All Chapters of Istri Kecil Tuan Guru: Chapter 11 - Chapter 20
35 Chapters
Bab.11 Hampir ketahuan lagi
Keduanya kembali masuk ke dalam gedung apartemen, walaupun Air berjalan dengan ragu- ragu tapi ia tidak punya pilihan lain. Gadis itu terus mengikuti dari belakang seraya mencari cara agar Bara tidak memiliki kesempatan menciumnya seperti tadi. Bayangan Bara dengan gadis bernama Seila terus menari nari di benaknya."Hiih. Enak banget jadi dia, dua bibir di sosornya dalam sehari ini," gumamnya bergidik dengan terus memukul udara tepat dibelakang kepala Bara.Sementara pria tinggi didepannya berjalan dengan begitu santai, bahkan kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana, dan sesekali melirik ke arah belakang guna memastikan Air tetap ada, sudut bibirnya terangkat tipis saat melihat gadis itu akhirnya menurutinya sekarang, ya walaupun harus dengan sedikit drama."Baiklah. Hm ... kamarmu....?" kata Bara saat mereka masuk, pria itu hampir lupa jika apartemennya hanya memiliki satu kamar saja."Terus ini apa?" Air melangkah menuju sebuah pintu dan langsung membuka pintu berwarna coklat
Read more
Bab.12 Bukan Cemburu
Seila mencebikan bibir saat Bara melepaskan tangannya begitu saja, sebagai gantinya wanita berambut panjang itu menarik tangan Bara ke arah lorong."Jangan pernah melarangku menemuimu dimanapun aku mau, sayang." ucapnya dengan mengalungkan kedua tangan dilehernya."Seila!" Bara tersentak, dia langsung melepaskannya dengan melihat ke berbagai arah karena takut ada yang melihatnya."Kenapa sih?""Lebih baik kau pulang, kita bertemu nanti malam!" Bara melangkah pergi, meninggalkan Seila begitu saja. "Bar ... Bara ...!" Teriak Seila, namun Bara tidak menggubrisnya. Pria itu terus berjalan menjauh.Namun langkahnya terhenti saat mendengarsuara cekikikan yang berasal dari salah satu kelas yang seharusnya sudah kosong itu. Kedua matanya terbeliak saat melihat Air ada didalam sana. Pintu kelas tiba-tiba dia buka, gadis itu tengah asyik bercanda bersama Haikal."Apa yang kalian lakukan di sini?" Kedua murid kelas 8 itu serentak menoleh, tawa Air yang renyah pun tiba-tiba berhenti."Kami hany
Read more
bab.13 Om-om makin aneh
"Jangan banyak bicara! Cepat makan....""Depan aku aja galak banget, depan cewek sendiri aja cemen!" gumam Air pelan seraya menyendok menu ayam yang dipesannya.Bara sendiri hanya memesan minuman saja, melihat Air yang makan dengan lahap membuatnya kenyang."Kamu ini makan seperti bebek, Air!" tukasnya memberikan tissu padanya.Air mengernyit, mengambil tissu dari tangannya dan mengelap bibirnya sendiri dengan tatapan heran, kenapa sikap Bara saat ini berubah."Apa?" tanya Bara."Enggak, apa Om sakit?"Bara berdecih, melipat dua tangannya di dada. "Memangnya kenapa. Jangan salah faham ... aku hanya tidak suka dengan cara mu makan, berantakan seperti itu. Menjijikan!"Air tertawa, sampai hampir makanan dimulutnya keluar semua."Jijik? Yang bener aja Om ...! Apa Om gak pernah lihat orang lapar?" Nada Air bicara lebih keras dari sebelumnya, sebab orang-orang yang duduk paling dekat dengan meja mereka mulai meliriknya.Bara berdecak kesal, "Aku tidak pernah membiarkan kamu kelaparan. Kamu
Read more
Bab.14 Tertangkap basah
Suasana kelaspun kembali tenang setelah Bara berdehem berkali-kali, pria itu juga harus mengendalikan diri agar tidak semakin kacau, ketidak sukaannya pada Haikal pun tidak cukup menjadi alasan ia menghentikan pembelajaran atau bahkan melakukan sesuatu."Kita kembali ke pembahasan! Dan kamu Haikal, tatap pacarmu nanti saja, sekarang gunakan matamu untuk hal yang lebih penting!" Serunya.Haikal mengulas senyuman lalu mengangguk pasti, dia kembali fokus pada pelajarannya. Sementara Air berdecih mendengar penuturan Bara. "Gila aja, dia bilang gue gak penting! Dasar orang tua, lihat aja ... lama-lama lo gue bikin suka!"cicitnya tanpa suara.Bara menatapnya lagi, melihat Air terus menggerutu tanpa suara dan dipastikan itu pasti untuknya. "Apa?" "Dih ... nyebelin!"Hanya mereka berdua yang mengerti bahasa dan tatapan penuh isyarat itu. Namun itu tidak berlangsung lama karena mereka pun harus pandai berpura-pura."Lo sibuk gak nanti siang? Gue pengen ngadem nih ...!" tukas Air pelan saat men
Read more
Bab.15 Uangku banyak
"Ya ... harusnya kau katakan padaku. Katakan semua yang ingin kau lakukan. Dan....!" Bara menghentikan ucapannya karena melihat raut wajah Air yang berubah.Gadis itu justru tersentak kaget karena jawaban Bara. Terlebih tatapannya saat ini. "Dan ... jangan coba-coba melakukannya lagi karena ... karena itu berbahaya!" ujar Bara dengan memalingkan pandangannya, pria itu langsung menyalakan mesin mobil miliknya dan menginjak pedal gas.Banyak yang ingin dibicarakan, terlebih isi kepalanya yang kini sama-sama dipenuhi pemikiran-pemikiran aneh. Tapi nyatanya bibir keduanya sama-sama terkatup rapat dan saling diam. Mobil melaju ke arah sebuah mall, walau kini keinginan Air untuk menonton bioskop sudah tidak ada, tapi ia membiarkan Bara membawanya kesana. Sampai mobil memasuki basement dan terparkir sempurna. Bara mengambil sebuah bungkusan yang diletakan di kursi penumpang, yang langsung ia berikan pada Air."Seharusnya ini cukup untukmu. Pakailah sampai kita menemukan pakaian yang coco
Read more
Bab.16 Pelacur kecil
Entah kenapa suasana restoran saat itu mendadak tenang, diiringi musik yang mengalun lembut serta lampu-lampu hias yang menyala membuat atmosfir disana semakin hangat saja.Bara menatapnya tanpa jemu, memperhatikan gadis remaja yang kini makan perlahan, bibirnya tipis bergerak sesuai irama, mengunyah makanan dengan sesekali terlihat tersenyum.Bara ikut tersenyum melihat tingkah lucunya, gadis itu makan dengan lahap tapi justru terlihat lebih cantik. Terlebih saat ini wajahnya sangat dekat."Heh ....!" desisnya pelan seraya mengelap ujung bibirnya yang belepotan, dengan dada yang bergemuruh hebat.Air mendongak, menatap matanya, hingga keduanya beradu pandang. "Apa ... Apaan ...?" jawabnya dengan jari yang menyentuh tissu yang terulur di bibirnya, hingga tangannya tanpa sengaja justru menyentuh tangan Bara. Untuk beberapa detik mereka berada di gelombang yang sama dan waktu seakan berhenti berputar."Astaga! Bara...!" Keduanya tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah suara wanit
Read more
Bab.17 Sekarang jadi musuh
Bara terus menjelaskan dan berharap Seila percaya padanya, sekalipun dia mulai sedikit khawatir karena meninggalkan Air sendirian di mall. Padahal beberapa saat sebelumnya, hubungan diantara mereka sedikit mencair, Bara bisa melihat senyuman dari wajah polos itu, dia juga bisa tertawa lepas walau hanya dengan lelucon yang konyol."Aku tidak percaya padamu Bara! Kau pasti bohong!"Bara menyandarkan punggungnya disandaran jok. Fikirannya kini terpecah menjadi dua, disisi lain dia tidak ingin kehilangan Seila karena dia sangat mencintainya. Tapi dia juga terus mengingat Air, gadis itu pasti terluka saat ini dengan semua tuduhan yang tidak benar."Aku tidak bohong Seila, aku tidak berselingkuh seperti yang kau tuduhkan, dan aku tidak mau kita putus, ada banyak rencana yang sudah aku rancang untuk masa depan kita Seila," lirihnya dengan fikiran yang semakin tidak menentu, 'Bagaimana Air disana sekarang? Apa dia bisa pulang sendiri? Dia pasti sedih,' Bara terus bermonolog dalam hati.Seila
Read more
Bab.18 Jangan bilang Om Bara
"Bagaimana kalau kamu menginap dirumah Ibu, pamanmu tidak keberatan bukan?" "Hah ... aku? Emmpphh ...!" Air masih berfikir keras, apa itu hal bagus atau tidak, bagaimana kalau Bara tahu, 'Ahk udahlah, buat malem ini doang!' ucapnya dalam hati.Tak lama Sri langsung menyodorkan ponsel kepadanya, "Hubungi pamanmu, bilang kalau kamu tidak pulang malam ini."Air menelan saliva, sejak awal dia dan Bara sudah berbohong, dan harus terus menutupi kebohongan-kebohongannya sampai saat ini."Kenapa, oh Ibu tahu ...!" Sri menggiring Air sampai masuk kedalam mobil. "Ibu hubungi Bara, biar dia bicara dengan pamanmu ya," ujarnya lagi dan menyuruh supirnya langsung melanjutkan perjalanan.Gadis itu sudah tentu kaget, dia langsung menahan tangan Sri yang hendak menghubungi Bara, gawat jadinya kalau Bara tahu dia ada dirumah Ibu, bisa-bisa Bara berfikir dia mengadukannya. "Jangan. Biar Air sendiri yang ngomong sama Om Air nanti." cegahnya dengan cepat.Sri mengangguk saja, memasukkan kembali ponsel ke
Read more
Bab.19 Maafkan aku
Bara tidak punya pilihan selain membawa Seila ke apartemen miliknya, ia tidak ingin beranjak sedikitpun dari klub jika Bara tidak menurutinya. Meskipun Bara kesal dan meninggalkannya namun Seila justru mencari keributan."Kita ke tempatmu saja!""Tidak, aku tidak mau ... aku sudah bilang aku tidak akan pulang kalau tidak ke apartemenmu!" Seila melepaskan tangan Bara dan berjalan sempoyongan, namun Bara kembali memeganginya lagi.'Bagaimana ini, Air pasti sudah pulang! Aku harus mencari cara agar mereka tidak bertemu,' batin Bara bicara.Sepanjang perjalanan, Bara hanya diam saja, dia tidak menanggapi apapun ocehan dari Seila yang tengah mabuk itu, hingga mobil melesat menuju apartemen.Perasaan was-was semakin hinggap dibenak Bara, bagaimana ia tidak mampu menolak permintaan kekasihnya yang keras kepala. Lalu bagaimana dengan Air.Lampu-lampu di apartemen miliknya masih gelap, itu artinya belum ada orang yang menyalakannya, Bara memapah tubuh Seila yang masih dikuasai alkohol itu dan
Read more
Bab.20 Bukan anak kecil semata
Tapi rasa kantuk yang sejak awal mendera Air tiba-tiba saja menghilang, menguap bersama semilir angin malam yang menyisir masuk lewat celah jendela, pun denting jam seakan berhenti. Begitupun juga dengan Bara, pria yang pergi tergesa-gesa dari rumahnya itu tidak sabar untuk melihat Air dan memastikan semuanya baik-baik saja. Tatapan yang kini saling beradu pun hanya membuat keduanya canggung saja."Kau belum mengantuk?""Gak tahu ... tiba- tiba gak ngantuk lagi,""Mau kubuatkan cokelat hangat? Itu akan membuat tubuhmu relaks." kata Bara, mencoba membuat suasana kembali kembali normal.Air mengangguk kecil, entahlah apa yang dilakukannya, tapi kepalanya kadung bergerak naik turun. "Baiklah, tunggu disini!" Bara bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya yang kini ditempati Air. Pria itu berjalan ke arah dapur dan menyalakan kompor, mengambil gelas dan mengisinya dengan Air. Tapi dia tidak dapat menemukan bubuk Cokelat yang telah ia janjikan itu. Didalam lemari penyimpanan, didalam top
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status