All Chapters of Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah: Chapter 51 - Chapter 60
148 Chapters
Bab 51. Jangan Mati
Tidak menyesali hanya ada dalam angan Zahra. Nyatanya Zahra menyesali penolakannya dan berada dalam penantian lagi. Sekuat apapun Zahra memalingkan dan tidak memikirkan Ridwan, nyatanya Ridwan menghantuinya. Bayangan Ridwan menukar real dalam jumlah banyak membuat Zahra sedih. Bukankah seharusnya mereka berlibur dengan real itu? Zahra harusnya berkata terus terang kegelisahannya bukannya tiba-tiba marah dengan Ridwan. Namun kini Ridwan tak kunjung kembali setelah satu minggu kembali ke Istanbul. Zahra berfikir, mereka kini suami istri dan jika ada yang kurang harus saling melengkapi. Namun disisi lain, Zahra kesal dan berharap Ridwan yang memulai lebih dulu. Bukankah Ridwan kepala keluarga dirumah ini. Karena Zahra tak mendapat kabar Ridwan satu minggu ini. Zahra memutuskan untuk mencari berita sang direktur Kahraman corp itu. Zahra mengetik, [Berita terkini Kahram
Read more
Bab 52. berpeluh sore hari.
Ridwan yang melihat Zahra sudah berkaca-kaca kemudian memeluknya erat. "Mas ada di sini, Mas gak mati, Ra!" jawab Ridwan. Zahra mengangguk dalam pelukan Ridwan, "Aku takut,"Ridwan kemudian mengusap lembut kepala Zahra. "Aku tidak bangun selama depalan hari, dokter meminta Mas benar-benar bedrest agar tidak terkena yang ke empat!" lanjut Ridwan. Zahra kemudian melonggarkan pelukan dan menatap Ridwan dengan intens. "Jangan merasa bersalah, Jangan menyembunyikan sendiri, Jangan serangan jantung lagi, Mas!" kata Zahra. Ridwan mengangguk sambil tersenyum, "Iya, Sayangku!" "Maafkan aku ya, Mas! Aku marah-marah tanpa bertanya terlebih dahulu!" kata Zahra pelan karena merasa bersalah. Ridwan kemudian mengecup bibir Zahra singkat, "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Mas yang salah, Sayang!".Mendengar jawaban Ridwan Zahra menjadi lega, entah dorongan dari mana Zahra mendekatkan wajahnya pada Ridwa
Read more
Bab 53. Makhluk ghoib.
Ridwan meledakkan tawanya saat Zahra memberi ancaman padanya. Hati Ridwan tiba-tiba menghangat dengan omelan Zahra. Cklek! "Waalaikumsalam, Sabar Nak!" jawab Ridwan sambil membuka pintu. Fatih langsung berlari menuju gendongan Ayahnya, "Fatih rindu sekali, Yah!" Ridwan memeluk Fatih dalam gendongannya, menutup pintu dan berjalan masuk menuju kamar. "Ayah jauh lebih rindu dengan Fatih!" jawab Ridwan menciumi wajah putranya. "Fatih tidak percaya!" kata Fatih melipat tangannya di depan sambil menatap tajam Ayahnya. Ridwan tersenyum dan menoel pipi Fatih yang duduk di pangkuannya, "Kenapa begitu?" Fatih menghindar, "Ayah minggu lalu hanya menemui Ibu dan Nenek Kakek, Ayah tidak menemui Fatih. Ayah tidak rindu dengan Fatih!" Fatih memang sangat kesal dengan Ridwan selama seminggu ini karena Ayahnya datang dan pergi tanpa bertemu dengannya. Ridwan gemas sekali pada Fatih.
Read more
Bab 54. Muhammad Al-Fatih
Zahra memilih menghiraukan suara bisikan di sebelahnya dan melanjutkan ceritanya. "Ibu melihat pahatan indah itu, dan bayangan ibu jatuh pada seorang tentara Allah, Muhammad Al-Fatih!" lanjut Zahra. Zahra mengusap wajah putranya dan mencium keningnya. "Dengan gagah berani membawa bendera tauhid, meringsek gerbang Konstantinopel dengan berseru, [NABI KAMI TIDAK PERNAH BOHONG]!" kata Zahra dengan ekspresi bangga. "Konon, ketika Nabi membelah batu dan muncul percikan, Nabi bersabda jika suatu saat nanti romawi akan kalah, Dan saat itu Rasulullah sedang di kepung oleh bani Qurais dalam perang khardaq!" lanjut Zahra. Ridwan dan Fatih menata Zahra dengan pandangan penuh cinta. Terbawa oleh cinta yang Zahra punya untuk Rasul dan pada tentaranya. "Kemudian setelah itu dari jaman Khulafaur Rasyidin, para penerus Nabi berambisi menakutkan Romawi," ucap Zahra seperti tengah masuk dalam ceritanya. "Membangun pasukan
Read more
Bab 55. Istanbul
Ridwan tidak menyangkan pria kecil yang dingin dan mengeluarkan aura permusuhan saat pertama bertemu itu berusaha mencarinya. Ada sesak tersendiri saat anak laki-lakinya yang masih kecil punya pemikiran seperti itu.Dada Ridwan berdebar. Ridwan kemudian memeluk Fatih dan Zahra lebih erat. Meluapkan rasa bersalah pada dua orang di depannya itu. "Maafkan, Ayah. Mari kita ke Turki dan berkeliling di sana!" jawab Ridwan.Sore ini hati Ridwan membuncah dan anak istrinya hanya mengangguk dalam Pelukannya. Malam itu pun mereka bertiga tidur bersama di ranjang sempit dan keras milik Zahra. Menikmati saat bersama dan getaran hati masing-masing. Memeluk orang-orang terkasih adalah kebahagiaan yang tak bisa digambarkan. Zahra, Ridwan, dan Fatih sama-sama sedang dilanda kebahagiaan. Hingga pagi datang begitu cepat. Selesai sholat dan sarapan, Zahra menuju rumah Umi Awiyah untuk
Read more
Bab 56 Oma buyut
Fatih menatap Ayahnya yang baru saja berkata dengan lirih. "Sayang, Apa menurut kamu Ibu susah?" tanya Zahra. Sontak Fatih mengangguk menjawab pertanyaan Ibu. Zahra menggeleng sambil tersenyum melihat ekspresi Ridwan yang menggelap, "Ibu tidak pernah merasa susah, besok coba tanya sama nenek, Apakah ibu miskin atau kaya?"Fatih menatap intens Zahra, "Benar, Bu?" "Iya, Sayang! Bahkan Ibu bisa membelikan apapun yang kamu mau bukan? Ibu membuat Roti karena Ibu senang saat roti buatan Ibu banyak yang makan!" jawab Zahra. "Apa karena itu? Ibu mengajar tanpa bayaran oleh Nenek? Bukankah berarti Ibu mencari uang dengan berjualan roti?" tanya Fatih. Zahra menggeleng, "Ibu tidak ingin dibayar untuk Ilmu yang Allah titipkan sebagai amanah, karena kewajiban Ibu menyebarkan ilmu ini!" Zahra kemudian mengambil ponselnya dan membuka aplikasi penjualannya. "Lihatlah, Ibu memiliki brand mukena yang Alhamdulilla
Read more
Bab 57. Malu
Zahra tersenyum dan meraih tangan keriput Oma. Mencium tangan tua itu, dan menggenggamnya sambil mengelus punggung tangan Oma. "Kalau tidak Zahra terima, nanti Oma tidak bisa bertemu dengan suami kecil Oma, dong!" canda Zahra. Zahra sebagai seorang istri sudah selayaknya menjaga marwah suaminya. Walau bagaimanapun Zahra tidak terima suaminya dikatai brandalan oleh Omanya.Setelah berbicara Zahra kembali bersimpuh di samping Ridwan, "Tapi, bukankah Oma harus bertemu dengan suami kecil, Oma?"Oma kemudian tersenyum dan mengangguk. Menunduk dan mencium kening Zahra dengan lembut. "Tentu saja, Oma harus bertemu dengan suami kecil Oma dan cucu menantu sepertimu!"Oma kembali mencium kening Zahra. "Beruntungnya cucu Oma memiliki bidadari sepertimu, Zahra!" lanjut Oma. Oma kemudian kembali tegak dan mencium Fatih kecil. "Berdirilah kalian, Oma memaafkanmu Ridwan. Oma tak ing
Read more
Bab 58. Hagia Sofia.
Dan olahraga berkuda berakhir berakhir setelah adzan mulai berkumandang. Ridwan kemudian membawa Zahra menuju sower setelah menyelesaikan pelepasannya. Mereka benar-benar menyelesaikannya kali ini, membersihkan diri dan saling menggosok punggung. Dan mereka segera melaksanakan sholat. Zahra sudah sangat lemas dan mengantuk sekali karena ulah Ridwan. Ridwan benar-benar menghabisinya siang ini, tidak jadi di ketinggian di kamar mandi pun jadi, pikir Zahra. Dan benar saja Zahra langsung terlelap tanpa menunggu menit lagi. Mata Zahra terasa sangat berat.Ridwan yang melihat istrinya tertidur lelap ikut masuk ke dalam selimut istrinya untuk menyusul tidur. Hingga mereka terbangun saat adzan ashar berkumandang. Zahra melepas pelukannya suaminya dan bergegas sholat. Selepas sholat, Ridwan dan Zahra turun berencana pergi ke Hagia Sofia. Ridwan dan Zahra akan memulai liburan
Read more
Bab 59. Manti
Perasaan Ridwan tidak karuan mendengar perkataan sang putra. Ada sedih, senang dan sesal yang lebih mendominasi. Rasanya Ridwan ingin memutar kembali waktu dan memilih melamar Zahra dengan cara yang baik. Tidak dalam balutan kesalahan dan dosa besar yang Ridwan torehkan pada Zahra. Hingga mengambil waktu lima tahun dalam kesakitan mereka bertiga. Mereka bertiga sama-sama terluka, dan Ridwan tau mereka sama-sama memendamnya dalam hati. Sehingga tidak menyakiti masa kecil putranya yang sangat luar biasa. Fatih kecilnya yang seperti malaikat itu, kenapa harus mengalami kesakitan atas dosa yang Ridwan perbuat. Rasanya Ridwan tidak terima untuk kesakitan yang Fatih rasakan. Ridwan kemudian mengambil tangan Fatih, menciumi tangan mungil itu, "Maafkan Ayah, Ya?" Ridwan mulai mengurai sesak di dadanya sendiri. "Pasti Ibu sangat kerepotan saat itu?" kata Ridwan. Zahra tau j
Read more
Bab 60. Jangan tinggalkan aku
Bayangan laki-laki lain yang ada untuk memenuhi ngidam Zahra membuat Ridwan merasakan sesak. Sakit sekali hatinya saat mendengarnya. Ridwan memejamkan mata sebentar sambil menajamkan telinganya mendengar jawaban Zahra. "Baju Baba tersangkut dan Babamu jatuh dari ketinggian hingga menyisakan celananya saja!" timpal Zahra. Sontak Fatih tertawa terbahak-bahak. Membayangkan Baba nya jatuh dengan baju yang tertinggal dipohon kurma selalu membuatnya tertawa. "Ibu nakal sekali, Kasihan Babanya Fatih!" jawab Fatih.Sedangkan Ridwan yang melihat Istri dan anaknya tengah membahas laki-laki lain membuat Ridwan menatap dingin. Menceritakan hal yang membuat Ridwan semakin terbakar cemburu. "Ayah pergi membayar terlebih dahulu!" kata Ridwan dingin. Ridwan kemudian berdiri dan berjalan keluar dari privat room, membuat Zahra dan Fatih saling pandang. Zahra tersenyum menggelitik putranya untu
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status