Ardika tidak memedulikan sorot mata mengejek orang-orang itu. Dia hanya tersenyum tipis dan berkata, "Terserah apa kata kalian, apakah aku adalah pengecut atau bukan, aku sendiri tahu jelas. Aku hanya berbaik hati mengingatkan saja.""Kalau nggak, aku takut kalau nanti ada masalah, kalian nggak mampu menanggungnya.""Adapun mengenai kalian dengar atau nggak, itu terserah kalian.""Tapi Jeslin ...."Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Jeslin dan berkata dengan serius, "Kalau kamu nggak ingin pertemuan malam ini kacau balau, kamu bisa mempertimbangkan ucapanku tadi."Ardika tahu Jeslin tidak menyukai dirinya, juga tahu Jeslin tidak akan menganggap serius ucapannya.Namun, dengan mempertimbangkan hubungannya dengan Sutandi, dia tetap mengingatkan wanita itu, menjalankan kewajibannya."Hehe ...."Jeslin mencibir. Sambil menggenggam segelas anggur, dia berdiri di seberang meja, menatap Ardika dengan tatapan arogan, lalu berkata dengan ekspresi kecewa, "Jangan panggil namaku seakrab itu.
Read more