Semua Bab Menikah Kontrak Dengan Mantan Suami: Bab 21 - Bab 30
124 Bab
Kamu Cemburu?
Kedua sudut bibir Melody tertarik ke samping, membentuk senyum miris. Walaupun tidak mengetahui apa tujuan Khaysan dan Rosetta bertemu, ia cukup tahu kalau ternyata keduanya masih berhubungan di belakangnya. Melody segera mengalihkan pandangan sembari menghela napas pelan. Setelah membayar makanannya, ia bergegas pergi dari sana. Namun, salah satu bungkusan makanan yang dibawanya malah tersangkut ujung meja hingga nyaris berantakan di lantai jika tidak buru-buru ia tahan. Seorang wanita paruh baya yang tak sengaja Melody tabrak karena tidak memperhatikan sekitarnya mengomel dengan suara cukup keras. Hal itu tentu saja memicu atensi orang-orang yang berada sana, termasuk Khaysan dan Rosetta. “Saya minta maaf, Bu. Saya tidak sengaja,” ucap Melody sembari menyatukan beberapa bungkusan keresek di satu wadah agar lebih mudah dibawa. Wanita paruh baya yang mengomel itu langsung pergi begitu saja tanpa memedulikan Melody yang masih kesulitan merapikan belanjaannya. Rosetta yang menyadari
Baca selengkapnya
Gara-Gara Terjebak Hujan
“Aku dan Khaysan kembali bersama,” beber Melody tanpa basa-basi setelah mendapat tempat yang cocok untuk mengobrol dengan David. “Ceritanya panjang. Maaf karena aku terkesan menyembunyikannya.” Sebenarnya David hanya menawarkan payung yang dibawanya pada Melody. Namun, Melody ingat dirinya masih memiliki utang penjelasan. Entah kapan lagi mereka dapat bertemu dan berbincang seperti ini. Oleh sebab itu, ia memilih menjelaskannya sekarang juga. Melody tak akan menjelaskan alasan sebenarnya yang membuatnya tidak memiliki pilihan selain kembali bersama Khaysan. David pasti tidak setuju jika mengetahuinya. Sebab, sejak lama lelaki itu sudah memperingatkannya agar tidak terjerumus ke lubang yang sama. “Apa?! Dia memaksamu? Atau mengancammu?” sahut David yang terlihat tak bisa menyembunyikan kekesalannya. “Kalau dia mengintimidasimu selama ini, kenapa kamu tidak mengatakannya padaku? Aku pasti membantumu.” Melody memejamkan matanya sejenak seraya menghela napas pelan. “Aku tahu. Tapi, dia
Baca selengkapnya
Tak Ingin Berakhir
“Aku tidak sengaja bertemu Rosetta di kantin rumah sakit hari itu. Aku sedang menunggu pesanan makanan untuk kita, tapi dia tiba-tiba datang ke mejaku. Tidak mungkin aku langsung mengusirnya,” ucap Khaysan sembari mengeratkan rengkuhannya dan mengecup bahu Melody yang tak tertutup apa pun. Melody mendengus pelan. “Kamu sedang membalikkan kata-kataku semalam? Basi! Sudahlah. Lagipula aku tidak mau tahu urusan kalian! Silakan saja kalau kalian ingin bertemu! Aku tidak peduli!” jawabnya agak sarkas. Khaysan memperlakukan Rosetta sangat baik sampai tidak tega mengusir wanita itu jika yang dikatakan suaminya ini benar. Sedangkan pada dirinya, Khaysan tak ragu melontarkan kata-kata kasar dan pengusiran berulang kali. Melody yang tidak bisa tidur semakin kehilangan kantuknya karena pembahasan yang sebenarnya tidak ingin dirinya dengar. Beberapa hari lalu ia memang kesal karena Khaysan seolah menormalisasi berhubungan dengan Rosetta di belakangnya hingga tak berniat menjelaskan apa pun. Nam
Baca selengkapnya
Kamu Hamil?
[Kamu masih di Puncak, ‘kan? Bisa kita bertemu lagi?] Nama Rosetta terpampang jelas sebagai nama pengirim. Sepertinya tidak mungkin ada pengirim lain selain orang yang sama. Dengus samar lolos dari bibir Melody tanpa sadar. Ternyata kesenangannya hari ini terlalu berlebihan. ‘Tidak sengaja bertemu katanya?’ gumam Melody dalam hati. Melody nyaris mempercayai kata-kata tersebut. Akan tetapi, pesan yang tak sengaja ia baca barusan membuatnya mulai ragu. Jika kedua orang itu memang tidak lagi berhubungan, darimana Rosetta nisa mengetahui kalau Khaysan berada di sini? Melody mulai curiga jangan-jangan sibuknya Khaysan kemarin juga ada hubungannya dengan Rosetta. Sebab, tidak mungkin juga Rosetta mencari tahu sendiri di mana keberadaan Khaysan dan nekat menyusul. Padahal katanya hubungan keduanya sudah berakhir. Seharusnya mereka tak perlu terlalu akrab. Layar ponsel Khaysan sudah kembali berubah gelap. Sebelum benar-benar mati tadi, sekilas terlihat Rosetta mengirim pesan lagi, namun M
Baca selengkapnya
Temani Saja Tunanganmu!
“Tidak mungkin! Aku tidak hamil!” sahut Melody sembari mendorong Khaysan yang ingin menyentuh bahunya. “Kita baru menikah sebulan, aku tidak mungkin hamil!” Dugaan Khaysan menyebabkan pening yang dirasakannya semakin terasa. “Lalu, kalau tidak hamil, kenapa kamu mual-mual dan lemas begini? Kita harus membuktikannya!” tegas Khaysan seraya menggenggam tangan Melody dan hendak menarik wanita itu keluar. Namun, Melody tak mau beranjak dari sana. “Apa yang perlu dibuktikan? Aku tidak hamil! Minggir! Jangan menggangguku!” usir Melody sembari berusaha mengendalikan diri karena pandangannya mulai berkunang-kunang. Sayangnya, keadaannya malah semakin memburuk hingga berakhir pasrah di pelukan Khaysan. “Kamu hamil atau tidak, kita tetap harus ke rumah sakit sekarang!” Karena tak ingin memancing perhatian pengunjung restoran, Khaysan memilih meminta salah satu karyawan restoran yang melintas membantunya melewati pintu belakang. Khaysan meminta Melody menunggu di bangku yang tersedia di belaka
Baca selengkapnya
Ada Hati yang Harus Dijaga
… karena ada hati yang harus aku jaga.” Melody yang tadinya tak ingin mendengar kelanjutan pembicaraan Khaysan dan Rosetta terkejut bukan main. Wanita itu spontan membuka mata dan menoleh ke samping. Sedangkan sang tersangka yang membuatnya terkejut itu malah mengedipkan sebelah matanya. Debar jantung Melody mendadak berubah menggila dalam sekejap. Khaysan memang tidak menyebut nama orang yang lelaki itu maksud maupun ciri-cirinya meski Rosetta sudah meminta. Namun, ia merasa kata-kata tersebut memang ditujukan untuknya. Khaysan sudah mematikan sambungan telepon tersebut ketika Melody hendak menanyakan maksud kata-kata suaminya itu. Padahal Rosetta masih mencecar Khaysan dengan berbagai pertanyaan. Dan tepat di hadapan Melody juga, Khaysan langsung memblokir nomor Rosetta. “Apa yang kamu lakukan?! Aku tidak pernah memintamu melakukan itu!” seru Melody spontan. “Sudahlah, lagipula kalau kalian masih sering berkomunikasi, itu juga bukan urusanku. Tidak perlu sampai memblokir nomornya
Baca selengkapnya
Merasa Ada yang Hilang
“Sekarang sudah malam, tidurlah. Besok kita berangkat pagi-pagi sekali. Jangan sampai kamu drop lagi,” ucap Khaysan tanpa menanggapi pertanyaan Melody sebelumnya. Ia hendak menggandeng lengan istrinya, namun wanita itu malah sengaja menghindar. “Tinggal jawab saja apa susahnya?” balas Melody dengan senyum sinis. “Atau jangan-jangan kamu memang punya alasan terselubung di balik sikap baikmu ini? Sebelumnya saja kamu tidak pernah memedulikan aku.” Tak bisa dipungkiri Melody lebih senang dengan sikap Khaysan yang lebih lembut dan perhatian. Namun, ia takut hal itu malah menjadi bom waktu baginya jika akhirnya kembali menaruh harap, padahal Khaysan tak benar-benar tulus. Melody memang masih bisa menahan diri agar tidak terbawa perasaan, tetapi tidak dengan Nathan. Bocah itu masih polos dan belum mengerti apa-apa. Entah seberapa kecewanya putranya jika suatu saat nanti Khaysan kembali menunjukkan sikap aslinya. “Bukannya aku pernah mengatakan kalau aku ingin berubah?” jawab Khaysan deng
Baca selengkapnya
Gara-Gara Kedatangan Rosetta
Melody tak menyangka Rosetta adalah sosok segigih ini sampai nekat mendatangi rumah ini. Dan anehnya, wanita itu mengetahui kalau hari ini Khaysan kembali. Seolah memiliki agenda kegiatan suaminya yang bahkan tak Melody ketahui. “Kamu memberitahunya kalau hari ini kamu pulang?” tanya Melody spontan sembari menoleh ke samping. Menatap sang suami yang tampak terkejut juga melihat Rosetta yang kini sedang bermain ponsel di bangku taman. “Kalian tunggu di sini, jangan ada yang turun sebelum aku kembali,” ucap Khaysan tanpa menjawab pertanyaan Melody dan langsung beranjak keluar dari mobil. Melody menatap dua orang yang kini berbincang itu dengan dengus samar. Masih untung Rosetta tidak menghampiri mobil ini. Bukannya ia takut dilabrak, hanya saja dirinya terlalu malas menghadapi drama tidak berguna. Terlebih dirinya juga masih sakit. Menerima pemutusan hubungan secara sepihak memang bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, Melody mengira Rosetta akan membenci Khaysan setelah diperlakukan se
Baca selengkapnya
Rengkuhan Tak Terduga
“Tidak cocok lagi, Dok?” tutur Khaysan setelah menghela napas kasar. “Ini sudah ketiga kalinya, apa memang sesulit itu?” “Mohon maaf, tapi hasilnya memang tidak cocok. Sulit atau tidaknya itu sebenarnya bergantung dari keberuntungan juga. Orang yang bersedia mungkin tidak cocok. Sedangkan yang tidak bersedia malah cocok,” balas sang dokter sembari menatap Khaysan dan Melody secara bergantian. Melody yang duduk di samping Khaysan hanya diam membisu. Jujur saja, ia berharap besar jika orang yang bersedia mendonorkan sumsum tulang belakang pada Nathan itu memiliki sumsum tulang belakang yang cocok untuk putranya. Sayangnya, mereka harus kembali menelan kekecewaan karena hasilnya. Dalam dua bulan terakhir, Khaysan berhasil mendapatkan 3 orang yang memiliki golongan darah sama dengan putranya dan bersedia melakukan donor. Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, rupanya tidak ada satu pun dari mereka yang bisa mendonorkan sumsum tulang belakang pada Nathan. Apalagi hingga saat ini, belum
Baca selengkapnya
Mencari Perhatian Melody
“Hei, kamu kenapa? Sakit? Pusing? Atau ada masalah di kantor?” tanya Melody sembari mengusap kepala Khaysan yang kini bertumpu di ceruk lehernya. Sudah lama Khaysan tidak menempel seperti ini padanya. Terutama setelah Nathan masuk rumah sakit. Mereka tak sempat memikirkan diri mereka sendiri selain fokus dengan kesehatan Nathan yang masih jalan di tempat. Ditambah lagi sejak memasuki ruangan ini tadi, Khaysan sudah terlihat berbeda. Melody yakin pasti ada yang tidak beres dengan suaminya ini. Belakangan ini lelaki itu selalu menjaga jarak dengannya kecuali jika mereka akan melakukan ‘sesuatu’. Dan, tidak mungkin juga Khaysan ingin melakukannya sekarang, di tempat seperti ini. Karena tak kunjung mendapat respon, Melody pun membiarkan Khaysan memeluk tanpa suara. Jika boleh jujur, ia merindukan pelukan ini. Rengkuhan hangat yang biasanya lelaki itu berikan ketika mereka tidur, namun dalam beberapa pekan terakhir, keduanya kembali asing. Seakan ada tembok tinggi yang membatasi mereka.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status