Semua Bab Diduakan Suami, Diratukan Duda Miliarder : Bab 51 - Bab 60

159 Bab

51. Perempuan Sundal

Mira. Tak terhitung sudah berapa banyak nama itu muncul di kepala Chava. Setelah menginterogasi suaminya, Chava juga mengorek keterangan dari David mengenai wanita itu. Sudah gatal tangannya ingin mencakar wajah yang dilapisi polesan make up tebal. Chava melihatnya sekilas dari ponsel asisten suaminya yang kebetulan menyimpan foto Mira. "Makan dulu, Yang.""Nggak usah panggil-panggil aku begitu!" Ibu hamil itu masih dalam mode kesal. "Ya terus maunya dipanggil apa?" Berusaha mengulur sabar, mengalah pada setiap perlakuan tak menyenangkan Chava. Kembali lagi, toh ini salahnya. "Ayo, duduk. Mau Mas suapin!" titah Sakti. Sikap lembut suaminya tak ayal membuat Chava luluh juga. Tak tega sebenarnya terus bersikap ketus, salahkan Sakti yang terus saja menguji kesabarannya. "Nggak mau makan itu, Mas." Chava menjauhkan tubuhnya usai melihat isi piring sekilas. Semenarik apa pun tampilannya, yang namanya makanan rumah sakit
Baca selengkapnya

52. Serangan Cantik Chava

Pakaian yang melekat di badan, aksesoris, tas tangan, sepatu dan pernak pernik yang tersemat di atas mahkota Chava membuat mata siapa saja yang melihat terpukau olehnya. Meski sederhana, tetapi orang dapat membedakan kualitas barang yang dipakai ibu hamil itu. Pun dengan logam mulia yang melingkari leher, pergelangan tangan dan yang terselip di antara celah jari. Kecantikan yang makin bersinar dipadukan dengan bentuk wajah dan riasan tipis. Sesaat Mira membalikkan pandangan, mengamati penampilannya dengan seksama. Berbanding terbalik, bak bumi dan langit antara dirinya dan Chava. Mira tertegun. Ia berdeham sekadar menetralkan debaran dalam dada yang masih sibuk berlarian. Sedikit gentar terbit, tetapi pantang baginya untuk mundur. Bagaimana pun jalannya, dia harus bisa menjadi istri dari pria yang diincarnya. "Saya sudah dengar dari suami saya, juga dari Pak David. Katanya ... kamu menuntut untuk dinikahi suami saya?" Tak ingin membuang waktu percuma, Chava langsung pada pokok tujua
Baca selengkapnya

53. Mengikhlaskan Yang Telah Terjadi

"Ada apa, Mas?" Chava langsung menodong suaminya dengan pertanyaan begitu melihat Sakti mengakhiri panggilannya. "Mas, ada apa? Kenapa kita harus kembali ke rumah sakit? Aku nggak mau berhubungan lagi dengan dia, Mas. Ayo, pulang saja." Pertanyaan lain terlontar manakala Chava tak mendapat jawaban sementara David menuruti permintaan Sakti. Mobil terus meluncur membelah padatnya lalu lintas hari itu, menuju rumah sakit. Hembusan napas Sakti terdengar berat. Sejujurnya enggan berhubungan dengan mantan suami Chava, tapi Sakti tak berkutik saat ada hal penting yang berhubungan dengan nyawa seseorang. "Mas!" Menarik lengan baju suaminya. "Malah melamun, aku nggak mau ke rumah sakit, Mas. Ngapain juga kita ke sana. Aku sudah bilang kalau aku nggak mau berhubungan lagi dengan orang-orang itu," imbuh Chava menahan kesal. "Sayang, kita harus tetap ke sana. Bu Halimah sakit keras, beliau sangat merindukanmu.""Apa! Ja-jadi ibu sakit?"Air mata Chava merebak. Putusnya hubungan dengan Azzam
Baca selengkapnya

54. De Javu

Tangis yang bersumber dari ruang keluarga terdengar semakin jelas seiring dengan langkah yang kian cepat. Gemuruh di dada Sakti kian bergejolak menimbulkan berbagai macam praduga yang sibuk berperang dalam benak. Sakti yang tak tahan hendak berlari, tetapi panggilan sang istri sukses menahan langkahnya. Ia menepak dahinya tersadar baru saja meninggalkan Chava. "Maaf, Yang. Saking paniknya Mas sampai lupa ninggalin kamu."Bukannya menjawab, Chava justru melanjutkan langkah meninggalkan suaminya. Perasaan lega yang sempat hinggap ketika melihat Sinta dalam keadaan baik-baik saja, digantikan rasa penasaran. Duduk saling berhadapan Sinta dan Lea, cucu dan nenek itu saling memeluk. Dari tempatnya, Chava bisa melihat bagaimana nenek tua suaminya itu kesulitan menenangkan cucu perempuannya. "Ada apa, Oma? Lea kenapa?" Sakti tak lagi bisa menahan rasa penasarannya. Sinta mengkode cucunya untuk duduk sementara pelukannya dan Lea baru terlepas. "Adikmu mau nginap di sini sementara waktu kat
Baca selengkapnya

55. Hampa

Tak ada satu orang pun di dunia ini yang menginginkan perpisahan, apalagi dengan orang yang telah menempati ruang hati untuk waktu yang lama. Begitu juga Hana. Azzam berhasil mencuri hatinya dengan segenap yang ada dalam diri pria itu. Hanya satu kesalahan Hana, ya ... mencintai pria beristri. Walau memang dia tak bisa sepenuhnya disalahkan, tetapi seharusnya dia bisa menekan ego. Andai bisa menahan diri, Hana tak akan hidup bahagia di atas tangisan wanita lain. Hingga akhirnya Hana menyadari setiap apa yang dia lakukan, telah menemukan jalan untuk berbalik menyerangnya. Orang menyebutnya .... Karma. "Maaf." Sekali lagi Azzam berbisik. Jangankan menatap mata bening istrinya, Azzam tak sanggup sekadar mengangkat kepalanya. "Kamu masih muda, cantik dan punya karir bagus, sementara lihat aku! Kamu berhak mendapatkan yang jauh lebih dariku, Han." Hana dapat menangkap suara lirih yang terdengar bergetar. Detik berikutnya, isak tangis pecah tak tertahankan makin menambah nelangsa. "A
Baca selengkapnya

56. Chava Yang Memulai

Lelah yang melanda tak membuat Sakti kesulitan menjemput mimpi. Sepulangnya menuruti permintaan Chava, lelaki itu tak sabar menempati kasurnya setelah sempat membersihkan diri. Namun, saat baru saja Sakti terlelap, pria itu bangkit seketika manakala mendengar bunyi gaduh yang bersumber dari dalam kamar mandi. Rasa kantuk lenyap digantikan perasaan cemas. Sakti hampir terpelanting karena tersandung kakinya sendiri, saking paniknya ia tak berhati-hati. "Yang?"Chava berdiri di depan wastafel sembari memegangi perutnya. Semua isi telah berpindah dalam lubang pembuangan, tetapi Chava masih saja muntah sampai hanya tinggal cairan bening yang keluar. "Pahit banget, Mas. Tenggorokanku sampai terasa panas. Perut juga nggak enak banget." Wanita itu mengungkapkan keluhannya, menyandarkan kepala di dada sang suami. Sekujur badannya terasa lemas, belum lagi wajahnya yang pucat seakan tak dialiri darah, membuat Sakti makin cemas. Wanita itu pasrah
Baca selengkapnya

57. Bahaya Yang Mengintai

Malam kian merangkak naik, udara makin dingin. Tak ada gugusan bintang, apalagi dewi malam, langit gulita bak permadani hitam raksasa. Gelegar petir yang sesekali terdengar bak amukan semesta, ditambah duduk di sana seorang diri semakin membuat Hana nelangsa. Ke mana arah mata memandang, hanya akan menimbulkan rasa iri kian menjadi. Di antara banyaknya penunggu di rumah sakit itu, benar hanya dirinya seorang yang berjaga malam itu, tak ada sanak saudara yang menemani. Hana menyeka wajahnya yang basah. Sejak tadi ia tak henti menangis meski dokter mengatakan Azzam tak mengalami luka yang berarti. "Han."Suara samar yang kemudian menjeda tangisan Hana, wanita itu gegas bangkit memasuki bangsal rawat usai tahu suaminya telah sadar. "Han, aku ...,"Tak sempat Azzam melanjutkan ucapannya. Hana membantunya duduk, wanita itu juga yang mengambilkan air minum untuknya. "Dibawa istirahat saja biar lekas pulih." Sengaja tak mau membahas banyak hal yang kemungkinan justru dapat memperburuk ko
Baca selengkapnya

58. Tragedi Penyerangan

Prang! Chava tersentak, gelas susu dalam genggamannya tiba-tiba saja merosot dan berakhir di lantai. Serpihan kacanya berserakan bercampur dengan cairan kecokelatan. "Mbak Chava nggak apa-apa?" Sari mendekati majikannya, dia papah tubuh Chava yang masih gemetaran untuk menjauh dari sana. "Kalau butuh apa-apa sebaiknya minta sama Bibi saja, Mbak. Takut Mbak Chava kenapa-napa malah bahaya," kata Marni yang juga datang dengan segelas air putih. "Diminum dulu, Mbak. Tenang, nggak ada yang luka, kan?"Sari dan Marni saling berpandangan, mereka ketakutan melihat Chava yang masih syok. "Mbak.""Perasaan saya tiba-tiba nggak enak, Bi. Ada apa ya?"Chava sendiri tak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tiba-tiba saja dadanya bergemuruh, perasaan yang sulit Chava ungkapkan. Wanita hamil itu bahkan sampai menangis karena terlalu takut. Kedatangan Nelly yang kemudian menjawab ketakutan Chava. Akan tetapi bukan perasaan lega, yang ada ketakutan wanita itu justru semakin menjadi-jadi. "Saya b
Baca selengkapnya

59. Dalang Penyerangan

Sakti menautkan alis melihat Riko memberinya kode berupa kedipan mata berulang. Semula dia tak begitu memperhatikan, pun tak tahu maksud Riko melakukan itu, tetapi kemudian ia menyadari kalau orang kepercayaan Sinta itu tengah memintanya untuk berbicara empat mata. "Sayang, apa tidak sebaiknya kamu pulang saja? Lebih baik ibu hamil sepertimu istirahat di rumah, tak baik terlalu lama berada di sini.""Mas ngusir aku?"Nah, kan! Sakti menghembuskan napas berat, padahal bukan itu maksudnya. Sekarang dia harus memutar otak agar wanitanya itu tak merajuk yang berujung akan mendiamkannya seharian penuh. "Bukan itu maksudnya, Yang. Kamu kan sedang hamil, kasihan dede bayinya, lagi pula rumah sakit bukan tempat yang baik untuk ibu hamil sepertimu.""Ya, baiklah." Chava menarik diri dari kursi yang ditempatinya, meraih tas yang ia taruh di nakas. "Sekalian temani oma, kasihan beliau kalau di rumah sendirian yang ada makin murung nanti." Sakti berujar seraya memeluk istrinya. "Mas nggak ap
Baca selengkapnya

60. Diujung Tanduk

"Pelan-pelan saja, Mas. Hati-hati."Sudut bibir Sakti menukik, entah sudah keberapa kalinya kalimat itu terus meluncur dari bibir Chava. Sejak mengalami penyerangan, wanita itu mengalami cemas berlebihan. Hampir setiap saat dia memastikan kondisinya, memastikan dirinya minum obat dan istirahat teratur. Bahkan untuk pekerjaan kecil saja musti mendapat izin dari ibu hamil yang makin hari terlihat semakin cantik. "Maaf, ya. Dalam kondisi begini bukannya Mas yang memanjakan dan mengurusmu, ini malah kebalikannya. Mas merepotkanmu.""Bicara apa kamu, Mas. Tidak ada yang namanya merepotkan antara suami istri. Saling berbagi dalam segala hal, termasuk melayani dan menjaga ketika sakit, itu semua bukti cinta itu nyata."Sakti meraih tengkuk Chava kemudian melabuhkan satu kecupan di dahi perempuan itu. "Dede bayi gimana, rewel nggak?""Enggak. Dia anak yang baik, sepertinya dia tau papanya sedang kurang sehat jadi dia nggak mau ngrepotin mamanya."Sakti menatap istrinya dalam-dalam, beruntung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status