All Chapters of ISTRI SAH PEWARIS HARTA: Chapter 51 - Chapter 60
98 Chapters
51 Ketakutan Mayang
Mayang merasa hatinya berdebar-debar saat Arjun mengajaknya pergi ke meja Sita. Dia seperti ingin menjaga jarak dengan mereka, terutama ketika dia menatap sosok pria yang kini berdiri di tengah-tengah Sita dan Anand. Mayang merasa gugup dan ragu-ragu. Matanya terus memandangi sosok pria asing yang sedang asyik berbincang-bincang dengan Sita di meja tersebut. Hatinya dipenuhi oleh rasa kekhawatiran akan kemungkinan kedekatan mereka."Mas kau pergi saja sendiri, aku di sini saja," tolak Mayang dengan suara gemetar. Dia mencoba menyembunyikan rasa takutnya dari Arjun, tetapi matanya yang pucat dan wajahnya yang tegang mengungkapkan segalanya.Arjun melihat ekspresi wajah Mayang yang pucat dan khawatir tentang keadaannya. "Kau ini kenapa? Wajahmu pucat?" tanyanya dengan nada khawatir.Mayang menelan ludahnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arjun. "Aku...aku hanya sedikit lelah," ucapnya pelan sambil mencoba tersenyum palsu agar bisa menenangkan dirinya sendiri.Tetapi Arjun tidak beg
Read more
52. Upaya Mayang meracuni Arjun
Mayang terlihat tidak bisa tidur. Dia merasa gelisah dan tidak nyaman setelah menghadiri pesta malam itu. Pikirannya dipenuhi dengan sikap Sita yang seolah-olah sengaja membuatnya khawatir."Mayang kau kenapa? Sepertinya kau terlihat aneh sejak berada di pesta tadi," ucap Arjun dengan nada khawatir.Mayang menoleh ke arahnya, wajahnya tampak murung. "Mas, aku kesal dengan sikap Kak Sita. Kau sadar tidak, jika Kak Sita secara langsung telah merendahkanmu sebagai suaminya," gumam Mayang pelan.Arjun memandangi Mayang dengan tatapan bingung. Ia mencoba memahami apa yang sedang dirasakan oleh istrinya itu. "Apa maksudmu?" tanya Arjun perlahan."Lihat saja tadi, dia bahkan tertawa dengan dua orang pria tampan dan tidak peduli denganmu sedikitpun," lanjut Mayang sambil mencoba untuk meracuni pikiran Arjun agar membenci istri pertamanya.Arjun mengerutkan keningnya dalam keraguan. Ia tidak bisa mempercayai kata-kata Mayang begitu saja tanpa bukti yang jelas. "Benarkah? Tapi aku tidak merasak
Read more
53. Ada Apa Mayang dan Stevan
Mayang melepas kepergian Arjun dan Sita dengan perasaan yang sangat dongkol. Hatinya terasa berat karena dia tidak rela jika Arjun menghabiskan waktu bersama istri pertamanya, Sita. Yuni, ibu Sita sangat bahagia dengan keadaan Mayang saat ini. Dia mendekati Mayang dan mengejeknya, "Kasihan sekali ya, pingin ikut tapi tidak di ajak."Mayang merasa hatinya semakin teriris ketika Yuni mengejeknya seperti itu. Ia merasakan cemburu yang begitu dalam melihat Arjun pergi bersama istri pertamanya tanpa membawa dirinya juga. Rasa sakit dan kesedihan memenuhi pikirannya saat ia menyaksikan mereka berdua pergi menjauh darinya."Pasti nanti, mereka akan menikmati waktu bersama tanpa ada pengganggu sepertimu," lanjut Yuni seolah tidak puas mengolok-olok Mayang yang merasakan cemburu karena Arjun pergi bersama istri pertamanya.Mendengar kata-kata sinis dari Yuni membuat Mayang semakin marah dan frustasi. Ia ingin sekali memberikan balasan tajam kepada Yuni namun ia mencoba untuk tetap tenang agar
Read more
54. Kepulangan Sita dan Arjun
"Bu, aku pulang," ucap Sita ketika dia sudah kembali memasuki rumahnya. Wajahnya terlihat lelah setelah perjalanan panjang yang dilakukannya bersama Arjun selama tiga hari ini. Dia merasa senang bisa kembali ke rumah dan melihat ibunya, Yuni."Sita, kok cepet banget pulangnya?" sambut Yuni dengan senyuman hangat di wajahnya. Dia segera mendekati Sita dan memeluk putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Melihat putrinya yang terlihat murung, Yuni mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.Diikuti Arjun dibelakangnya sedang menggeret dua koper berukuran besar. Kedua koper itu tampak berat dan membuat Arjun agak kesulitan untuk membawanya masuk ke dalam rumah."Bu, Mayang dimana?" tanya Arjun khawatir saat melihat bahwa istrinya tidak ada di dekat mereka. Ia mencari sosok istri kedua nya tersebut namun tak kunjung menemukan jejak-jejak keberadaannya.Yuni menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Arjun dengan nada kesal dalam suaranya."Entahlah, itu anak selama kau pergi ke lu
Read more
55. Hasutan Mayang
"Kau jangan samakan aku dengan dirimu!!!" gertak Sita menatap tajam ke arah Mayang yang kini memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan Sita. Wajahnya merona merah, mencerminkan kemarahan yang meluap-luap di dalam hatinya. Matanya menyala seperti bara api yang siap membakar segala sesuatu di depannya. "Apa? Kau jangan sok suci, Kak! Aku tau, kau dan Anand sering bertemu, dan kau selalu saja berada di sampingnya. Lebih parahnya lagi, dia!!!" Mayang menunjuk Yuni. Tatapan sinis dan penuh kebencian terpancar dari matanya saat ia mengarahkan jarinya ke arah Yuni. Raut wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan dan amarah yang tak tertandingi. Sita merasakan darahnya mendidih dalam tubuhnya saat kata-kata pedas itu dilontarkan oleh Mayang. Hatinya hancur berkeping-keping ketika dia menyadari bahwa Mayang menuduhnya dengan hal yang sangat menjijikkan. "Dia bahkan mendukung kebersamaanmu dengan Anand," lanjut Mayang tan
Read more
56. Kemarahan Mayang
"Bu, Sita tidak ingin menunggu lagi. Kita harus segera melaksanakan semua rencana yang sudah kita susun," pinta Sita dengan suara lirih, sambil duduk di kamarnya yang sunyi. Dia merasa gelisah dan takut akan apa yang mungkin terjadi jika mereka terlambat. Yuni hanya bisa pasrah melihat ketidakberdayaan Sita saat ini. Hatinya hancur melihat keadaan sahabatnya yang sedang berjuang menghadapi masalah besar ini. Namun dia tahu bahwa dia harus tetap kuat untuk memberikan dukungan kepada Sita. "Baiklah, tapi pelan-pelan ya Sayang?" ujar Yuni dengan lembut, mencoba menenangkan hati Sita yang sedang dilanda kecemasan. Dia membelai lembut rambut panjang Sita sebagai bentuk kasih sayang dan dukungan. "Sekarang kau tidak perlu memikirkan apa yang Arjun tuduhkan kepadamu," kata Yuni dengan tegas namun penuh empati. "Air matamu sangat berharga, jangan biarkan mereka menguasai pikiranmu dan membuatmu merasa rendah diri." 
Read more
57. Peperangan Mayang dan Arjun
"Mayang, apa maksudmu?" tanya Sita terlihat heran dan mengajak Mayang ke kamarnya karena dia akan berganti baju.  Saat dia benar-benar sudah berganti baju, matanya memandang Mayang dengan kebingungan yang jelas terpancar dari wajahnya. Dia tidak mengerti mengapa Mayang begitu marah dan menuduhnya seperti itu. Di sisi lain, Yuni hanya tersenyum tipis, seolah-olah dia sudah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh Sita.  "Kak Sita! Kau jangan pernah sok bodoh seperti itu," desak Mayang dengan nada tinggi. Suaranya penuh kemarahan dan ketidakpercayaan. "Pasti foto-foto itu kau kan yang mengirim ke nomor Mas Arjun? Jangan berpura-pura tidak tahu!" Sita merasa hatinya hancur mendengar tuduhan tersebut. Dia sama sekali tidak melakukan hal semacam itu kepada temannya sendiri. Kenapa Mayang bisa begitu yakin bahwa dia adalah pelaku di balik semua ini? Pikirannya melayang-layang mencari jawaban atas pertanyaan terse
Read more
58. Bercak darah di betis Mayang
Mayang merasa panik yang tak terkendali. Perutnya terasa seperti diperas dengan kuat, membuatnya merasakan rasa mulas yang sangat tidak nyaman. Tanda-tanda kelahiran sudah mulai dirasakannya, membuat hatinya berdegup kencang dan pikirannya penuh kekhawatiran.Dalam kondisi yang semakin memburuk, Mayang tidak bisa menahan rasa sakit lagi. "Mas, sakit..." teriaknya dengan suara parau sambil jatuh lemas di lantai. Arjun yang mendengar jeritan Mayang dan tanpa ragu-ragu mendekatinya dengan sigap.Arjun melihat Mayang dalam keadaan yang sangat lemah dan kesakitan. Tanpa berpikir panjang, ia menggendong tubuh rapuh Mayang dengan penuh perhatian dan membawanya menuju mobil mereka yang parkir di depan rumah. Dengan cepat, Arjun membuka pintu mobil dan meletakkan Mayang dengan lembut di kursi penumpang.Tubuh Mayang tampak begitu rapuh saat digendong oleh Arjun. Wajahnya pucat pasi dan matanya mencerminkan ketidaknyamanan akibat rasa sakit yang dialaminya. Namun demikian, Arjun tetap tenang da
Read more
59. Gagal Jantung
Arjun yang penuh kekhawatiran segera mendekati dokter yang baru saja keluar dari kamar Mayang. Wajahnya terlihat tegang dan mata Arjun mencerminkan rasa cemas yang begitu dalam."Dokter, bagaimana keadaan istri dan bayi saya?" tanya Arjun dengan suara gemetar. Ia berharap mendapatkan kabar baik tentang kondisi mereka.Dokter itu menatap Arjun dengan serius, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya memberikan jawaban. "Pak, Ibu Mayang dalam keadaan sehat," ucap dokter tersebut perlahan. Namun, ekspresi sedih masih terpancar di wajahnya.Kata-kata dokter tersebut membuat hati Arjun lega sejenak. Setidaknya istri dan bayinya tidak mengalami masalah kesehatan yang serius. Namun, ada sesuatu yang membuat penasaran Arjun dari ucapan dokter tadi."Maksud Dokter? Ada apa dengan mereka?" tanya Arjun semakin khawatir.Dokter itu menundukkan kepala sejenak seolah merenungkan kata-kata yang akan ia sampaikan selanjutnya. Kemudian ia angkat wajahnya dan bertemu pandangan mata Arjun."Kami
Read more
60. Pertengkaran di rumah sakit
"Mayang, kenapa kau selalu saja menuduhku yang bukan-bukan?" tanya Sita sambil berjalan mendekati Mayang dan Arjun. Wajahnya terlihat tegang dan penuh dengan kekesalan.Mayang menatap Sita dengan tatapan tajam. Hatinya dipenuhi oleh perasaan marah dan kesal. "Cukup! Kau tidak usah berpura-pura, karena aku sudah muak dengan sandiwaramu itu, wanita licik!" ucap Mayang dengan suara yang masih lemah namun dia tidak bisa menahan semua emosinya. Dia merasakan beban emosi yang begitu besar sehingga membuatnya hampir tak mampu mengendalikan diri.Sita tersenyum sinis melihat reaksi Mayang. Dia seolah-olah menikmati ketidakstabilan emosi yang sedang dialami oleh madunya itu. "Hmm, baiklah kalau begitu," kata Sita sambil menggelengkan kepala. "Aku akan pulang." Arjun mencoba untuk memediasi pertengkaran antara Mayang dan Sita. Dia ingin agar mereka bisa saling memahami satu sama lain tanpa harus bertengkar seperti ini setiap kali ada masalah di antara mereka."Oh ya, sebelum aku pulang," lanju
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status