Semua Bab MAAF, AKU SELINGKUHAN SUAMIMU, MBAK: Bab 11 - Bab 20
47 Bab
BERJUANG
“Maaf, aku enggak bisa, Mas.” Rena menunduk menimang-nimang kembali apakah jawaban itu tepat dengan kata hatinya. Bukannya tak mau memberikan yang terbaik untuk anaknya, tapi kembali pada Danu baginya hanya mengulang kesalahan sama yang bisa saja berakhir lebih menyakitkan “Kamu egois, Ren, kamu hanya memikirkan perasaanmu sendiri. Kamu adalah orang yang paling bersalah jika nanti terjadi hal-hal buruk pada Hana dan Hafiz.” Rena tersenyum kecut mendengar perkataan Danu yang selalu menyudutkannya. Malas berdebat Rena memutuskan keluar dari kamar tempat Hana dirawat dan memilih duduk sebuah bangku panjang di depan ruangan. Jika saja tak memikirkan kedua anaknya yang masih membutuhkan sosok ibu, Rena bisa saja pergi sejauh-jauhnya agak tak lagi bertemu lelaki tak tahu diri yang selalu menyalahkannya dengan semua yang terjadi pada mereka.“Mama ...” panggil Hafiz yang tiba-tiba sudah berdiri disampingnya, Rena tahu jika anak itu terganggu dengan perdebatan orang tuanya meski sudah beru
Baca selengkapnya
HARI SIAL
“Gimana Danu?” tanya Bu Septi mendekati putrinya yang sedang sibuk berkutat dengan kertas-kertas yang berserakan dihadapannya.“Gimana apanya, Ma? Ya enggak gimana-gimana,” jawab Vani santai.Selang beberapa minggu setelah keluar dari rumah sakit, kesehatan Vani memang sudah benar-benar pulih. Sekarang ia sudah siap menjalani masa depan dengan mulai mencari kerja untuk sedikit melupakan semua hal buruk yang kemarin menimpanya. Meski rencana pernikahannya dengan Danu belum menemui titik terang, tapi Ibunya terus saja menanyakannya hingga membuatnya sedikit pusing.“Kalo kamu enggak segera bertindak, biar Ibu yang bertindak sendiri. Benar-benar keterlaluan si Danu, mentang-mentang anaknya udah enggak ada, main tinggal begitu saja. Pasti semua ini gara Vani!” “Jangan begitu, Ma, Mbak Rena kan sudah resmi bercerai dengan Mas Danu, jadi mereka sudah enggak ada hubungan apa-apa,” Vani mencoba menenangkan Ibunya.“Pasti dia kepingin rujuk lagi, buktinya waktu anaknya di rumah sakit, dia en
Baca selengkapnya
PERTEMUAN
Rena sedang sibuk berkutat dengan penggorengan saat anaknya yang sedang menonton televisi tiba-tiba riuh dan terdengar sedang berbicara dengan seseorang. Ia meninggalkan aktivitasnya lalu memutuskan mengecek sebentar siapa yang datang.“Papa datang, Ma,” ucap Hana yang sudah bergelayut manja pada Danu. Di sampingnya, Hafiz sedang sibuk menikmati martabak manis yang dibawa oleh Danu.Rena hanya mengangguk lalu kembali menuju dapur. Sebenarnya ia sebal dengan Danu yang sering tiba-tiba datang dan seenaknya saja langsung masuk rumah. Meski sudah tahu lelaki itu datang untuk anaknya, paling tidak Danu juga harus menghormati Rena sebagai mantan istrinya. Ia takut para tetangga menganggap keduanya masih bebas tinggal bersama padahal sudah tak berstatus suami istri.“Lain kali kalo mau datang telepon dulu, kita bisa bertemu diluar atau meminta Shela dan Bela untuk datang,” ucap Rena setelah ia selesai memasak.“Kenapa? Takut Hendri marah?”“Kok Hendri? Aku cuma takut para tetangga salah paha
Baca selengkapnya
PERTEMUAN 2
“Woy, ngapain kamu mondar-mandir gitu? Kayak ayam mau bertelor aja,” pekik Bela yang sedari tadi memperhatikan Rena yang terlihat gelisah.Semenjak kejadian Hana dan Hafiz kabur, pikiran Rena memang tak bisa tenang sedikit pun. Sudah tiga hari berlalu tapi seseorang yang ia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Bukan karena rindu ingin bertemu, Rena merasa ia perlu bicara dengan lelaki itu karena secara tidak langsung lelaki itu telah dekat dengan Hafiz setelah anak itu mengakui jika Huda adalah lelaki yang sering ditemuinya saat bolos sekolah dulu. Belum lagi masalah ganti rugi kerusakan motor yang tak sengaja ia tabrak tempo hari, mau tak mau ikut menambah beban pikiran Rena.“Aku mau cari cowok itu di mana ya, Bel?” tanya Rena serius.“Kamu yakin mau nyari cowok itu? Tampangnya aja serem gitu, apa enggak cari mati namanya?” “Itulah masalahnya, aku takutnya dia terlalu dekat sama Hafiz terus mencekoki pikiran yang
Baca selengkapnya
RENCANA
Hendri mencekal tangan Rena saat wanita itu hanya berjalan melewatinya saat ia mencegatnya di depan tempat kerjanya. Hatinya terus terasa panas setelah ia memergoki wanita yang menjadi incarannya tengah duduk bersama lelaki lain. Ia merasa jalannya untuk merebut hati Rena semakin sulit karena saingannya sekarang bukan hanya Danu.“Makan sama siapa tadi siang?” tanya Hendri ketus.“Lepas, malu dilihat orang!” Rena mendelik tajam seraya berusaha melepaskan tangannya.“Siapa lelaki itu?” “Oh, itu orang yang nolongin Hafiz dan Hana kemarin,” jawab Rena santai.“Akrab banget!” sindir Hendri.“Ya namanya sedang berterima kasih ya harus dengan cara baik. Ada yang salah?” Rena berbicara sesantai mungkin.“Dia menemui kamu di sini untuk meminta kamu berterima kasih, gitu? Apa enggak kebalik?”“Kamu kenapa, sih?” Rena mulai sebal dengan pembicaraan Hendri yang mulai ngelantur. Jika saja mereka sedang tak berada di depan kantor dan di tepi jalan, ingin rasanya Rena mendebatnya seperti biasa.“A
Baca selengkapnya
MENGEJUTKAN 1
Danu menjambak rambutnya seraya mengembuskan nafas kasar saat ia tak sengaja melihat beberapa barang yang berderet di meja ruang tamu rumahnya. Parsel seserahan dalam wadah bertutup mika telah dihias cantik dan siap dibawa saat acara pernikahannya dengan besok. Berbeda dengan pernikahan pertamanya, Danu merasa pernikahan keduanya terasa biasa saja. Tak ada rasa deg-degan atau euforia apa pun yang terasa di hatinya padahal dulu, ia sampai tak bisa tidur dan tak selera makan bahkan sejak seminggu sebelum menikahi Rena.Danu merebahkan badannya berharap bisa segera memejamkan mata. Besok ia akan memenuhi janjinya untuk menikahi Vani, sebuah rencana besar yang berawal dari sebuah kesalahan. Meskipun terpaksa, tapi ini adalah bentuk sebuah tanggung jawab dari ajang coba-cobanya yang membawa petaka.[Ren, aku besok akan menikah, maaf dan terima kasih untuk semuanya. Jangan benci aku, Ren]Danu mengetik pesan dan segera mengirimkannya pada kontak bertuliskan ‘honey’ karena semenjak dulu, ia
Baca selengkapnya
MENGEJUTKAN 2
“Udah mulai belum?” “U-udah ijab qobul barusan.”Rena menyunggingkan senyum, ia memang sengaja datang agak terlambat agar tak terkesan mengacau pada acara itu. “Rena ...!” panggil wanita paruh baya yang tak lain  adalah Budenya, kakak tertua dari ibu tiri serta ibunya Vani.“Bude ...” Rena mengambur ke pelukan yang wajahnya sudah sangat berbeda saat terakhir kali ia bertemu.“Sabar ya, Nduk. Bude enggak nyangka pernikahanmu akan berakhir seperti ini. Bude doakan akan ada lelaki yang beribu-ribu kali lebih baik dan lebih menyayangimu dibanding Danu,” ucap wanita itu.“Iya, Bude. Rena sudah ikhlas kok.” Rena tersenyum lembut. Meski tak pernah merasa dekat, namun ia merasa Bude tirinya itu paling baik dibandingkan saudara lainnya. Benar saja, bak kedatangan artis, suasana yang tadinya tenang kini terdengar riuh saat Rena memasuki rumah. Beberapa orang yang ada di sana terlihat saling be
Baca selengkapnya
CALON
Saat sebuah pasangan tak kunjung memiliki keturunan, wanita adalah makhluk yang paling tersakiti karena di anggap gagal melahirkan pewaris bagi keluarganya. Terkadang ia sampai rela diduakan demi ambisi seorang lelaki yang selalu merasa wanitalah yang paling bertanggung jawab dalam urusan keturunan. Mungkin baru kali ini Rena mendengar seorang lelaki mau mengakui ketidaksempurnaan pada dirinya di hadapan seorang wanita. “Bersyukurlah dia memberimu alasan untuk membencinya, karena akan lebih sakit jika kita berpisah saat masih saling mencintai,” ucap Huda yang entah mengapa tatapannya kini terlihat lembut.“Kalo masih saling mencintai, kenapa tak sama-sama berjuang? Lagi pula masalah anak, kan, bukan kewenangan kita. Selang berapa lama istrimu melangsungkan pernikahan setelah kalian bercerai?” Lagi-lagi Rena bertanya, ternyata memikirkan masalah orang lain bisa sedikit mengalihkan perhatiannya.“Hanya beberapa bulan dan beberapa bulan kemudian ia berhasil hamil sekarang anaknya mungk
Baca selengkapnya
GALAU
Dari balik tirai Vani terus menatap seorang lelaki yang kini tengah menikmati secangkir kopi sembari fokus pada laptop di hadapannya. Ia tersenyum kecil saat menyadari jika lelaki itu kini telah berstatus sebagai suaminya. Lebih dadi setahun menahan sabar karena statusnya yang hanya kekasih gelap, kini semua berubah setelah Danu mengucapkan ijab qobul di depan adiknya sebagai wali nikah dan menjadikannya sebagai istri sah lelaki yang begitu di pujanya.“Mau sarapan sekarang, Mas? Biar aku siapin?” tawar Vani memutuskan mendekati suaminya.“Sebentar lagi,” jawab Danu tanpa menoleh, tetap sibuk dengan game ditangannya.Semenjak pembicaraan tak mengenakkan antara Danu dan Bu Septi, lelaki itu memang sengaja menghindari mama mertuanya. Meski begitu ia tak bisa buru-buru pindah karena rumah yang akan ia tempati dengan Vani, proses pembayarannya belum selesai sepenuhnya.Vani mengembuskan nafas kasar setelah setengah jam berlalu, namun orang yang kini duduk berdampingan hanya terdiam tak me
Baca selengkapnya
JAHANAM
Malam sudah larut saat Hendri merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Kebiasaannya mengonsumsi minuman beralkohol akhir‐akhir ini telah membuat badannya sering sakit. Bukan sebab minumannya tapi ia menjadi sering berurusan dengan orang yang merasa terganggu dengan tindakannya. Beberapa kali ia terlibat baku hantam dengan sesama pengunjung atau diseret paksa oleh pelayan kedai karena ia terus saja meracau yang tentu saja bisa mengganggu pengunjung lainnya.“Arghhh ...!” pekik Hendri sembari meremas rambutnya.Sudah dua kali kepalanya berdarah karena di pukul oleh seseorang yang tak ia kenal karena ia kerap kali berteriak di depan kedai. Sedangkan ia tahu sendiri jika hampir semua orang yang datang ke kedai itu dipengaruhi alkohol yang membuat mereka tak sadar akan tindakannya.Hendri menyalakan ponsel yang langsung menampilkan sebuah gambar seorang wanita yang diambil secara diam-diam. Ia tersenyum sembari membayangkan jika wanita itu sebentar lagi pasti tak akan bisa menolaknya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status