All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 71 - Chapter 80
365 Chapters
71. Wanita itu adalah Melinda.
Bam!Pintu ditutup dengan kasar oleh Ayah Adelia sambil terkekeh."Jangan keluar bila belum berhasil!" teriaknya dari luar pintu.Sementara di dalam kamar, Afgan melihat Adelia dengan pandangan serius. Wajah Adelia yang merah padam memancing Afgan untuk mengejeknya."Kamu merah sekali, jangan katakan bahwa kamu sedang membayangkan sesuatu yang tidak benar?"Adelia mendongkkan kepalanya dan melihat ke dalam mata Afgan. "Tidak, ini semua salah paham. Aku tidak tahu harus menjawab apa."Adelia hendak melangkah menuju ke kamar mandi, tetapi Afgan segera menariknya dan mendorongnya sampai ke ranjang."Bukankah kita mempunyai tugas?" tanya Afgan sambil menindih tubuh mungil Adelia, mengukungnya dengan kedua tangan sehingga wajah mereka sangat dekat."Ini ... ini semua hanya salah paham," kata Adelia dengan wajah merah padam.Afgan mendekat dan jelas sekali, dari tindakannya, pria itu hendak mencium Adelia. Di luar dugaan, Adel
Read more
72. Perkelahian yang tidak dapat dicegah.
Begitu sampai di hotel, Afgan segera mencari Melinda. Pria arogan itu tidak dapat mencegah hasratnya sendiri saat ini.Afgan segera menarik tangan Melinda yang masih memakai pakaian seragam kerja. Mereka melangkah dengan terburu-buru menuju ke kamar 1808."Afgan, ada apa ini? Mengapa kamu muncul tiba-tiba dan seperti ini?" Melinda mengomel sepanjang perjalanan menuju ke kamar tersebut. Tubuhnya yang kelelahan karena baru sampai ke hotel dari perjalanan selama 5 jam dari desa pariwisata akibat macet total.Dengan kasar, Melinda dihempaskan di ranjang.  Afgan segera membuka kemeja sendiri dan menindih Melinda dibawahnya.  "Diam!" teriaknya dengan kasar pada saat Melinda berusaha meronta.Sebuah ketakutan dala diri Melinda menjadi nyata, membayangkan pria kasar itu merengut kehormatan Adelia di malam naas yang dia rebut seolah-olah dia adalah korban."Inikah perlakuan kasar yang Adelia alami?" tanya Melinda dengan tubuh yang kesakitan karena
Read more
73. Luka bakar di punggung Afgan.
Dua pria dewasa yang sama tinggi dan memiliki tingkat ketampanan hampir seimbang, dibarengi dengan kemampuan berkelahi yang patur diacungi jempol.Namun, sebelum pertarungan semakin intens, suara sirene polisi mulai terdengar semakin dekat. Pintu live bar terbuka lebar, dan dua petugas polisi memasuki tempat itu dengan tegas. Mereka memisahkan Afgan dan Edward yang masih berusaha saling serang."Berhenti! Polisi!" teriak salah satu petugas dengan keras, mencoba meredakan pertarungan yang memanas.Afgan dan Edward, terengah-engah dan terlihat terluka, akhirnya dihadapkan dengan kenyataan bahwa pertarungan mereka telah berakhir. Petugas polisi segera memborgol keduanya dan menempatkan mereka dalam mobil polisi.Dalam perjalanan ke kantor polisi, suasana dalam mobil polisi terasa hening. Afgan dan Edward duduk di belakang dengan tatapan marah, merenungkan konsekuensi dari pertarungan yang terjadi di live bar mewah Jakarta. Mereka sadar bahwa malam yang penuh
Read more
74. Ini Aroma seperti Bunga Lily!
Adelia ingin sekali bertanya, tetapi tidak memiliki keberanian yang cukup berarti sehingga dia hanya menelan salivanya dengan kasar dan melanjutkan tugasnya untuk mengoles luka akibat terhantam ke lantai yang penuh puing botol pada saat berkelahi dengan Edward tadi."Saya tertimpa balok kayu yang terbakar pada saat kecil," ucap Afgan dengan suara datar, seolah-olah mengerti akan apa yang ada dalam hati Adelia.Adelia mengelus pelan luka bakar yang terdiri dari daging yang tumbuh tidak beraturan selayaknya kulit asli."Sakit?"Afgan menggelengkan kepalanya pelan. Di luar dugaan, Adelia memeluk tubuh Afgan dari belakang. "Maafkan aku."Afgan terkejut dengan  tindakan Adelia yang tiba-tiba merangkul pinggangnya. Tiba-tiba terlintas bayangan Adelia disentuh oleh pria lain sekali lagi."Apa-apa ini!" bentak Afgan tiba-tiba dan menepis tangan Adelia dengan jijik."Kamu jangan memanfaatkan situasi! Keluar dari kamarku sekarang! Pergi!"
Read more
75. Aku akan ... meminjam uang dan melunasi mahar
Hanya butuh sepuluh menit, Adelia sudah kembali ke kamar Afgan dengan sebuah bantal dan selimut di tangannya. Adelia juga sudah memakai pakaian tidur di atas lutut yang terdapat dua tali tipis.Adelia bergerak menuju ke sofa di ruangan tamu untuk membentangkan selimutnya di sofa yang dibatasi dengan sekat kaca mewah di dalam kamar Afgan."Hei, mengapa pakaianmu setipis itu? Jangan katakan kau mau menggodaku," ejek Afgan yang masih bahkan belum bisa memakai pakaian karena lukanya belum kering.Dia hanya menyembunyikan dirinya di dalam selimut karena pendingin ruangan yang sudah mulai bekerja dengan baik.Adelia melirik pakaiannya sendiri lalu tersenyum sinis mendengar ejekan Afgan. "Ini hanya pakaian tidur, Afgan. Tidak usah dibesar-besarkan."Afgan memandang Adelia dengan tatapan tajam. "Pakaian setipis itu, Adelia? Apa, kau berpikir kita sedang berlibur di pantai atau apa? Seperti itukah caramu memancing lirikan pria yang menjadi calon pembeli jas
Read more
76. Situasi Canggung.
Keheningan malam membuat suasana mencekam dalam kamar Adelia. Wanita itu menangis sampai tertidur.Namun, Adelia merasa tidak nyenyak dalam tidurnya, samar-samar terdengar erangan dari kamar sebelah. Adelia mengucek matanya dan melihat ke jam dinding."Pukul tiga, apakah dia belum tidur juga?" tanya Adelia kepada dirinya sendiri, menyadari erangan dari Afgan terdengar semakin keras.Dengan malas, Adelia melangkah mendekati dinding untuk mendenagr lebih jelas dan menebak apa yang terjadi pada Afgan."To .. long, aku takut ... Ibu!" teriak Afgan.Adelia mengercapkan matanya berkali-kali. Sepertinya Afgan mengigau dalam tidurnya. Dengan gelisah, Adelia berjalan mengelilingi kamarnya sendiri. Dia ingin masuk ke dalam kamar Afgan, tetapi dia takut pria itu akan memarahinya sekali lagi.Suara erangan yang lebih jelas dan keras membuat Adelia tidak tahan lagi. Adelia segera membuka pintu kamar dan terkejut karena Kepala Pelayan juga sedang berada d
Read more
77, Aku akan mengembalikan uang mahar!
Adelia memegang wajahnya sendiri dengan menahan rasa malu dan kesal bercampur aduk."Mengapa gampang sekali tertidur di pelukannya? Bodoh sekali!" pekik Adelia sambil menepuk kepalanya sendiri.Agar kondisinya tidak canggung, Adelia memutuskan segera mandi dan pergi bekerja seolah-olah tidak terjadi hal besar.Sementara di kamar sebelah, Afgan memutuskan untuk tidak pergi bekerja karena merasa tubuhnya masih sakit.Terdengar suara pintu diketuk pelan dari luar."Siapa?" tanya Afgan dengan ketus sambil bermain game online di ponselnya."Tuan, sarapan sudah  siap. Apakah Tuan mau kami membawanya ke dalam kamar atau Tuan mau sarapan di ruang makan?" tanya pelayan kecil di depan pintu yang masih tertutup."Di mana istri yang tidak becus itu? Suruh dia mengantarkan makanan kepadaku. Saya sedang sakit dan sudah merupakan tugasnya untuk merawatku," balas Afgan setengah berteriak agar terdengar sampai ke ruangan sebelah di mana kamar Ade
Read more
78. Kantor pemberi kredit yang mencurigakan.
"Hei! Apa maksudmu? Apakah seorang istri harus selalu menyiapkan pakaian untuk suami dan menyiapkan air untuk mandi suami?" Adelia berkacak pinggang dan membalas tatapan Afgan dengan ketajaman yang sama."Ya, kataku iya, betul! Tidak salah! Kamu adalah istri sah milikku!" Afgan mendekati Adelia dengan wajah dingin dan tampak sekali kemarahan dalam dirinya."Selama kamu masih milikku, maka saya berhak mengatur semua dari dirimu! Mengerti?"Afgan mendengus lalu memutar tubuhnya ke arah kamar mandi dan membuka pintunya lebar-lebar."Sekarang isi bathtub dengan air hangat! aku mau buih sabun yang banyak!"Bukannya menuruti perintah Afgan, wanita itu malah menaikkan sudut bibirnya ke atas lalu memutar tubuhnya hendak meninggalkan Afgan."Hei! Mau ke mana?" Afgan segera menghadang jalan Adelia dengan berdiri menghalangi pintu kamar."Minggir! Aku tidak punya waktu berdebat denganmu." Adelia berusaha menepis tubuh Afgan yang menghalangi jala
Read more
79. Adelia lebih dulu diselamatkan
Melinda segera mengirimkan link lokasi mereka saat ini dengan tangan gemetar. Dia tahu, bila dia tidak mengirimkan titik lokasi, maka dia akan menjadi sasaran empuk kemarahan Afgan nanti.Sesudah mendapatkan link lokasi, Afgan segera mengendarai mobilnya dengan panik menuju titik lokasi yang diberikan.Sementara di dalam ruangan  tersebut, Adelia merasa mulai gelisah pada saat seorang pria gendut berkacamata dengan kumis tebal masuk ke dalam ruangan.Pria gendut itu menatap kedua wanita di hadapannya dengan pandangan liar. Adelia menelan saliva dengan penuh kegelisahan karena tidak pernah melakukan hal seperti ini, tetapi tekadnya sudah bulat. Dia merasa harus terlepas dari kukungan pernikahan paksa dengan pewaris arrogant yang tidak tahu jelas arah pernikahan miliknya tersebut."Selamat Siang, jadi ini adalah berkas dan dokumen yang harus Anda tanda tangani. Bacalah persyaratan dan peraturan tertulis yang harus dipenuhi dengan kesepakatan bersama."
Read more
80. "Kamu kotor! Tubuhmu adalah hak milikku!"
Sampai di rumah, Afgan tidak menghiraukan sapaan dari kepala pelayan atau pun petugas keamanan. Pria itu hanya segera menggendong Adelia dengan gelisah menuju ke kamarnya.Kepala Pelayan memandang tuan dan nyonya rumahnya dengan panik dan berjalan mengikuti mereka di belakang."Tuan, apakah butuh memanggil dokter?" tanya Kepala Pelayan dengan suara bergetar."Tidak, biarkan saja dia beristirahat. Tinggalkan kami.""Tapi, Tuan ... Nyonya, dia ...""Tinggalkan kami!" seru Afgan dengan mata merah menoleh ke arah Kepala Pelayan yang merasa takut dan langsung mematung di tempat."Ba-baik." Kepala Pelayan dan pelayan lainnya segera meninggalkan kamar utama itu dan menutup pintunya.Afgan memandang tubuh Adelia dengan jijik. Bayangan dalam benaknya bahwa pria gendut itu sudah mencumbu semua titik sensitif pada tubuh milik Adelia.Afgan segera bergerak ke kamar mandi dan mengisi bath tub penuh dengan air hangat dan sabun aroma.
Read more
PREV
1
...
678910
...
37
DMCA.com Protection Status