Semua Bab Dosen Dingin itu Suamiku: Bab 11 - Bab 20
39 Bab
Bab 11
Bab 11"Syaratnya, selama kita hidup mandiri, kita harus menjalani hari-hari layaknya suami istri pada umumnya." Arumi mulai menyampaikan syaratnya."Ya nggak bisa gitu dong ... kan saya ajak kamu tinggal terpisah dari orang tua supaya kita bisa terbebas dari sandiwara, Arumi!" Ibrahim membalas cepat, mengingatkan tujuan awal mereka."Dengerin dulu, Mas, mangkanya ...." Arumi mengerlingkan mata kesal."Mas tenang aja, Arumi nggak akan meminta Mas melaksanakan kewajiban dengan memenuhi nafkah batin dalam tanda kutip, kecuali Mas benar-benar sudah siap. Karena Arumi menghargai privasi dan keputusan Mas Ibra. Dalam hal ini, Arumi akan memaklumi.Tapi ... Arumi mau, kita menjalani hidup layaknya suami istri pada umumnya. Pertama, kita wajib tidur satu kamar, satu ranjang, bila perlu satu bantal.""Rum!" Ibrahim memperingati."Bercanda, Mas ... Arumi hanya minta satu kamar dan satu ranjang, nggak ada ceritanya Mas tidur di sofa atau tempat lainnya." Arumi menjelaskan poin pertama dari perj
Baca selengkapnya
Bab 12
Bab 12"Mas ... menurut Mas bagaimana hukumnya, seseorang yang memahami hukum agama, namun enggan menjalankannya? Misal, Arumi tahu, hukum birrul walidain itu wajib, tapi Arumi memilih untuk durhaka?" tanya Arumi saat mereka baru saja memasuki mobil untuk segera melakukan perjalanan pulang."Ya dosa." Ibrahim menjawab dengan jawaban yang singkat, padat dan jelas."Apa itu artinya sama halnya dengan Mas Ibra yang paham bahwa ada perintah untuk seorang suami menanam benih di rahim istrinya dalam Al Qur'an, namun Mas enggan melakukannya?" Arumi membalikkan pertanyaan dengan penjelasan yang ia dapat dari suaminya sendiri saat di kelas tadi. Pembahasan tentang tafsir surah Al Baqarah ayat 233 tentang Al Qur'an yang mengumpamakan seorang istri adalah ladang untuk suaminya bercocok tanam."Nisaa'ukum hartsul lakum, fa'tuu hartsakum anna syi'tum.Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki." A
Baca selengkapnya
Bab 13
Bab 13Surat Perjanjian Suami IstriSaya, Ibrahim Moalvic, yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan, bahwasannya saya bersedia, melaksanakan poin-poin di bawah ini, dan menerima hukuman apabila melakukan pelanggaran.Di antaranya; 1. Menjalankan tugas saya sebagai suami dengan semestinya, ex: tidur di ruangan yang sama dengan istri saya, Arumi Hayfa Hasan, saling terbuka dan menghargai, saling menjaga perasaan dan tidak saling menyakiti, saling menjaga marwah dan kehormatan satu sama lain. 2. Melaksanakan kewajiban memberikan nafkah lahir dan batin, lahir dalam makna finansial, dan batin dalam makna menjamin kesejahteraan dan ketentraman hati. 3. Menghabiskan waktu lebih banyak bersama istri, ex: makan bersama istri, menghabiskan hari libur di rumah bersama istri, mengantar istri belanja seminggu sekali. 4. Memperlakukan istri dengan baik, ex: mencium kening istri minimal sehari 7 kali, setiap selepas shalat wajib dan ketika hendak be
Baca selengkapnya
Bab 14
Bab 14"Syarat Mas Ibra ini cukup berat, aku nggak bisa mengabulkannya begitu saja, jelas hal itu akan menghalangi rencanaku untuk segera mendapatkan benih Mas Ibra. Bagaimana mungkin dia akan tertarik untuk menyentuhku jika aku berpakaian tertutup setiap bersamanya? Rasanya tidur satu ranjang pun akan percuma jika penampilanku tak dapat mengundang syahwatnya." Arumi menimbang dalam hati."Mas, sepertinya Arumi nggak setuju dengan syarat kedua," ucap Arumi setelah beberapa saat."Memangnya kenapa?""Saya orangnya gerahan, Mas, nggak bisa tidur kalau nggak pakai baju tidur." Arumi mulai beralasan."Kamu bisa mengenakan piyama tidur berlengan panjang, kan ada? Pasti nyaman lah, sebab baju itu memang didesain khusus untuk tidur. Nggak usah banyak alasan kamu, ya!" Ibrahim memperingati.Arumi mendengus kesal. "Tetep aja,Mas, gerah kalau nggak terbiasa." Arumi pantang menyerah."Di kamar saya ada AC, kamu bisa setting suhunya sesuka hati kamu. Jadi nggak ada alasan lagi untuk alasan gerah,
Baca selengkapnya
Bab 15
Bab 15Mendengar Arumi memekik, seketika Ibrahim menoleh dan raut wajahnya berubah khawatir. Diletakkannya pisau yang sedang digunakannya, kemudian segera mendekati Arumi untuk mengecek lukanya.Diraihnya tangan Arumi yang berdarah, menariknya menuju wastefel kemudian mencucinya di bawah air mengalir, menekan-nekan area yang terluka agar darah keluar membawa bakteri yang mungkin tersisa di area luka."Hati-hati dong, Rum! Kamu sebenarnya bisa masak apa nggak sih?" sembari mengeringkan tangan Arumi menggunakan tissue Ibrahim mengomel.Arumi hanya terdiam, ia tak menyangka bahwa suaminya akan bereaksi demikian. Lelaki yang terlihat datar seperti tembok itu ternyata bisa peduli juga."Mas tahu nggak? tidak semua jari yang terkena pisau itu akibat sang pemilik raga tak pandai memasak. Bahkan, wanita-wanita mesir bisa sampai tak sengaja memotong jari mereka sendiri akibat terpesona oleh ketampanan nabi Yusuf. Kira-kira begitulah yang terjadi pada Arumi, terpesona oleh ketampanan titisan na
Baca selengkapnya
Bab 16
Bab 16Arumi sibuk mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia menggigit ujung jari-jarinya sendiri, pertanda ia sedang gusar, memikirkan hal apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahannya terhadap sang suami."Kamu ceroboh si, Rum! Harusnya kamu lebih hati-hati, tahu sendiri kan suamimu orangnya gimana? Baru juga sehari menikah masa udah bikin masalah aja sih kamu, Rum? Ya ... gimana suamimu bisa jatuh cinta kalau begini caranya? Yang ada dia makin ilfeel sama kamu, Arumi ...!" Arumi sibuk bermonolog. Ia tak henti-hentinya merutuki diri sendiri. Kesalahan yang ia perbuat membuat semua rencananya bubar."Ya Allah ... aku harus gimana ya bersikap ke Mas Ibra? Jujur aku bingung banget ... seandainya Mas Ibra tadi langsung marah dan ngomel-ngomel mungkin aku bisa gunakan jurus pelukan maut seperti di novel-novel romance yang biasa aku baca, dijamin Mas Ibra langsung diam dan tak dapat berkata-kata. Uh romanits banget pastinya.Tapi Mas Ibra? Ah, dia terlalu sabar apa gimana? Dia jawabinnya
Baca selengkapnya
Bab 17
Bab 17"Kok istighfar, Mas? Ada yang salah?" Arumi bertanya seolah ia tengah terheran dengan respon suaminya, bersikap sok polos padahal dalam hati ia bersorak penuh kemenangan, sebab respon sang suami benar-benar sesuai harapan."Arumi ... ganti baju kamu!" titah Ibrahim sembari mengalihkan pandangan dari istrinya."Kok diganti, Mas? Ini kan sudah sesuai perjanjian? Lengan panjang dan celana panjang?" sahut Arumi yang memang sudah menyiapkan jawaban sejak awal."Ya tapi nggak ketat gitu juga, Arumi ...! Itu sama aja kamu nggak pakai baju, lekuk tubuhmu tercetak sempurna. Buruan ganti!" titah Ibrahim dengan sisa kesabarannya.Arumi tersenyum tipis, kemudian berjalan menuju ranjang, dan duduk di sisi suaminya."Maaf, ya, Mas ... Arumi punyanya ini, baju tidur Arumi semuanya pendek, set babydoll pendek, dan piyama tidur seperti yang Arumi pakai kemarin malam, Arumi nggak punya baju tidur panjang, karena emang nggak terbiasa make piyama panjang," jelas Arumi di sisi suaminya.Ibrahim men
Baca selengkapnya
Bab 18
Bab 18Setelah Arumi terlihat tenang dan tak bergerak-gerak lagi, Ibrahim kembali memberanikan diri untuk memandangnya. Mengamati setiap detail dari lekukan tubuh Arumi yang tercetak jelas akibat pakaian ketat yang dikenakannya."MasyaAllah, sungguh Arumi merupakan manifestasi keindahan wanita yang begitu nyata. Paras cantiknya, tubuh indahnya nan berisi membuat jiwa binatangku meronta.Sepertinya dia sudah tidur, mungkin sedikit menyentuh atau memeluknya dalam kondisi tak sadarkan diri tak kan membuatnya terhanyut dalam perasaan terhadapku. Dengan begitu semua akan aman. Aku juga tidak akan melakukan hal-hal yang melampaui batas. Hanya sekedar memeluk tak akan merusak Arumi, toh dia halal bagiku. Aku akan tetap mempertahankan mahkota kebanggaannya untuk diberikan kepada lelaki yang benar-benar tepat, lelaki yang akan mendampinginya hingga akhir hayat. Setidaknya aku berhak melakukan ini untuk meredam syahwatku. Bismillah ...." Ibrahim bergumam dalam hati.Kemudian dengan gerakan yan
Baca selengkapnya
Bab 19
Bab 19"Kenapa murung begitu mukanya?" Ibrahim menyambut kedatangan Arumi dengan pertanyaan."Arumi datang bulan, Mas ...." Arumi terduduk sedih di tepi ranjang."Oh, ya sudah, saya shalat dulu kalau begitu." Ibrahim menyahut datar, seolah sama sekali tak peduli dengan kesedihan Arumi.Arumi menghembuskan nafasnya, memandang suami yang tengah menghamba pada Rabbnya. "Harusnya aku berada di belakang Mas Ibra untuk shalat shubuh berjamaah, tapi justru tamu tak diundang ini datang.Ya Allah ... harusnya aku nggak boleh begini, biar bagaimana pun ini adalah kodratku sebagai seorang wanita.Hanya saja sangat disayangkan, kenapa dia harus datang di saat perjuanganku untuk menaklukkan hati Mas Ibra baru saja dimulai, sementara selama ini kunanti-nantikan ia tak kunjung datang.Semoga saja tubuh ini bisa diajak kompromi, supaya nggak ngerepotin Mas Ibra." Arumi bergumam dalam hati, kemudian berjalan mengambil pembalut dan bertolak kembali ke kamar mandi.Sementara di sisi lain, Ibrahim yang b
Baca selengkapnya
Bab 20
BAB 20Arumi meringis, "dibahas kapan-kapan aja ya, Mas ... perut Arumi sakit banget," ucap Arumi seraya semakin meringkukkan tubuhnya.Ibrahim menghembuskan nafas, "ya sudah, sebaiknya kamu istirahat saja, supaya nggak semakin sakit. Kamu butuh sesuatu?" tanya Ibrahim, ia sangat berempati melihat kondisi istrinya."Iya, Mas.""Apa itu? Coba katakan!" pinta Ibrahim."Pelukan, Mas," sahut Arumi seketika membuat sang suami melirik sinis ke arahnya."Modus kamu, Rum!" balas Ibrahim seraya menggelengkan kepala."Mas ...." Arumi memanggil manja."Apa lagi?!""Arumi lagi sakit loh, Mas ... kok tega sih bicara ketus gitu?" ucap Arumi dengan suara yang masih terdengar lemah."Mau kamu sakit, mau kamu sehat, saya ya tetap saya, ya beginilah saya. Nggak akan ada yang berubah. Jangan pikir saya akan termakan rayuanmu!" balas Ibrahim teguh pendirian.Arumi mencebik, kemudian lebih memilih diam, berdebat dengan Ibrahim hanya menambah rasa sakit yang dirasakannya.Sementara Ibrahim, ia mulai sibuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status