Semua Bab Bekas Bini: Bab 51 - Bab 60
103 Bab
49. Hartaku
"Sah ....?!" tanya Ayah Damar yang sedang memegang erat tangan Rizal pada saksi yang berada di antara dua sisi meja yang berhadapan. Dengan memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, secara bergantian."Sah ...!" sahut beberapa orang yang hadir di acara ijab kabul antara Rizal dan Ivana. Dengan semangat karena bahagia."Alhamdulillah ...!" seru para tetamu undangan dan sanak saudara."Aamiin, aamiin ...!" Kembali terdengar saling bersahutan saat seorang ulama yang sengaja di undang membacakan doa atas pernikahan Rizal dan Ivana yang baru saja terjadi. Dengan khidmat, yang di ikuti para undangan.Setelah selesai dengan doanya. Kemudian Ulama tersebut memberikan tanda pada Ayah Damar, untuk memanggil pengantin perempuannya agar mendampingi pengantin pria. Ayah Damar memberikan tanda juga pada Naya yang berada di ujung tangga.Dengan di jemput Mama Via dan Bulek Tina, Ivana tampak manglingi sekali, sangat cantik walau pun dengan menggunakan make up sederhana di balut gaun pengantin hi
Baca selengkapnya
50. Kuras selagi mencintai
Sementara itu di sebuah kedai es krim yang letaknya pas berada di depan gedung tempat Ivana dan Rizal melangsungkan acara pernikahannya. Terlihat seorang wanita yang berpenampilan seksi, mengenakan kaca mata, dengan segelas es krim di atas meja di hadapannya.Tak ada yang luput dari pengintainnya karena tanpa di sadari oleh siapa pun, kamera yang ia letakkan di atas meja sedang merekam semua dengan sempurna.Juga saat Faris keluar dari gedung bersama Naya, Mama Via dan seseorang yang tak di kenalinya, Namun, bukan itu yang sedang jadi pusat perhatiannya, dia fokus pada lelaki yang telah menolak dirinya, yang sedang menggendong seorang bayi.Bella! Perempuan yang sedang memata matai itu tampak sangat marah, saat melihat Faris menggendong bayi. Kemudian dengan sangat gusar dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.[Hallo, aku harap kamu bisa segera mengikuti ke mana perginya sebuah mobil berwarna hitam yang barusan keluar dari gedung itu.][Baik, Nyonya. Akan saya lak
Baca selengkapnya
51. Papa
Pagi ini semua sudah kembali normal, kecuali Ivana dan Rizal yang mulai harus membiasakan diri semuanya berdua. Keluarga Ibu Ana sudah kembali semalam pulang ke desa, di antar oleh supir pribadi keluarga Agung. Pernak pernik pernikahan di halaman dan dalam rumah pun sudah bersih, hanya menyisakan beberapa ucapan dan sisa karangan bunga dari para relasi Ayah Damar dan Rizal."Pagi ...! Ayah, sudah sarapan belum?" tanya Ivana yang sedang menuruni tangga, pada hari pertama dengan status yang berbeda. "Sudah, kemarin!" jawab Ayah Damar yang masih asyik mengutak atik ponselnya, dengan muka yang serius, Namun menjawab sembari menggoda Ivana."Ih, Ayah bisa aja," jawab Ivana dengan pipi yang blushing. Meneruskan langkahnya ke arah dapur."Kamu tuch yang aneh, jam lima pagi gini, nanya sarapan. Belum ada yang ke dapur, Va.""Mau aku buatin sarapan?" tanya Ivana."Buatlaah yang enak, sekarang ada suamimu yang akan menilai masakanmu."Lagi, Ayah Damar masih betah saja menggoda Ivana."Rizal
Baca selengkapnya
52. Ghina
[Apa yang sudah kau dapatkan dari hasil penyelidikanmu, kemarin?] Melalui ponsel, Bella menghubungi orang yang di bayarnya untuk mengikuti mobil Faris kemarin. Setelah sebelumnya ada kiriman share lokasi di aplikasi berwarna hijau.[Share lokasi sudah saya kirimkan Nona, dan bayi yang di gendong adalah bayi Ivana dengan Faris,] lapor orang itu.[Kamu yakin? Hahaha! ] Entah apa yang ada di pikiran Bella hingga tertawa sekeras kerasnya. Sepertinya ada yang menyenangkan di pikiran.[Yakin, Nona. Semua orang yang menyewa toko ke panti mengatakan hal yang sama,] jawab orang suruhan Bella yang tak mengerti kenapa Nona yang di laporinnya bisa tertawa keras seperti itu.[Bagus! Kalau begitu nanti malam culik bayi itu, tenang saja aku bayar dua kali lipat, dan langsung aku transfer uangmu, hari ini juga.] Tak perlu menunggu jawaban dari orang yang dia tanya, Bella melemparkan ponselnya kembali ke atas ranjang. "Siapa yang menyangka, uang yang kudapat dari Faris, kugunakan untuk menculik an
Baca selengkapnya
53. Demi si Kembar
[Halo, Pak Parman] sapa Faris saat nada ponselnya tersambung dengan nomer yang dia tuju.[Ya ... halo, ada apa Ris, kenapa nelpon jam jam malam seperti ini, ada di mana kamu?] tanya orang yang Faris telpon.[Maaf, Pak kalau saya mengganggu waktunya, tapi karena kondisinya mendesak jadi saya terpaksa hubungi bapak malam malam begini. Saya mau minta tolong segera kirimkan empat pengawal malam ini dan empat lagi untuk besok ke lokasi yang sudah saya kirimkan ke anda baru saja] harap Faris.[Rumah siapa itu?] tanya Pak Parman yang merasa asing dengan lokasi yang dikirim Faris lewat aplikasi hijau.[Itu rumah mantan istri saya, Pak. Ghina, anak saya baru saja lolos dari percobaan penculikan tadi. Dan saya khawatir akan ada lagi yang ingin berbuat jahat pada anak kandung saya.] Faris menjelaskan ketakutannya kenapa hingga mengharuskan mendapatkan pengawalan di rumah.[Astaufirullah, baik Ris, akan segera aku kirimkan. Untuk sementara stand by laah kau dulu di dekat anakmu] saran Pak Parman
Baca selengkapnya
54. Jangan jangan
[Hallo, Assalamualaikum, Papa. Bagaimana?] Faris langsung menekan gambar ponsel, untuk menerima panggilan saat di lihatnya ada nama Papa tertera di layarnya.[Panti bagaimana? Orangnya Pak Parman sudah datang belum?] tanya Papa Adi, malah balik bertanya.[Panti aman, Papa. Alhamdulillah, orangnya Pak Parman sudah datang, dan nampaknya Beliau lebih mengerti apa yang kita butuhkan, satu di antara empat orang yang di kirimnya adalah perempuan, jadi bisa menjaga lebih dekat dengan si kembar.] Dengan panjang lebar Faris menceritakan situasi dan kondisi di panti.[Alhamdulillah kalau begitu, urusan di sini juga sudah mulai jelas, tentang siapa dan motif apa yang melatar belakangi semua kejadian di Panti. Namun, lebih baik di bicarakan nanti saja di panti, sebentar lagi kami semua balik, kok][Siap, Pa. Kami menunggu cerita Papa di sini!][Iya, selalu waspada, Ris!] Papa Adi langsung mengakhiri komunikasi telponnya dengan Faris secara sepihak.****Satu jam berselang setelah Papa Adi menel
Baca selengkapnya
55. Singapore
"Mau ke mana kita, Pak?" tanya Rahmat, saat lirikan matanya yang melihat Pak Damar sedang memesan tiket pesawat secara on line."Ke singapura!" jawab Pak Damar singkat. "Malam ini juga, Pak?"Lagi Rahmat bertanya dengan wajah terkejut. "Ya, malam ini juga, aku harus menyelesaikan urusan yang terjadi dua puluh tiga tahun yang lalu." Sambil melangkah mendekati Papa Adi dan Mama Via, saat sudah berada di halaman Polres."Mau ke mana, Dam? Kita pulang dulu ke panti!" ujar Kakek saat melihat Pak Damar yang sudah berpamitan ke Papa Adi dan Mama Via."Aku harus menyelesaikan urusanku, Pa. Harusnya urusan ini selesai dua puluh tiga tahun yang lalu, tapi entah kenapa orang ini masih tidak lelah berurusan denganku," ujar Pak Damar sambil memeluk Kakek dan menciumi punggung tangannya."Kau mau ke Singapura malam ini, dan mau ketemu dengan si Dewi, bukan begitu, Dam?" tebak Kakek yang hafal dengan kelakuan putra tunggalnya."Iya! Aku harus bertanya langsung apa maunya hingga mengobrak abrik ke
Baca selengkapnya
56. Dewi
Karena berhasil yakin atas ucapan si supir taksi, akhirnya Pak Damar dan Rahmat, melangkahkan kakinya untuk turun dari mobil dan segera menemui satpam agar bersedia membukakan pintu gerbangnya."Apakah bapak sudah apa janji sebelumnya dengan Nyonya saya?" tanya Pak Satpam yang sepertinya akan mempersulit keadaannya maka dengan segera, Pak Damar menelpon langsung Dewi.[Halo, Dewi, aku Damar, ada yang ingin kubicarakan padamu,] saat telponnya langsung di terima oleh Dewi.[Ok, aku akan katakan pada satpam yang jaga kalau kau adalah tamuku dan untuk mengantarmu ke sini,] jawab Dewi yang kaget dan bingung, kenapa Pak Damar tiba tiba saja menghampirinya di Singapura.[Terima kasih, aku tunggu!]Benar saja, setelah ponsel milik Pak Damar di matikan. Interkom di pos satpam berbunyi, dan terdengar suara Dewi yang menyuruh agar tamunya segera di antarkan masuk ke rumah.Mendengar perintah dari Nyonyanya, langsung saja sikap dari satpam yang tadi tampak mengerikan, berganti ramah dan penuh ke
Baca selengkapnya
57. Orang yang sama
Tiba tiba Damar berbalik dan melangkah kembali mendekati Dewi yang sudah kembali merubah ekspresinya dengan raut muka di bikin sedih."Kau harusnya juga minta maaf pada mereka yang kehilangan Ana karena kamu, selain aku," ucapnya dengan suara tegas dan mata yang fokus pada wajah Dewi seperti sedang mendakwa bersalah pada seseorang."Apa maksud perkataanmu tentang kehilangan Ana karena aku, bahkan aku tak pernah bertemu dengan wanita yang kau sebut itu, apalagi sampai menyentuhnya, bagaimana bisa aku yang jadi penyebab dia mati?" tanya Dewi dengan suara kembali lantang "Kamu sadar nggak sih, semuanya terjadi karena kamu!" tunjuk Dewi tepat di wajah Damar."Kamulaaah penyebab segalanya! Kalau dari awal kau bisa menjaga sikapmu untuk tidak berlebihan padaku, tentu aku tak mungkin berharap lebih padamu, lalu kau berbeda setelah bertemu dengan Ana, perempuan yang dengan murahnya menjual dirinya padamu demi uang untuk Via, dan sekarang kau menyalahkan segala sikapku yang menunjukkan kalau
Baca selengkapnya
58. Sehat badanya, entah ....
Sore itu, di panti tampak ramai, selain karena Pak Damar yang sudah datang, juga karena kedatangan keluarga Naya lengkap."Bagaimana kabarnya Dewi, Dam. Dia sehat?" tanya Mama Via yang baru tahu kalau kemarin Pak Damar menemui Dewi di Sungapura. Saat mereka hanya berdua saja di teras."Dewi sehat badannya, Namun, entah dengan otaknya?" Ayah Damar menjawab setelah dirinya membuang nafas panjang, tadi. "Jangan mendoktrin dia seperti itu, bagaimana pun dia adalah teman kita juga, mungkin dia merasa kita yang menyakitinya, karena kita tidak tahu bagaimana cara dia memandang kita."Mama Via tampaknya berusaha untuk tidak membuat ayah Damar kembali kesal."Kita sudah tak pernah di pandangnya lagi sebagai teman, Vi. Kebencian sudah mendiami hatinya, hingga meski pun kita menjelaskan sedetail apa pun, dia tak akan pernah mau paham.""Apakah menurutmu aku perlu mendatanginya dan meminta maaf karena Ana?" tanya Mama Via sambil memandang Papa Adi yang terlihat mendekat menghampiri."Aku pikir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status