All Chapters of Terjerat Gairah Paman Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
115 Chapters
31. Keajaiban yang Menyakiti Lena
"Aku tahu kau belum mencintaiku. Aku juga tahu kalau hatimu masih dan akan selalu jadi milik Vincent. Namun, meskipun kau belum mencintaiku. Jangan pernah lupakan aku. Tolong selalu ingat aku walaupun dalam bentuk kebencianmu.""Aku harus segera pergi." Lena mengurai pelukannya dan langsung berjalan mundur untuk menjauhkan diri dari Oliver.Secepat kilat dia berbalik dan melangkah pergi menuju ruang tunggu keberangkatan.Namun, belum sampai dia menaiki eskalator, tiba-tiba saja tubuhnya limbung, kehilangan keseimbangan dan langsung jatuh berbaring di lantai. Dalam sisa sisa kesadarannya dia melihat petugas bandara juga Oliver datang menghampirinya."Lena, apa yang terjadi!" pekik Oliver yang dengan paniknya segera merengkuh tubuh lunglai Lena.Beberapa kali dia menepuk pipi Lena untuk menyadarkannya dan berulang kali pula dia memanggil nama istrinya itu. Namun, nihil, Lena tak kunjung membuka matanya. Hal itu semakin menambah kepanikan Oliver."Siapapun tolong pangil ambulan sekarang
Read more
32. Kau Ibunya
Dalam hening ruangan rawat inapnya, Lena tenggelam dalam keputusasaan menghadapi kehamilan yang dinyatakan telah mencapai usia 8 minggu. Pertanyaan yang tak kunjung usai menghantuinya, "Kenapa keadaan ini bisa terjadi padahal aku sudah sanvat berhati-hati dalam mengatur jadwal kesuburan dan waktu tidur bersama Oliver."Air mata Lena mengalir tanpa henti, melambangkan benih kebencian yang tumbuh di dalam hatinya untuk Oliver. Padahal sudah susah payah dia menekan kebenciannya pada pria itu karena dia ingin pulang tenang, tapi kejadian ini membuatnya benar-benar terpukul."Aku tak pernah menginginkan bayi ini," gumam Lena nelangsa.Dengan wajah yang berurai air mata, Lena menatap nanar langit-langit kamarnya ini. Rasanya seperti terkena petir di siang bolong, Lena tak pernah menyangka kalau dirinya akan mengandung darah daging Oliver."Sudah 8 minggu lamanya dia tumbuh, kenapa selama ini aku tak menyadarinya. Padahal aku benar-benar sudah sangat berhati-hati," dengan kasar, Lena menyeka
Read more
33. Anak Yang Oliver Kasihi
"Dokter berkata kalau hari ini kau sudah bisa pulang, sebelum itu, apa kau mau mandi dulu?" tanya Oliver penuh perhatian disela-sela kegiatannya mengepak semua pakaian ganti dan beberapa perlengkapan yang Lena pakai selama di rumah sakit itu ke dalam travel bag dari luxury brand.Namun, Lena tak langsung menjawab. Sedari tadi dia hanya melamun menatap langit-langit kamar VVIP yang jadi ruangan rawatnya selama beberapa hari ini, sampai akhirnya dia pun menghela napas berat dan perlahan menoleh pada Oliver yang sudah menunggu jawabannya."Tidak perlu. Aku bisa mandi sendiri," jawabnya dingin. Tanpa kata, Lena beringsut turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi sembari mendorong tiang infusnya. Dia pergi dengan sikap yang masih mengibbarkan bendera perang dinginnya pada Oliver, dan Oliver yang menyadari hal itu pun hanya bisa tersenyum maklum.Suara berisik dari dalam kamar mandi membuat Oliver mengambil langkah lebar menyusul Lena dan langsung membuka pintu kamar mandi
Read more
34. Suami Yang Perhatian
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Oliver seraya memijat tengkuk Lena menggunakan minyak aroma terapi. Lena enggan menjawab. Dia tak ingin mengakui bahwa sikap perhatian Oliver yang memijat tengkuknya tiap selesai muntah adalah hal yang paling membuat kondisi tubuhnya terasa lebih nyaman dari sebelumnya."Padahal sebelum tahu kalau aku sedang hamil, aku tak pernah sekalipun merasa mual yang parah seperti yang biasa dialami oleh perempuan lain di awal kehamilan mereka. Namun, mengapa setelah mengetahui bahwa usia kehamilan sudah 8 minggu, tiba-tiba saja aku merasakan mual dan muntah-muntah yang parah setiap harinya. Ini aneh dan menyebalkan," keluh Lena seraya menyeka air matanya dengan kesal.Dia tak menangis, hanya saja saking seringnya dia muntah, sampai tanpa sadar air mata pun keluar. Sudah tak bisa dia bayangkan lagi bagaimana perasaan dan juga tubuhnya sekarang, sehingga dia tak bisa menahan diri untuk mengeluh."Jangan berbicara buruk, Lena. Bayi di dalam kandunganmu bis
Read more
35. Iblis yang Kau Kira
"Kau akan membawaku ke mana?" tanya Lena tanpa menoleh pada Esme. Dia hanya diam memandang ke luar jendela.Esme mengulum senyumnya. "Ke suatu tempat yang bisa membuka matamu tentang Oliver.""Kalau begitu putar balik. Aku tak tertarik pergi ke tempat seperti itu, aku ingin pulang.""Kita sudah sampai!" seru Esme dengan ceria lalu menepikan mobilnya dan berhenti pada sebuah rumah kecil yang sederhana.Sontak saja, Lena pun menoleh pada tempat yang Esme maksud dan pada momen itu pula Lena mematung di tempatnya dengan kedua pupil matanya yang melebar sempurna."Ayo turun," ajak Esme seraya mengetuk kaca disamping Lena. Dan hal itu pun membuat Lena langsung tersadar dari lamunannya, sehingga dia pun bergegas membuka pintu dan melangkah keluar mobil untuk mengikuti ke mana Esme pergi.Panti asuhan.Sebuah rumah sederhana yang mereka kunjungi adalah sebuah panti asuhan. Suara tangis bayi menyambut mereka berdua ketika mulai melangkah masuk ke dalam rumah itu, dan pemandangan yang tersaji
Read more
36. Pria Baik
Semua kalimat yang Esme ucapkan benar-benar mengiris hati Lena. Hatinya berdenyut-denyut nyeri."Kenapa kau berkata seolah akulah penjahatnya?" cicit Lena dengan nada suara yang kembali rendah tanpa sekalipun terselip nada sinis seperti sebelum-sebelumya."Sepertinya tanpa aku mengatakannya pun, jauh sebelumnya kau sudah sangat menyadari kalau kebencianmu pada Oliver sudah tak sesuai porsinya. Sedari awal kau sadar kalau kebencianmu sudah sangat berlebihan."Lena tak menjawab."Kenapa Lena? Apa sikap berlebihanmu itu karena kau ingin menyembunyikan perasaan iba, rasa peduli dan segala kekaguman yang tak sengaja hadir karena kau terbiasa hidup berdua dengan Oliver? Apa tanpa sadar kau mulai nyaman dan menyayangi Oliver tapi kau enggan mengakui perasaan itu karena kau harus fokus membencinya?" Cecar Esme tanpa sekalipun memberikan jeda untuk Lena bisa menjawab.Lagi-lagi sindiran tajam yang Esme layangkan seperti sebuah anak panah yang lang
Read more
37. Pusat Dunia Oliver
"Boleh aku memelukmu?" tanya Lena meminta izin.Mendengar Lena yang tiba-tiba bertanya seperti itu, membuat Oliver terkesima untuk beberapa saat, sebelum kemudian tersadar dan buru-buru menganggukan kepalanya dengan semangat."Tentu saja," jawabnya dan dengan senang hati membuka tangannya lebar-lebar untuk menyambut Lena.Perlahan, Lena pun beringsut mendekat. Dia membaringkan kepalanya di lengan Oliver, sementara tubuhnya merapat untuk memeluk erat suaminya itu."Entah kenapa hal ini terjadi padaku, tapi Oliver aku suka parfum yang kau pakai hari ini. Aromanya menenangkan dan membuatku mengantuk," gumam Lena sungguh-sungguh seraya menghidu aroma tubuh Oliver sebanyak-banyaknya. Seolah dia ingin menyimpan aroma itu untuk dirinya sendiri.Dengan nyaman, Lena bahkan menenggelamkan wajahnya pada dada Oliver."Padahal aku menggunakan parfum ini sudah sejak lama, kenapa kau baru menyukainya sekarang? Apa ini juga termasuk ngidam yang
Read more
38. Jadi Istri Yang Baik
"Kemarilah," ujar Lena seraya melambaikan tangannya meminta Oliver untuk mendekat."Ada apa?" Oliver berjalan menghampiri Lena sembari mengancingkan jas kerjanya.Lena tak langsung menjawab. Ketika Oliver berdiri dihadapannya, Lena kemudian menaruh kedua tangannya di belakang leher pria itu."Lena?" "Apa? Aku hanya akan memperbaiki dasimu. Kau memakai dasi yang miring, Oliver," jawab Lena akhirnya.Seketika itu pula senyuman lebar pun terbit di wajah Oliver. Kemudian dengan bangga Oliver mengangkat dagunya tinggi-tinggi agar Lena bisa leluasa memperbaiki dasinya."Sudah," ujar Lena tiba-tiba. Hal itu pun membuat Oliver merengut kecewa."Secepat itu?" "Tentu saja. Memangnya kau berharap berapa lama? 3 jam? Bergegaslah pergi bekerja, Oliver. Kau akan terlambat." Dengan cepat Lena meraih lengan Oliver. Dia menggamitnya, memberikan tas kerja, lalu kemudian bergegas mengajak Oliver untuk segera pergi kelu
Read more
39. Pasangan Sebenarnya
"Bolehkah jika aku tidur sambil memelukmu?" tanya Aleah ketika Oliver baru saja selesai memakai piyama dan bersiap untuk tidur."Tentu saja boleh," jawabnya . Dengan send]=0ang hati Oliver berbaring dan merentangkan tangannya agar Lena bisa segera memeluknya.Perlahan Lena beringsut mendekati Oliver dan memeluk pria itu erat-erat. Seperti biasa, dalam posisi seperti ini Lena akan menghidu aroma tubuh suaminya itu sebanyak-banyaknya."Kenaoa kau selalu melakukan hal seperti itu, Lena?""Ya?" Lena mengangkat wajahnya dan menatap Oliver dengan tatapan bingung."Kenapa kau selalu mecium aroma tubuhku tiap kali kita berpelukan? Apa aku masih bau?"Sejenak Lena memandangi wajah Oliver dan buru-buru dia pun kembali menenggelamkan wajahnya di dada Oliver. "Karena aku suka aroma parfum dan juga aroma sabun yang kau pakai.""Tapi sebelumnya kau tak pernah seperti ini. Apa kali ini juga dipengaruhi oleh kehamilanmu?"Lena mengangguk. "Setelah mencium aroma tubuhmu aku jadi tak merasa mual. Aku p
Read more
40. Aroma Oliver
"Kenapa aku tak melihat keberadaan istriku?" tanya Oliver pada seorang maid yang datang menghampiri untuk membereskan sepatu Olive untuk disimpan ke dalam rak sepatu."Nona Blade ada di ruangan anda sejak tadi pagi, tuan."Oliver menaikan sebelah alisnya. "Tumben sekali. Apa ada sesuatu yang dia cari di sana?"Maid itu menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. "Beliau tak mencari apapun di sana. Beliau hanya tetidur di sofa sampil memeluk jas kerja anda yang tertinggal di sana. Baru saja saya datang dari sana untuk mengecek keadaan Nona Blade, ternyata beliau masih tertidur lelap. Tumben sekali tidurnya cukup lama.""Baiklah, terima kasih." Dengan semangat Oliver pun melangkah pergi menuju ruang kerjanya sembari membawa bingkisan makanan yang dia janjikan pada Lena.Senyum bahagia tak henti-hentinya merekah di wajah tampan Oliver. Dan senyuman itu pun kian merekah ketika dirinya masuk ke dalam ruang kerjanya, terlebih ketika melihat pemandangan di mana Lena benar-benar tertidur lelap
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status