Semua Bab Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Bab 41 - Bab 50
112 Bab
41. Diminta Menikahi
Telapak tangan lebar telah terulur meskipun Aresha belum bersetuju. Rasanya segan dan salah tingkah jika harus menari berdua tanpa pihak lain di antara mereka. Canggung sekali meski rasa hati sangat ingin menyambutnya."Maaf, aku merasa segan," ucap Aresha terus terang. Memandang enggan Herdion yang tatapannya sepeti menghipnotis. Menusuk ke dalam relung jiwa, seakan penyebab raga kehilangan tulang penyangga. Luruh ...."Ini hanya hiburan, Aresha. Jika keberatan, anggap saja tidak gratis," ucap Herdion tegas. Mendadak mengesankan jika pria itu sedang memaksakan inginnya."Bagaimana tidak gratis?" Aresha bertanya dengan bingung. Lebih tercekat lagi, telapak besar itu sudah menyambar hangat tangannya. Sangat hangat dalam genggaman lembut. Herdion telah membawanya ke posisi berdansa. Namun, serta merta pun Aresha merasa rela ...."Akan ada bonus untukmu. Aku sedang butuh teman saat ini, Aresha," ucap Herdion lirih. Tiba-tiba terlihat sebuah beban dalam nada suara dan tatapan matanya. "
Baca selengkapnya
42. Seranjang
Mereka benar-benar tidak saling bicara sama sekali. Kecuali hanya satu kalimat dari Herdion yang meminta agar Aresha segera tidur, bersikap tenang dan tidak perlu menganggapnya ada. Hening menyelimuti ruang kamar dan hanya dengkur Taufiq yang sesekali membahana. Hingga keduanya tertidur lelah sejenak dengan waktu hampir bersamaan.Mereka berdua terjaga saat subuh, juga hampir bersamaan kala kedua ponsel di atas meja berdering silih berganti. Venus hanya bergerak sedikit dan kembali menyambung tidurnya setelah sempat membuka mata dan tersenyum.Ponsel milik Herdion yang sedang berdering segera disambar pemiliknya. Ternyata Hisam yang sudah membuat panggilan pada ponsel Aresha dan miliknya. Lelaki yang baru mendapat musibah pada tempat kerjanya itu ternyata sudah standby di lobi. Mendesak Herdion agar segera menyebut nomor kamar yang sedang mereka pergunakan."Sudah kubilang akan kuantar Venus ke rumah kalian, Hisam," sambut Herdion kesal. Hisam sampai di depan pintu tidak lama setelah
Baca selengkapnya
43. Menolak
Mereka dalam perjalanan menuju ke Pulau Marina."Jika nanti hak asuh Venus sudah totalitas ada pada keluarga Herdion, kalian harus masih mengunjungi dan menginap bersama kami, ya, Aresha ... Venus," ucap mama Nur Fatimah, ibundanya Hisam itu berbicara dengan sedih.Sepanjang jalan, bercerita segalanya pada Aresha. Tentang keterpaksaan yang memilih merelakan Venus pada keluarga besan. Dengan catatan, putra keluarga dari mantan besan bersedia memberi bantuan untuk menutup aib keluarga. Yakni menikahi anak perempuannya, Miana.Bukan bermaksud serakah dan tidak baik. Namun, justru sebaliknya. Selain sama-sama menguntungkan, tetapi juga demi menanggapi keluhan keluarga besan. Di mana dulu si besan seringkali mengeluhkan keadaan putra mereka. Herdion tidak ingin menikah, dia itu mati rasa. Besan ingin sekali anak lelaki menikah, bahkan dengan siapa saja. Asalkan si perempuan tidak memiliki minus dan cacat yang terlalu.Aresha terus menyimak cerita ibundanya Hisam saksama. Rasanya sedih dan
Baca selengkapnya
44. Plan Nikahan
Aresha sedang mengeringkan rambut sambil sebelah tangan memegang botol You C. Minuman bersuplemen dengan kandungan tinggi vitamin c itu sangat menyegarkan diminumnya saat siang. Cuaca tengah hari di Pulau Marina demikian gerah dan terik.Sayup tangis Venus yang melengking memang sudah beberapa kali didengar. Membuatnya tidak tenang dan sangat penasaran. Namun, larangan sang paman membuatnya terus bertahan di dalam kamar saja.Tidak tahan lagi, hatinya bukan robot yang tanpa rasa dan iba. Tangisan Venus kembali menggema. Aresha keluar kamar dengan riasan tipis mempesona yang kian melukis wajah cantiknya. "Venus, ada apa nangis terus?" Aresha hampir bertabrakan dengan Siti Yasmin di ruang tengah."Aresha, kamu sudah selesai mandi? Syahfiq bilang kamu tidak enak badan, benar?" Siti Yasmin memberondong Aresha dengan tanyanya."Eh ... iya, Bu. Maaf jika lama," sahut Aresha terpaksa membenarkan. Tidak paham apa maksud Herdion mengatakan hal itu. Bukankah justru dia yang sedang kurang sehat
Baca selengkapnya
45. Godaan
Keluarga Hisam diletak di rumah kesenian oleh keluarga tuan rumah. Mereka berencana menginap selama satu minggu. Termasuk sudah dalam acara pertunangan antara Miana dan Herdion yang rencana akan diselenggarakan di salah satu hotel di Pantai Marina secepatnya. Yang kemungkinan milik Syahfiq Herdion sendiri.Aresha sedang mematut diri di cermin dan menyisir rambut untuk kesekian banyak kali. Bibir indahnya tampak lebih merekah dengan warna lipstik merah cerah. Bayang pantul di cermin telah mewujudkan sosok jelita yang mempesona.CeklerkAresha sedang melepas jepit rambut yang tidak jadi dipakai saat pintu terbuka. Meletak di meja sambil memandang Herdion di cermin yang sedang memandangnya. Pria itu memasuki jantung kamar dan mendekatinya di meja rias."Apa merasa gembira akan pergi dengan keluarga Hisam Ardan?" Herdion telah berdiri tegak di belakangnya. Mereka berdiri menghadap meja rias dan saling berpandangan di pantul cermin."Apa ada alasanku menolak? Ibumulah yang menginginkanku i
Baca selengkapnya
46. Godaan Calon Istri
Tubuh tegap itu mematung di tempat dan seperti mengunci ke dalam bumi. Hanya nafas tertahan sejenak yang kemudian dihempas keras dari dalam dadanya. Matanya berkilat tajam mengawasi.Miana dengan baju mini telah berdiri di depannya. Kini mengulur tangan dan mengalungkan di leher dengan sangat genit dan berani. Pandangan matanya menggoda disertai senyuman sangat manja."Apa yang kamu lakukan, Miana?" Herdion bertanya kaku dan membiarkan sikap wanita itu padanya. Menyentuh sekeliling kulit lehernya dengan tangan Miana yang halus."Menghibur calon suamiku. Aku tidak ingin lelaki yang akan menikahiku terjerumus dalam perselingkuhan," sahut Miana dengan senyuman yang sinis."Apa maksud kamu?" Herdion bersuara dingin dengan pandangan tajam pada Miana. Lekuk tubuh indah dan mulus dengan belahan dada sangat dalam sama sekali tidak mengganggu fokus tatapan matanya."Aku melihatmu di kamar pengasuh Venus sebelum mereka berangkat. Apa kalian sudah memiliki hubungan gelap?" Miana memicing mata den
Baca selengkapnya
47. Menjauh Pergi
Nafas panjangnya terasa sesak dan terengah. Menyandar tampak resah di daun pintu kamar Venus. Pemandangan menggiurkan di balik pintu baru saja menyapa kedua mata tak sengaja. Membuatnya memilih rela untuk berbalik dan segera menyingkir keluar dari dalam.Memang salah sendiri dan itu disengaja. Masuk begitu saja ke dalam kamar tanpa memberikan aba dan ketukan sebelumnya. Sementara gadis penghuni kamar yang menemani keponakan, sedang tidak berpakaian lengkap saat bertukar baju di depan almari. Membuat mata Herdion sempat khilaf sebelum mendapat jerit dan pekik kejut dari Aresha."Ada apa denganmu, Syahfiq?" Suara Siti Yasmin tiba-tiba menegur bersama hadir sosoknya. Sang mama baru muncul dari pintu dapur dan menghampiri kamar Venus. Sangat terkejut mendapati Syahfiq yang terlihat pias di sana."Eh, Ma. Tidak ...," sahut Herdion tampak gugup di depan mamanya. Lelaki itu tidak terbiasa berbohong pada wanita yang telah berjasa melahirkannya ke dunia dengan sempurna."Ada apa? Kamu tidak h
Baca selengkapnya
48. Dilarang Datang
Pria gagah atletis itu berbau wangi sabun, bukan harum aroma parfum. Tercium semilir bersama hembus angin yang tercipta sebab hempas tubuhnya saat berjongkok duduk di depan Aresha dan Venus. Semerbak di hidung menggelitik rasa di dada Aresha yang berdebar."Venus, sampai bertemu lagi besok malam. Apa kau akan merindukanku?" tanya Herdion pada Venus dengan senyum hangat dan pandangan mata yang teduh. Bayi itu merespon dengan melonjak dan lebar tersenyum. Seketika membuat ketegangan yang Aresha rasa pun melebur."Pak Syahfiq kapan kembali ke sini?" tanya Aresha menyela. Tidak tahan menyimpan rasa penasaran. Pandangan Herdion berlabuh redup di wajahnya."Apa kamu berharap aku cepat kembali? Kamu tidak keberatan jika aku kembali masuk ke kamar keponakanku sesuka hatiku?" Herdion bartanya lirih sambil melirik ke arah Siti Yasmin di teras.Aresha tercekat dan bungkam. Dalam hati telah mengumpati Herdion dengan perasaan sangat kesal. Lelaki yang tidak disangka akan sikap dan tingkahnya. Sem
Baca selengkapnya
49. Dibawa Siti Yasmin
Mengikutkan kata hati, tidak sudi rasanya menghadiri acara yang dirinya sama sekali tidak memiliki kepentingan. Merasa malas jika harus memandang calon pengantin wanita yang sangatlah menyebalkan. Muak sekali harus melihat senyum palsu dari wanita serigala berbulu domba sebagaimana Miana.Ceklerk!Siti Yasmin muncul di pintu dengan dandanan anggun dan ayu. Berkebaya modern yang sangat serasi dengan usia, perawakan dan kecerahan kulit di wajahnya."Loh, belum siap? Tapi sudah mandi, kan?" Siti Yasmin agak kecewa saat Aresha masih memakai baju tidur tanpa make up."Tadi mau didandani tim riasnya mama, kamu tidak mau ...," keluh Siti Yasmin lagi."Apa mama panggil mereka kembali ke sini, Aresha?" tanya Siti Yasmin lembut. Aresha sedang sibuk memakaikan baju cantik di badan tebal Venus."Tidak perlu, Bu. Apa saya memang harus ikut?" Aresha terlihat sangat enggan. Siti Yasmin memandangnya bingung, menduga jika Aresha sedang kesal dengan anak lelakinya."Aresha, apa kamu sangat kesal pada a
Baca selengkapnya
50. Surprise
"Ehemm ..!"Aresha dan Herdion sama-sama membuang muka saat Hisam sengaja berdehem pada mereka.Herdion kembali melanjutkan makan dengan tenang tanpa merasa berbuat kesalahan sedikit pun. Sedang Aresha terlihat canggung dan gugup. Namun, sebagian orang di sana menganggap gadis itu salah tingkah sebab diminta berdansa dengan Hisam."Itu ide yang sangat bagus. Kurasa Hisam dan Aresha akan menjadi pasangan dansa yang serasi. Prianya sangat gagah dan tampan, wanitanya demikian menarik dan jelita. Mereka akan menjadi pengiring Herdion dan Miana yang sepadan." Pak Yunus Herdion yang terus menyimak dengan saksama berkomentar.Maka disepakati jugalah akhirnya. Aresha dan Hisam wajib turun mengiringi Miana dan Herdion saat dansa. Hal itu disambut antusias oleh Nur Fatimah. Hisam pun menyanggupi dengan wajah sangat cerah."Permisi ....Selamat malam, Pak!" Seorang lelaki pegawai hotel datang menghampiri Herdion dengan sopan."Ada apa, Ari?" tanya Herdion menyambut. Sedikit menoleh pada Ari yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status