah bersiap untuk ke kota menghadiri pernikahan kedua mantan ayah mertuaku. Meski kami bukan lagi bagian dari saudara tetapi karena kebaikan yang ditebar mantan ayah mertua pada kami, maka kami pun tetap melanjutkan tali siraturahim. Ibu terlihat mempersiapkan gawan (buah tangan untuk pengantin) meski bukan barang mewah. Gula sepuluh kilo ditambah beras satu karung sebagai buah tangan kami.Bapak terlihat gagah dan tampan menggunakan kemeja batik khas kota kami, Pekalongan. Begitu pula dengan Ibu, menggunakan kebaya dengan warna senada dengan kemeja Bapak. Rambut Ibu disanggul, seperti kaum bangsawan. Kedua orang tuaku terlihat sangat serasi, apalagi di setiap kebersamaannya, Bapak akan bersikap jahil pada Ibu. Mobil yang membawa kami sebentar lagi akan memasuki komplek perumahan kami. Memang rumah Bapak berada di komplek yang sama dengan mantan suami, hanya saja berbeda blok sehingga tidak perlu melewati jalan depan rumah mantan suami. Mobil kami akhirnya
Read more
Bab 24. Kedatangan Bang Akhwan dan....
Kepalaku masih terngiang kejadian tidak menyenangkan saat pernikahan kedua mantan ayah mertua. Benar-benar sikap mantan Ibu mertuaku di luar nalar. Begitu bar-bar ketika menghadiri pernikahan mantan suaminya."Andai jika tidak ada yang melerai Ibu, sudah pasti wanita itu babak belur di tangan Ibu!" Celetuk Ibu saat perjalanan pulang. "Untung tidak jadi babak belur, Bu. Arin malah sedih sampai Ibu membuat babak belur seseorang. Bukankah Ibu selalu mendidik Arin menjadi wanita yang lemah lembut?" Aku kembali mengingatkan Ibu supaya tidak terlalu emosi dengan sikap mantan ibu mertuaku."Iya, tetapi tidak terlalu lemah juga, Rin. Kok ada manusia kayak gitu. Andai Ibu tahu perangainya, tidak akan sudi menikahkanmu dengan anaknya yang banci itu!" "Modelan kayak Ibu juga ada. Lemah lembut perangainya tetapi kalau marah melebihi auman singa!" Celetuk Bapak yang sedari tadi diam. Begitulah Ibuku jika anaknya di sakiti. Bapak tidak banyak bicara selama perjalanan ke rumah dan lebih banyak ti
Read more
Bab 25. Dia menyebalkan
Usia mengantarkan kopi untuk mereka, aku gegas ke toko. Setidaknya aku bisa menghindar darinya meski berada di rumah. Kebetulan lokasi toko terpisah dari rumah meski berada tepat di samping rumah. "Arin, bibit jagung dua ya!" Akhirnya pelangga pertama datang. Pak Hari salah satu seorang petani di kampungku menjadi pelangga pertamaku hari ini."Baik, Pak!" Aku gegas mengambil dua pack bibit jagung beserta nota harga untuk Pak Hari."Ini totalnya, Pak!" Aku menyerahkan nota kepada Pak Hari sekaligus bibit jagung yang diminta. "Rin, racun rumput merek N*x*n ada?" Bu Parmi menjadi pelanggan kedua. Di belakangnya terlihat beberapa sepeda angin dan motor mulai terparkir. Benar-benar alhamdulillah cukup ramai di hari pertama. Bisa jadi karena lokasi toko berada di kampung mereka sendiri jadi lebih mudah mendapatkannya. Sebelum toko ini dibangun, warga harus pergi ke desa sebelah untuk membeli bibit, pupuk dan sebagainya. Ditambah lagi harga lebih mahal daripada yang aku jual saat ini. Enta
Read more
Bab 26. Penyesalan Mas Angga
Akhirnya aku menuju ke teras rumah, dimana dia menyuruhku keluar. Dia benar-benar menyebalkan sekali. Aku tahu dia menatapku saat aku duduk di kursi teras. "Nih, tangkap!" HapAku berhasil menangkap sesuatu darinya. Entah apa yang dia berikan padaku. Sebuah kotak berukuran 30 x 25 cm. "Sudah, balik tidur sana!" Hanya ini saja, aku kira dia akan mengatakan sesuatu. Aku langsung balik kamar. Kupandang kotak berbungkus kertas kado yang entah isinya apa.Srek srekSuara kertas kado pembungkus kotak aku robek perlahan. Aku sangat terkejut membuka pesan yang tertulis disana. Bagaimana bisa dia ingat, padahal kenal juga tidak terlalu dekat. Mantan suami juga tidak pernah mengingat hal ini.SELAMAT ULANG TAHUN, MONYET!Sungguh aku dibuatnya terharu. Sebuah kotak berisi cokelat ditambah satu gaun yang sama saat dia berikan padaku. Apakah Mbak Mira memberikan gaun yang kukembalikan pada Rizky? Aku beranjak menemuinya lagi membawa gau yang diberikan olehnya."Aku sudah bilang, aku tidak akan
Read more
Bab 27. Perasaan apa ini
Tok tok tokAku menggeliat karena terganggu oleh suara ketukan yang cukup keras. Aku melihat jam dinding masih menunjukkan pukul tiga pagi. Entah, siapa yang mengentuk pagi-pagi seperti ini."Siapa?" "Abang, ayo bangun! Kita tahajud dulu!" Ternyata Bang Akhwan memiliki kebiasaan baik. Bangun di sepertiga malam. Sangat berbeda denganku, hanya suka rebahan jika lelah.CeklekAku juga berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan bergabung bersama Bang Akhwan di mushollah dekat dapur. Ternyata bukan Bang Akhwan saja yang menungguku, tetapi dia juga ada.Kami shalat tahajud berjamaah, Bang Akhwan yang menjadi imam kami. Abang yang dulu tidak pernah shalat, kini sudah berubah. Malah aku yang sangat malu padanya. Sering shalat tidak tepat waktu.Tidak lupa semua doa kulantunkan di atas sajadah ini. Sebenarnya aku lebih nyaman shalat sendiri di kamar. Hanya saja ini permintaan Bang Akhwan, jadi aku harus menghormatinya.Selesai shalat tahajud, hanya aku yang beranjak dari mus
Read more
Bab 28. Video Stella
Sambil mengisi waktu luang di toko, sesekali aku membuka berita di internet. Meski di rumah, aku tetap tidak boleh kudet sama sekali. Aku tetap harus tahu dunia di luar sana. Toh, semua bisa diakses dengan mudah. Apalagi Bang Akhwan juga sudah memasang jaringan internet sendiri di rumah. Memudahkan aku menjual barang melalui akun media sosial."Jika aku jual online menggunakan e-commers gimana ya?" Terlintas ide berjualan online melalui aplikasi penjualan."Sebaiknya aku bicarakan dulu dengan Bang Akhwan!" Aku gegas mencari Bang Akhwan, ternyata Bang Akhwan tengah sibuk dengan laptop miliknya di ruang tengah. Bang Akhwan selalu nyaman jika berlama-lama di atas tikar pandan."Bang!""Hmm!" Bang Akhwan melirikku selikas dan kembali fokus pada pekerjaannya."Arin boleh tidak menjual bibit melalui e-commers?" Sejenak kedua mata Bang Akhwan menatapku. Raut wajahnya bahkan terlihat sangat serius, bahkan kedua alisnya mengerut. Aku pasrah jika memang Bang Akhwan tidak menyetujuinya."Kalau e
Read more
Bab 29. Teror untuk Stella (Author)
Stella pulang dengan kondisi sangat marah setelah bertengkar dengan anak dan istri sah Priyono. Mobil yang dikendarainya sudah mulai memasuki halaman rumah yang cukup besar. Rumah pemberian Priyono tanpa sepengetahuan keluarganya. Bahkan semua kebutuhan ditanggung oleh Priyono. Setiap seminggu dua kali, Priyono akan menginap untuk meminta haknya sebagai lelaki pada Stella. BrakTanpa mengetuk pintu, Stella mendorong pintu begitu saja hingga menimbulkan suara yang cukup memekakkan telinga. Bahkan kaca jendela juga ikut bergetar. Stella duduk di sofa sambil memijid pangkal hidungnya."Kamu kenapa, Sayang?" Marni yang mendengar suara tersebut gegas keluar kamar."Stella habis menyerang istri Mas Pri, Bu. Stella nggak rela mereka semua mendapat harta Mas Pri. Stella harus menyingkirkan mereka semua supaya Stella bisa menikmati semua harta Mas Pri sendiri!" Nafas Stella terlihat memburu saat menceritakan kejadian barusan.CeklekTiba-tiba muncul seorang pria berusia cukup matang keluar da
Read more
Bab 30. Kabar Buruk
[Arin, Pak Hadi dirawat di rumah sakit. Karena kabar viralnya Stella, Pak Hadi kena serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit semalam] Pagi ini aku mendapat kabar dari Mbak Mira tentang mantan ayah mertuaku, Pak Hadi. Aku mukai menduga jika sakitnya Pak Hadi akibat dari viralnya Stella. Apalagi tempat tinggal Pak Hadi berada di komplek yang cukup padat. Sehingga tidak memungkinkan jika kabar cepat menyebar."Apa Mas Angga tahu soal ini?" Entah kenapa aku memikirkan Mas Angga yang sudah mengetahui atau belum mengenai kabar ayahnya. Sudah beberapa hari dia tidak mengirim pesan atau sekedar berkabar. [Mas, Pak Hadi masuk rumah sakit] bodoh amat soal perasaan, yang penting aku memberi kabar mengenai ayah kandungnya. Entah dia bersedia membesuk atau tidak, itu urusan dia. Cukup aneh, pesan yang aku kirimkan kepadanya hanya centang satu berwarna abu-abu."Mungkin dia sedang sibuk!" Aku gegas menemui Bang Akhwan dan orang tuaku untuk mengatakan kabar ini. Viralnya berita Stella membuat
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status