All Chapters of Menjadi Istri Kedua CEO: Chapter 41 - Chapter 50
127 Chapters
41
Apakah Zahra yakin? Apakah memang ini yang Zahra kehendaki: melepas Banyu dan mengakhiri hubungan keduanya?Sangat disayangkan bukan? Zahra pernah jatuh sejatuh-jatuhnya kepada sosok Banyu. Yang memberinya banyak cinta di saat kondisi Zahra benar-benar down. Hanya karena satu pengkhiantan, Zahra memilih menjadi gila sementara ada Banyu yang datang mengucurinya kasih sayang. Apa iya serius ingin berakhir begitu saja?Zahra mengembuskan napasnya. Memutar kursi kerjanya dan meninggalkan laptop dengan berlembar-lembar dokumen yang harus dipelajarinya. Zahra layangkan netra beningnya yang hampa ke luar. Bandung dalam suasana panas dan cerah. Gedung-gedung pencakar langit yang berdekatan dengan tempatnya bekerja cukup memberi hiburan bagi mata Zahra yang kosong.Ingatan Zahra melayang pada malam itu. Mungkin omongan Banyu memang benar. Zahra ingat, dirinya merawat Banyu yang demam meski tidak sampai pagi. Tapi setidaknya itu sudah menjadi bukti yang nyata jika Banyu memang berada di apartem
Read more
42
Kinar Dewi memilih cokelat dingin sebagai minumannya di siang yang terik ini. Bandung dan cuacanya sesekali menjadi sahabat dekat namun bisa juga berlaku seperti musuh. Hanya saat hujan mengguyur bumi pasundan, Kinar akan membutuhkan cokelat panas sebagai temannya. Tapi kali ini, selain teriknya matahari yang menyengat kulit, Kinar juga ingin misuh-misuh. Anan Pradipta penyebabnya. Pria itu merusak mood Kinar yang setengah matu jungkir balik mengembalikannya.“Bapak mengajak saya bertemu hanya untuk menikmati cokelat dingin ini di restoran baru, begitu?” Kinar tersenyum sinis dengan wajah penuh kekesalan. “Bapak memang pengangguran, sekarang saya yakin.”“Sesibuk-sibuknya saya, ketika saya bisa menyisihkan waktu untuk menemui kamu, maka jawabannya harus ‘ya’. Kamu dilarang menolak ajakan saya bahkan perintah saya. Saya tidak menerima itu semua.”Kinar menggelengkan kepalanya penuh keheranan. Karena memang percuma mendebat seorang Anan Pradipta yang punya jawaban atas seribu tanya sela
Read more
43
Banyu Himawan tidak ingin terkejut. Tapi tetap saja bertemu dengan Kinar Dewi setelah sekian tahun bukan suatu harapan yang Banyu panjatkan dalam doanya. Rasanya ini seperti karma. Saat batin sucinya membandingkan Kinar dengan Zahra, wanita yang pernah merajut cinta dengannya itu muncul di hadapannya. Dengan wajah yang bertambah cantik serta penampilan yang menarik. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri Kinar dan Banyu tergiur akan rasa penasarannya.Banyu ingin tahu, apa yang saja yang telah Kinar alami setelah berpisah darinya? Meski terlihat baik-baik saja, kedalaman hati seseorang tidak ada yang bisa mengira. Bukan ingin sombong, tapi Banyulah orang yang selalu ada dan paling mengerti tentang Kinar. Banyu yang menjadi penyemangan untuk Kinar di saat mimpi-mimpi buruk itu selalu datang di setiap malamnya.“Baik. Halo juga mantan,” balas Banyu yang Kinar sambut dengan senyuman paling manis. Bahkan senyum yang Kinar lemparkan pun masih sama seperti dahulu. “Aku tidak menyangka aka
Read more
44
Banyu melihat dengan jelas cincin yang tersemat di jari Kinar. Serta ucapan Anan yang menyatakan jika mereka adalah pasangan kekasih yang sebentar lagi akan menikah cukup membuat Banyu berpikir keras. Memutar otaknya dengan cepat, Ivana memang gila dan benar-benar menjalankan rencana yang sudah lama wanita itu susun dengan rapi. Tapi Kinar yang masuk ke dalam perjalanan rumah tangga Anan dan Ivana tidak ada dalam bayangan Anan. Sekejap mata pun Anan tidak pernah membayangkan hal itu.“Ini pertama kalinya aku bertemu secara langsung sama Anan Pradipta. Selama ini yang selalu aku dengar hanya nama dan prestasinya saja. Wah …”Terang-terangan Zahra memuji dan menunjukkan rasa kagumnya pada seorang Anan Pradipta. Banyu tidak akan mangkir dari rasa cemburu yang menggerus dadanya. Meski tidak terlihat tulus menjalin hubungan dengan Zahra, lantaran wanita itu adalah tunangannya, Banyu tetap merasakan sakit hati. Mengingat status sosialnya yang tidak sepadan dengan Anan sementara Zahra terlih
Read more
45
Akhir-akhir ini Ivana terlalu banyak berpikir. Perkataan Stefani sedikit mengganggunya dan menimbulkan rasa penasaran yang tak berkesudahan. Inginnya Ivana mencari tahu kebenarannya namun karena takut sakit hati, Ivana hanya diam dan menghela napasnya dalam-dalam. Pikirannya kacau maksimal dan Ivana tidak menyukai kondisi yang seperti ini.“Suatu hal yang aneh jika kamu bisa murung seperti ini.”Adalah suara milik Banyu Himawan yang datang ke rumah pribadi Ivana. Rumah yang bahkan Anan sendiri tidak tahu jika ini milik Ivana.“Aku dilarang sedih, begitu maksud kamu?”Wanita dan hatinya yang lembut suatu hal yang tidak bisa diganggu gugat. Banyu hanya mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya. Sekadar basa-basi guna memecah keheningan saat dirinya memasuki rumah ini.“Rumah yang sepi dan kosong bukan gaya kamu sekali.” Banyu hampiri Ivana yang duduk di kursi barnya. “Walaupun hanya sendiri, kamu biasa memutar musik agar tidak merasakan suasana sepi.”“Bosan,” jawab Ivana asal sembari
Read more
46
“Kadang saya iri melihat kehidupan orang-orang.”Kinar menoleh seraya menghentikan dorongan pada troli belanjaannya. Menatap sejenak wajah Yosi, seseorang yang Kinar panggil ‘Teteh’ lewat telepon beberapa menit yang lalu.“Teteh ada masalah?” Kinar hanya bisa mengajukan tanya seperti itu dulu sebelum memberi komentar panjang lebar. Tabu jika langsung merespons tanpa tahu apa permasalahannya lebih dulu.“Tidak juga.” Ada keraguan yang tersirat di balik jawabannya. Kaki Yosi melangkah ke depan dan Kinar mengikutinya. Menyusuri rak-rak makanan ringan seperti yang Kinar mau. “Tapi hidup jika tidak ada masalah bukan hidup namanya, ‘kan?”Siapa pun akan setuju mendengar ini bahkan Kinar sudah mengangguk sebagai pembenaran. Dan masalah hadir tanpa ada yang bisa menebak mau pun memprediksi. Masalah dalam hidup hadir bak kembang api yang menimbulkan euforia kehebohan sebelum berakhir dengan solusi. Tergantung apa jenis masalahnya maka si pemilik masalah itulah yang akan menentukan jalan keluar
Read more
47
Sekarang tinggal Kinar seorang diri. Setelah memberi banyak penjelasan panjang lebar kepada Yosu, wanita itu telah pulang dengan di jemput sang suami. Tersisa Kinar dengan banyak kantong belanjaan yang terpaksa membuatnya menghubungi Anan. Beruntungnya, pria itu dengan gesit mau menjemputnya meski Kinar tetap harus menunggu. Salahnya juga meminta tolong pada orang yang super sibuk.Namun alih-alih menikmati masa menunggu kedatangan Anan sebelum nantinya beradu mulut, Kinar malah mengizinkan otaknya berdebat dengan batinnya sendiri. Nasihat yang Yosi tinggalkan masih membekas di benak Kinar. Meski bukan menyalahkan keputusannya, Kinar tahu maksud baik Yosi. Toh tidak ada salahnya juga mendengarkan pendapat orang lain terlebih Yosi sudah menelan asam asinnya garam kehidupan.Masalahnya adalah Kinar Dewi sendiri. Merasa bimbang sekali lagi, Kinar meneguk minuman dinginnya meski di sore itu gemuruh mendung sudah melukis kota kembang tersebut. Kopi dingin yang tidak biasanya Kinar nikmati
Read more
48
Hanya Anan Pradipta yang terlihat bodoh di sini. Tidak bisa menyimpulkan apa yang ada di dalam benaknya dan lebih-lebih daripada itu, Kinar memberinya clue yang membuat kepalanya migrain. Harusnya Kinar cukup mengatakan apa yang diketahuinya agar Anan tidak seperti sapi ompong. Sayang, wanita memang meresahkan dengan berbagai keruwetan di pikirannya. Mereka itu makhluk paling aneh yang ingin Anan musuhi seumur hidupnya. Namun sesaat menyadari ucapannya, bahwa fakta kita para pria membutuhkan wanita untuk berada di sampingnya, maka Anan urungkan niatannya.“Jadi saya harus bertanya kepada Ivana, begitu?” Kinar mengangguk dengan mulut penuh mengunyah salad sayurnya. “Setelah kita akan bercerai? Yang benar saja!” Anan mendengkus dengan anggukan yang Kinar berikan. “Kamu sengaja mengerjai saya atau memang ini rencana kalian dari awal?”“Jika Bapak butuh jawaban itu …” Kinar hentikan ucapannya dan menelan saladnya setelah mengunyahnya dengan asal. “Toh itu bukan sesuatu yang penting. Intin
Read more
49
Surat cerai itu sudah keluar. Ivana berdiri termenung memandangi surat ditangannya dan tersenyum segaris. Berbesar hati adalah kuncinya. Ini aneh. Harusnya Ivana bahagia terlepas dari jeratan Anan tapi kenapa rasanya menyedihkan, ya? Kenapa Ivana merasa di buang bak barang rongsokan yang tak bisa di pakai lagi? Kenapa Ivana merasa dirinya seperti sampah yang tak bisa didaur ulang lagi? Kenapa Ivana menyesali segala keputusannya untuk melepaskan Anan padahal perasaan untuk mantan suaminya itu saja sudah lebur entah sejak kapan atau malah Ivana sebenarnya sangat mencintai Anan?“Terima kasih.”Vokal di belakang tubuh Ivana membuat punggungnya menegang sejenak. Ivana tarik napasnya dalam-dalam serta mengatur ekspresi wajahnya senormal mungkin. Dan membalikkan tubuhnya diirngi senyuman yang menandakan jika Ivana tidak meninggalka gurat sesal di wajahnya.“Untuk?” jawaban serta pertanyaan atas ucapan Anan Ivana respons. Meski suaranya sedikit bergetar, ivana menjamin Anan tidak akan curiga
Read more
50
Kinar meringis. Bukan karena menahan rasa sakit melainkan memberikan ekspresi untuk mengejek ucapan Banyu. Pria itu tidak tahu malu sekali dan menyimpulkan yang hanya menurutnya saja. Tidak mengetahui kebenaran mau pun seluk-beluk aslinya. Kinar ingin tertawa setelah menatapi wajah Banyu lekat dan lama. Namun urung dan hanya menggelengkan kepala.“Kamu tahu, kamu hanya alat pencetak anak untuk Anan. Ke depannya, aku menjamin kamu tidak akan pernah mendapatkan kebebasan. Aku tahu Anan seperti apa dan setiap detail rencana yang Ivana siapkan. Kamu mau tahu? Kamu akan terbuang dengan sendirinya setelah tidak berguna.”Sekali lagi Kinar menggelengkan kepalanya dan mendengkus kesal. Apa yang Banyu ucapkan tidak akan Kinar sangkal apa lagi membenarkan atau apa pun itu istilahnya. Kinar tidak akan memusingkan perkara ucapan tidak penting yang jelas-jelas sudah Kinar ketahui kebenarannya.“Saya berterima kasih sekali dengan informasi yang kamu berikan. Tapi yang harus kamu tahu, yang sebenarn
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status