All Chapters of JADI JANDA GARA-GARA JANDA: Chapter 51 - Chapter 60
104 Chapters
Bab 51
"Gue punya ide untuk membuat Mama Lo dan Emak gue tidak merestui semua ini," kataku sambil menatap wajah Rojali yang sedang fokus pada benda pipih di tangannya."Rojali! Lo bisa gak dengerin apa kata gue barusan hah?! Gue ini ngomong sama Lo, tapi Lo anggap gue radio butut!" ungkapku berteriak sembari mendekatkan mulut ini pada telinga pria itu.Sontak telinga Jali berdenging tatkala ulahku."Gila Lo! Gak usah deket-deket amat kali! Gue juga bisa denger suara Lo secara jelas! Lo pikir gue budek apa?!" gerutu Jali kesal."Sini gue bisikin ide gue," ungkapku sambil berbisik pada telinga Jali, sengaja ngomongnya di bisikin biar pembaca kagak tau kalau rencana kita apa. Soalnya kalau tau sekarang kagak seru lagi."Bagus juga ide Lo! Gimana kalau kita coba saja sekarang, siapa tau manjur," sahut Jali setuju."Beres bos," kataku sembari mengacungkan jempol tanda setuju.Hujan deras pun mulai terhenti, akhirnya Jali mengantarkanku untuk pulang. "Assalamualaikum Mak," seruku pada Emak ketika
Read more
Bab 52
"Dian makan bakso dulu yuk, aku lagi pengen nih. Entar aku yang traktir deh," ajak Alina tatkala aku sedang menunggu pelangganku."Tapi Lin gue 'kan sedang jagain gerobak cilok gue, entar kalau ada yang beli gimana?""Lo tinggal titipin dulu aja sama tukang tukang yang di sana, lagian cuma bentar kok. Gue pengen banget bakso gak tau kenapa. Mau ya mau," rengek ya memaksa.Aduh gimana ya, mana mungkin juga aku nolak, perut lumayan paper juga. Apalagi di traktir siapa yang akan berani nolak."Boleh deh, tapi aku mau nitipin dulu gerobak cilok aku sama tukang rujak. Lo bisa tungguin dulu 'kan?" "Beres, aku tunggu disini," ungkap Alina sumringah tatkala aku menyetujuinya.Aku melangkah untuk menghampiri tukang rujak yang berada tak jauh dari gerobak cilok, berencana akan menitipkan gerobak ini beberapa jam kedepan. Semoga gak lama deh."Yuk pergi," ajakku sembari melenggang mencari tukang bakso terdekat.Setelah beberapa menit berlalu akhirnya kami menemukan tukang bakso yang biasa kami
Read more
Bab 53
"Iya memang gue tunangan Jali, tapi semua itu lantaran keterpaksaan… Bukan mau gue Al," ucapku jelas terdengar di telinga Alina.Kedua bola mata wanita itu terbelalak sembari membekap Mulut dengan kedua tangan. Alina tak percaya dengan keadaan ini, ternyata kecurigaanku selama ini memang benar bahwa Jali telah bertunangan denganku.Alina menggeleng-gelengkan kepala tak percaya,"Terus kenapa kamu tidak jujur padaku selama ini Dia? Kamu sedang menutupi semua itu dariku? Kamu jahat Dian! Kamu jahat!... Mulai dari hari ini kita bukan sahabat lagi," sahut Alina.Air mata sahabat yang kini selalu baik padaku luruh membasahi pipinya yang cantik itu. Matanya yang berbinar berubah menatapku begitu nyalang dengan amarah yang telah meluap-luap."Al gue sudah bilang! Gue terpaksa melakukan ini! Gue terpaksa harus menerima lamaran dari Jali sebab gue…""Bacot! Aku tidak percaya itu. Ku pikir kamu sahabat yang akan selalu berada disampingku untuk selalu membantuku nyatanya apa! Kamu tak lain adalah
Read more
Bab 54
"Lo pikir gampang memutuskan hubungan kita ini, gue rasa sangat susah, apalagi hubungannya dengan Mama… gue cuma mau ngasih tau aja, kalau seandainya satu kali Mama kecewa dengan orang orang itu, maka 1000 cara pun dia tidak akan pernah memaafkannya, jadi Lo pikir-pikir dulu kalau mau memutuskan hubungan ini," ungkap Jali memberitahu. "Bukan maksud gue untuk menakuti, hanya saja memang itulah kenyataannya. Mama gue beda dari yang lain, bisa saja Emak dipecat dari pekerjaannya gara-gara ini… gue hanya kasihan melihat Emak," ulang lagi Rojali.Mendengar ungkapan demi ungkapkan yang dibicarakan oleh Rojali membuat pikiran ini semakin bimbang dan entah harus bagaimana."Terus kita mau gimana lagi, gue gak bisa mempertahankan ini semua kalau Alina marah sama gue. Jujur aja gue merasa bersalah telah mengganggu ketengan Lo dan Alina. Dan menjadi terganggu dengan adanya gue," sahutku sembari tak kuasa menahan air mata yang memaksa turun tanpa permisi.Dunia ku rasanya gelap tatkala diri ini
Read more
Bab 55
"Ada apa sih Dian, kamu mau nanyain apa? Aku sedang sibuk banget banyak kerjaan," papar Haris tatkala Dian ingin mengajaknya bertemu.Pria itu nampak cemberut dan sepertinya tak ada gurat rindu walaupun telah lama tidak bertemu."Akhir-akhir ini aku merasa ada yang berbeda di antara kita, kamu seperti menjauh begitu saja. Apakah kamu ingin mengakhiri hubungan ini Haris?" tanyaku serius menatap wajah yang tak terdapat senyuman sama sekali."Diandra aku sibuk, aku banyak kerjaan. Bisa gak kamu jangan bahas ini lagi," sahut Haris.Wajah Haris datar sekali, tak ada senyuman ramah bahkan pelukan hangat seperti baru pertama kenal dan bertemu. Jangan-jangan yang di katakan Jali ada benarnya kalau Haris akan menikah dengan Bu Janita. Mungkin kalau aku tanyakan sekarang boleh juga, lagi pula hatiku sudah merinta-ronta dengan rasa penasaran ini."Boleh aku tanya sesuatu?" kataku sembari menatap mata yang sering ku rindukan.Akan tetapi tetap saja matanya beralih pada arah lain, seolah-olah Haris
Read more
Bab 56
Dian Lo mau ikut gak ke kondangan?! Payah jam 8 pagi Lo masih tidur! Cepet bangun," gerutu Emak sembari menyibakkan selimut yang saat ini masih menggulung tubuhku.Mataku perlahan terbuka, terlalu malam aku tidur jadi sekarang susah untuk bangun."Kondangan siapa Mak?" tanyaku sembari menggeliat dan mengucek mata."Masa Lo lupa sih, sekarang pernikahan Bu Janita, calon mertua Lo."Mataku membulat sembari memandang jam didinding. Oh Tuhan mengapa aku bisa lupa. Langsung saja ku bangkit dari pembaringan dan gegas segera mandi, "Mak tungguin Dian," teriakku sembari mengambil handuk yang tergantung di pintu.Mandi pun telah usai, tak lupa ku mencari baju dalam lemari, walaupun bukan memakai baju brokat atau sejenisnya, akan tetapi aku lebih percaya diri dengan memakai baju alakadarnya yang membuatku nyaman."Ayo Mak kita pergi," ajakku pada Emak yang masih terpaku menatapku begitu heran.Mata Emak melirik ke bawah, lalu melirik juga ke atas, ia memperhatikan baju yang melekat di tubuhku
Read more
Bab 57
"Auww," jeritku menggelegar. Semua para undangan pandangan yang datang berpusat pada kediamanku yang saat ini masih terbengkalai dengan baju yang Kumal dan kotor."Apa yang terjadi?" tanya Bu Janita sungguh terkejut melihatku.Ia berusaha membantuku untuk membangunkan, "Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanyanya sambil mencermati badanku yang saat ini telah kotor."Saya tidak apa-apa Tante."Aku bangkit di bantu oleh Bu Janita, wanita setengah baya itu nampak cantik mengenakan gaun pengantin di hari pernikahannya dengan warna serba putih, menambah kecantikannya semakin terpancar."Kenapa Tante ada disini?" tanyaku.Bu Janita menghela nafasnya begitu lega tatkala melihatku tidak ada yang luka."Suara jeritan kamu sampai terdengar ke depan, Tante takut sekali kamu kenapa-napa… sebenarnya ada apa ini?" tanya Bu Janita mengarah pada kediaman Bude Meri.Kakak perempuannya yang saat ini terpaku, sembari menatapku dengan begitu puas tatkala aku tersungkur di karenakan oleh ulahnya."Bude Meri Tante
Read more
Bab 58
"Sudah selesai," ucap Mbak Dinda yang telah merias wajahku barusan. Tangannya begitu ajaib dengan lincah mendandaniku dengan begitu cantik, ia merubah wajahku secara sempurna. "Sekarang pakai sepatu kaca ini, dan coba melenggang kangkung, agar langkahnya terlihat cantik," ungkap Mbak Dinda sembari memperagakan."Mbak gak salah apa ngasih sepatu ke sepatu kaca sih, gimana kalau nanti aku jadi sundel bolong.""Loh kok sundel bolong sih, perasaan sepatu kaca yang pake cinderella Mbak," sahut Mbak Dinda sembari mengernyitkan dahi.Kini aku keluar dari kamar Bu Janita dengan mengenakan dres elegan berwarna serba putih dan juga jepit pita di kepala sebelah kiri, tak lupa juga aku menguraikan rambutku yang panjangnya sepinggang. Sesuai dengan arahan Mbak Dinda tadi, aku harus melenggang kangkung, agar langkah kakiku terlihat lebih cantik sama dengan wajahku yang memukau.Beberapa orang memandangku, melihat takjub akan kecantikan yang terpancar."Eh Ceu Odah, itu siapa kok cantik banget ya,
Read more
Bab 59
Tatkala Haris telah melenggang pergi ternyata kini aku dikejutkan dengan kedatangan Rojali. Wajahku langsung saja gelisah, gimana kalau dia tau bahwa barusan aku tak sengaja bertemu dengan Haris."Ngapain Lo disitu?" tanya Jali heran sembari melirik sebelah kanan dan kiri."Bukan urusan Lo!" jawabku simple. Aku hendak pergi untuk masuk dalam toilet akan tetapi dengan cekatan tangan Jali memegangi tanganku, menahan agar aku tidak pergi."Tunggu! Jelas banget itu urusan gue dong! Soalnya Lo terlihat aneh begitu, berdiri sendiri disini sambil wajah gelisah… pasti Lo sedang merencanakan sesuatu 'kan?" tebaknya sembari mendongakkan wajah."Maksud Lo apa nuduh gue sembarangan kayak gini! Gue gak terima!" aku membantah semua tuduhan yang dilayangkan Jali.Dia cowok tapi bibirnya dower banget lebih persis dengan bibir ceu Odah, atau jangan-jangan dia anak kandung Ceu Odah lagi."Udah ah lepaskan tangan gue! Gue mau masuk dalam toilet!" sentakku sembari mencoba menepiskan tangan yang saat itu
Read more
Bab 60
"Hahahah."Tawaku begitu terbahak, aku tak hentinya menertawakan tingkah lelaki itu yang sangat amat ketakutan. akan tetapi setelah kuperhatikan tiba-tiba saja wajah Jali memerah dan sekujur tubuhnya bintik-bintik merah. Dan alangkah aku semakin terkejut tatkala melihat pria itu jatuh pingsan."Rojali," seruku sembari mata ini membulat, heran dan juga panik bercampur menjadi satu."Rojali!" seru bude Meri panik tatkala melihat keponakannya tak sadarkan diri. Bude Meri segera menghampiri Jali yang terbaring lemah di lantai sedangkan aku masih berdiri dengan merasakan kepanikan. "Jali, bangun Nak, ini bude. Sayang kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Bude Meri tatakala mengguncang-guncangkan tubuh keponakannya itu.Serempak hanya ada di dalam ruangan, Bude Meri kini menoleh ke arahku, "Apa yang kamu lakukan pada Jali, Diandra?!" cerca Bude Meri dengan tatapan yang begitu tajam."Aku tidak melakukan apapun, tadi aku hanya melemparkan cicak pada bajunya," ungkapku lirih."Apa cicak?!" Bude M
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status