All Chapters of Istri Kecil Tuan Guru: Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

Bab. 21 Tidak bisa menahan lebih lama lagi

Air hanya bisa diam, dia masih mencoba mencerna apa yang terjadi baru saja pada mereka berdua. Ditambah kejadian ini justru terjadi setelah ia mengetahui kalau Bara memiliki kekasih hati.Setelah Bara keluar dari kamarnya, gadis itu menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal, ingin rasanya sembunyi karena apa yang dilakukannya tadi, ditambah pernyataan konyolnya. 'Ciuman artinya pacaran? Ahk ... bego juga gue,' Batinnya.Begitu pula dengan Bara, dia berjalan ke arah dapur dengan bayangan Air dibenaknya, ruangan dapur yang menjadi saksi atas apa yang dilakukannya dengan kesadaran penuh. Suara lenguhan, dan desahan Air seketika terdengar memenuhi fikirannya."Astaga ...!" gumamnya dengan sedikit senyum yang tiba-tiba muncul begitu saja di wajahnya. Pria itu lantas membasuh wajahnya diwastafel dan berpegangan di tepi wastafel dengan tetesan air turun dari wajahnya. "Aku harus membersihkan fikiranku ini!" ucapnya lagi.Setelah itu Bara memilih tidur disofa panjang yang berada di ruang tamu,
Read more

Bab.22 Urusan orang Dewasa

"Aaa---apa maksudnya?"Suara Air terdengar lirih, kedua tangannya melingkar ragu pada leher Bara.Pria itu tidak menjawabnya, dia justru kembali menyusupkan benda tanpa tulang dan terus mencecapnya lembut. Keduanya terus saling merasai hingga akhirnya Bara membawanya masuk ke dalam kamar dan membaringkannya di atas ranjang tanpa menghentikan aktifitasnya."Ada Ibu lho ..." bisik Air."Ibu sudah tidur, jadi jangan berisik. hm! Besok kau ikut pulang denganku," suara serak Bara menggema di telinga Air."Gak mau, enakan disini!""Aku tidak bisa terus mencari alasan pada Ibu, Air.""Ya terus gimana dong? Apa kita jujur aja sama Ibu? Tapi kalau jujur, aku gak siap ... aku takut Ibu kecewa dan marah, terus gak ngebolehin aku tinggal di sini. Terus aku nanti gimana?" seloroh Air terus bicara sedangkan Bara hanya menatapnya saja.Bara pun sebenarnya belum siap mengatakan hal yang sebenarnya pada sang Ibu, persis seperti apa yang dirasakan Air. Tidak mudah bagi seorang Ibu menerima keadaan yang
Read more

Bab.23 Ketahuan Ibu

Bara beralih menatap langit-langit kamar, mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu dimana dia bertemu dengan Air, bagaimana kagetnya saat disidang warga, akhirnya berakhir dengan pernikahan di hari yang sama. Setelah itu ia tahu bagaimana repotnya mengurusi Air yang keras kepala dan juga nakal di sekolah hingga akhirnya perasaanya tumbuh tanpa ia sadari.Bara menoleh pada Air, menatap wajahnya yang teduh dan juga bercahaya walau tanpa memakai skincare maupun perawatan. Bibir tipisnya yang menjadi candu baginya sekarang, suaranya, tingkah lakunya yang polos dan menggemaskan tapi juga bisa sangat dewasa dalam hal-hal tertentu.Contohnya saat ini, Air yang masih 16 tahun itu terlihat dewasa terlebih saat mereka berduaan, berciuman bahkan hampir saja melakukannya. Bara mengulas senyuman, mengelus kepala Air dengan lembut lalu mengangkatnya sedikit dan menaruhnya dilengannya. Bara menghirup udara sebanyak mungkin saat mencium aroma vanila dari kulit Air saat mendekapnya erat, aroma van
Read more

Bab.24 Apa Ibu bisa nerima kenyataannya nanti?

Panggilan sayang pada wanita yang memang dia sayang tidak ada salahnya, baik Seila yang memang menjadi pengisi hatinya, juga Air yang baru saja hadir dalam hidupnya dan mengisi hatinya saat ini.Tapi bagi Air, panggilan itu cukup penting. Layaknya seorang anak yang tidak ingin berbagi mainan, begitupun dia juga yang tidak ingin Bara memanggilnya dengan sebutan yang sama dengan panggilannya pada wanita lain. Semenjak Bara menciumnya, semenjak itu pula Bara adalah miliknya, bukan milik orang lain.Air memicingkan kedua matanya, protes kan tidak mengenal waktu yang tepat atau tidak, tidak penting bagi Bara tapi penting baginya. Fikirnya. Air tidak bergeming, ia masih enggan keluar dari mobil walaupun Bara sudah membuka kuncinya secara otomatis, duduk terdiam dan terus menatapnya, menunggu jawaban dari pria yang lebih dewasa itu."Iya, baiklah. Aku tidak akan memanggilmu sayang kalau kau tidak mau!""Bukannya tidak mau, tapi aku....""Aku akan menggantinya. Tapi nanti setelah urusan kita
Read more

Bab.25 Kepercayaan seorang Ibu

Waktu semakin berputar, terangnya siang mulai berganti dengan warna jingga di langit sore. Awan hitam mulai menampakkan diri saat Air dan Bara tiba di rumah Ibu. Semilir angin malam terasa lebih menusuk kulit ari bahkan dari biasanya saat langkah kedua manusia berbeda generasi itu memasuki halaman depan.Sri yang tengah berada di halaman belakang pun bergegas masuk, menyiapkan diri untuk menerima semua alasan Bara maupun Air. Entah itu rasa kecewa maupun kesedihan yang akan dia terima nanti. Apapun alasannya, Sri yakin semua sudah digariskan Tuhan, baik buruk, sedih, kecewa bahkan bahagia sekalipun.Sri mencuci kedua tangannya, berkutat dengan kebun mini yang ia punya dihalaman belakang, mencari kesibukan sejak pagi hanya untuk pengalihan belaka saja. Nyatanya sampai kedua orang itu masuk, keresahan Sri semakin membahana."Ibu...." lirih Air,Sri hanya mengangguk kecil, kemudian berjalan ke arah ruang tamu dimana Bara sudah menunggu. Sementara Air memilih masuk kedalam kamarnya lebih d
Read more

Bab.26 Tidak ingin berspekulasi

Sri menghela nafas, dia tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar ucapan Bara, terlihat Bara memang tengah bimbang dengan perasaannya sendiri. Tidak mudah memang melepaskan wanita yang amat ia cintai bernama Seila itu, bahkan mereka sudah merencanakan masa depan bersama."Ibu berharap kau bisa memantapkan hatimu, Bara. Semakin lama justru akan membuat keduanya tersakiti.""Iya, Ibu." ringkas Bara.Air pun keluar dengan ransel dipunggungnya, dia memang tidak banyak membawa barangnya dari rumah, kebanyakan hanya alat-alat sekolahnya saja."Udah selesai," Keduanya langsung terdiam kikuk saat Air menghampiri mereka. Membuat alis gadis itu mengkerut penuh curiga, tapi Bara lebih dulu bangkit dari duduknya. "Kita pulang sekarang saja, Hm? Kita harus mampir untuk membeli bahan makanan,"Air mengangguk, aktifitas yang jarang bisa ia lakukan. Biasanya ia hanya bisa pergi jika Mami mengajaknya."Sebaiknya kalian bawa beberapa bahan masakan yang sudah Ibu siapkan," Sri bangkit dan pergi menuju
Read more

Bab.27 Mengurus perceraian

Hubungan keduanya semakin dekat saja, walaupun Air ingin sekali menemui Seila untuk tahu apa yang terjadi di antara mereka, apa Bar benar benar menerima keputusan Seila yang meminta putus dengannya seperti yang terakhir dia dengar, atau hubungan keduanya juga rumit seperti hubungannya diawal-awal.Bara tetap tidak mengatakan apa-apa, saat ditanyapun dia hanya akan menjawab kalau itu bukan urusan anak kecil sepertinya. Dan kesempatan tiba-tiba datang saat Air melihat Seila di sekolah. "Bara, kita harus bicara!""Ya, tapi tidak disini. Seila, pulanglah. Kita bertemu setelah pekerjaanku selesai," Bara meninggalkan Seila begitu saja diruangan guru sementara dia hendak mengajar. "Bara! Kalau kau nekat pergi. Aku gak akan segan-segan untuk...."Bara menoleh ke arah belakang dimana Seila berteriak. Lagi dan lagi, ancaman Seila membuat nya berfikir dua kali dalam melangkah. Bara menghela nafas, dia kembali berjalan masuk ke arah ruangan guru. "Berhenti mengancamku Seila, aku ini manusia da
Read more

Bab.28 Cepat jelaskan

"Maksudnya? Om ingin kita bercerai. Begitu?"Tampak jelas keterkejutan diwajahnya, bagaimana tidak. Baru beberapa hari yang lalu hubungan keduanya membaik, mulus bagai jalan tol setelah ciuman malam itu hingga beberapa hari berlalu. Tapi sekarang, Bara mengatakan hal yang tidak terduga setelah kembali bertemu Seila. "Apa yang Om rencanakan? Om sengaja bikin kayak gini. Om mau manfaatin aku?" seru Air dengan tatapan nanar. "Tidak. Aku...!" Bara tampak bingung, wajahnya terlihat lesu dengan luka memar di sebagian titik. "Apa... Jelasin semuanya sama aku, jangan pernah bilang ini bukan urusan aku hanya karena aku masih kecil!" Air mulai kesal sendiri sebab Bara tidak menanggapinya dengan cepat.Bara menghela nafas, pria itu sibuk menatap jalanan karena tidak kuasa melihat kesedihan Air. Dikepalanya kini banyak penjelasan yang ingin dia ungkapkan pada istrinya itu, tapi dirinya saja tengah dilanda bimbang dan tidak tahu harus mengatakan apa padanya. "Cepet jelasin!""Aku harus menikah
Read more

Bab.29 Kakak dari Air

"Ya, aku benar-benar tidak mengenalmu!Kenapa kau melakukan ini pada orang yang tidak kau kenal!" ucap Bara, tidak sedikitpun terlihat ketakutan ataupun resah. Malah dia berusaha untuk melepaskan cekalan pria yang mengapitnya disebelah. "Tutup saja mulutmu dan ikut kami, kau akan tahu saat kita tiba nanti!" kata pria berkaca mata hitam itu. Bara memang tidak mengenalnya, sekeras apapun ia mengingat seseorang itu. "Katakan apa yang terjadi, kalau memang masuk akal. Aku akan ikut tanpa banyak lagi bertanya!" tegas Bara berhasil melepaskan cekalan pria tinggi dan mendorongnya hingga punggungnya membentur belakang jok mobil. "Sudah kubilang kau akan tahu nanti! Jangan bertindak seolah kau tidak memiliki masalah dengan siapapun. Nanti kau menyesal!"Dahi Bara mengkerut, mencoba menelaah apa yang pria itu katakan dan juga apa terjadi padanya saat ini, dia memang tidak punya musuh. Siapapun dan juga dimanapun terkecuali hari dimana ia menolong Air. Kejadian itu nyatanya menjadi masalah di
Read more

Bab.30 Keluarga Konglomerat

Tangan Biru masih merangsek kerahnya, menekannya hingga tenggorokannya hampir tercekat, belum lagi belakang kepala serta punggungnya yang dibenturkan pada tembok. Biru menggeram, dengan rahang kuat dan juga urat urat yang menegang, terlihat berusaha menahan amarahnya sendiri."Kau fikir aku takut padamu? Kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan juga adikmu! Kalau kau mengatakan kau mengawasi nya kau pasti tahu bagaimana hidupnya, bagaimana pendidikannya, dimana dia tinggal, bagaimana selama ini dia menjalani hidupnya, Hm?"Biru terdiam, rahangnya mengeras sedemikian rupa mendengar penuturan Bara. Dia memang menempatkan seseorang untuk mengawasi Air, tapi ia tidak pernah menerima laporan yang membuatnya harus khawatir sampai hari dimana Air bertanya tentang Seila padanya."Dan seperti yang kau katakan. Kenapa kau tidak melakukan apa-apa untuknya kalau kau tahu semuanya. Dimana kau dan keluargamu yang ku fikir kalian mampu melakukan sesuatu di malam itu. Bukan justru pergi
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status