All Chapters of Affair with CEO: Chapter 41 - Chapter 50
54 Chapters
39 - Hangatnya Malam
LOKASI apartemen Jeanne ternyata tidak jauh dari letak kantor cabang berada. Alan pernah melewati tempat ini berulang kali saat ia di Bandung, tapi dia tidak pernah bertemu dengan Jeanne sebelumnya.Alan hanya bisa tersenyum. Mungkin memang belum takdir mereka saja untuk bertemu, karena buktinya mereka baru bertemu di kantor waktu itu."Ada apa?"Alan menatap kekasihnya tidak mengerti. Pasalnya sejak tadi Jeanne hanya menatapnya, bukannya lantas membukakan pintu agar mereka bisa masuk ke dalam."Balik badan!"Alan langsung memelototinya. "Apa?!""Gue mau masukin password dan lo nggak boleh ngintip," katanya sambil mendelik ke arah Alan.Alan langsung berdecak. "Kenapa gue nggak boleh tahu berapa password-nya? Bukannya selama ini lo tinggal sama gue juga? Lo juga tahu berapa password apartemen gue, terus kenapa gue nggak boleh tahu berapa password apartemen lo?"Jeanne bersedekap dada. "Ya, kan namanya privasi, L
Read more
40 - Obat Nyamuk Lagi
ALAN yang rencananya mau ikut Jeanne menemui orang tuanya harus batal melakukannya. Karena saat dia bangun tidur, Alan sudah tak menemukan siapa pun berada di sampingnya. Jeanne sudah tidak ada. Dia menghilang dan meninggalkan Alan sendirian. Jika saja Alan tidak menemukan sebuah pesan bertuliskan tangan yang Jeanne tinggalkan di dapur apartemen, Alan pasti sudah memikirkan hal yang sangat buruk sekarang.Ya, mungkin hanya sedikit saja, karena sekarang sekarang dia masih menempati apartemen milik kekasihnya. Jadi, tidak mungkin Jeanne sengaja pergi lebih dulu dan meninggalkannya sendiri di sana.Alan menelan sarapan paginya dengan kuat, sendok di tangannya bahkan beradu dengan giginya dan membuat suara nyaring yang berdengung di telinga. Dia sedang kesal, dia sedang marah, tapi dia juga sadar kalau dia yang salah.Alan baru membuka matanya pukul sebelas siang, itu pun karena perutnya yang kelaparan. Sedangkan Jeanne berangkat ke rumah orang tuany
Read more
41 - Kumpul Bersama
ALVA menatap puas hasil jepretan di layar ponselnya. Ralf yang ada di sampingnya hanya bisa geleng-geleng kepala ketika melihat Alva mengirim gambar itu kepada Jeanne dengan niatan untuk mengusik kekasih Alan."Nggak dibales lagi sama dia. Kalau mereka sampai berantem, lo wajib tanggung jawab lho, Va." Peringat Ralf sambil menatap Alva tajam.Alva meringis pelan dan meletakkan ponselnya di atas meja. "Dan gue bakal jadi perusak hubungan Alan untuk yang ketiga kalinya.""Hobi bener lo cari gara-gara sama Alan, Va?" Siena, perempuan kurus berperawakan mungil itu akhirnya mau melepaskan tangannya yang sejak tadi memeluk lengan Alan dengan mesra.Sedangkan Alan akhirnya bisa menjauhkan diri dari sosok bernama Siena. Dia merebahkan kepalanya di atas meja dengan wajah nelangsa. Ponselnya diambil Siena. Isi pesannya dengan Jeanne dibaca dengan lantang di depan teman-temannya.Seperti semua itu masih belum cukup juga, Alva sengaja menambahnya dengan cara mengambil foto Alan saat Siena sedang
Read more
42 - Calon Mertua
"ORANG tua lo sukanya apa, Je? Biar ntar gue bawain." Alan bertanya saat mereka sudah sampai apartemen. Dia bingung juga mau bertamu ke rumah calon mertua, masa iya dia tidak bawa apa-apa?"Oh ... kalau gitu bawain anak aja, mereka pasti bakal seneng banget, Lan." Jeanne menyahutinya dengan tampang masa bodoh. "Gue mandi duluan, ya? Lo beres-beres aja dulu. Ntar abis dari sana kita langsung balik ke Jakarta."Sedangkan Alan yang mendengar jawaban pertamanya langsung tersenyum lebar. "Gue tahu lo udah pengen nikah secepatnya, tapi jangan kode kayak gitu mulu. Atau lo mau langsung dijadiin sekarang aja?"Jeanne yang semula hendak melangkah ke kamar mandi langsung berhenti dan menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. "Apa sih?" tanyanya."Itu tadi, katanya minta dibawain anak aja? Mau bikin anak dulu baru nikah, ya?" Alan tersenyum menggoda.Jeanne langsung memelototinya. "Kan lo sebelumnya nanya mereka suka apa? Ya gue jawab anak kecil, lah! Mereka suka sama anak-anak. Setiap sore ruma
Read more
43 - Video Asusila
"LAN, lo pesen cincinnya di mana?"Jeanne bertanya begitu mereka sampai di Jakarta. Dia sedang memperhatikan cincin itu dengan detail. Memang sekilas tampak seperti cincin biasa penuh hiasan ukiran yang mengelilinginya, tapi nama Alan yang ada di tengah-tengah cincin itu membuktikan jika cincin yang berada di jarinya ini bukanlah cincin murahan yang bisa didapatkan secara acak di pasaran."Temen gue ada yang punya toko perhiasan. Lain kali gue bawa ke sana kalau lo suka sama desain cincinnya. Biar sekalian bisa pesan buat cincin pernikahan kita," kata Alan yang sudah dipenuhi rencana soal pernikahan mereka.Jeanne tampak terkejut mendengarnya. "Emang ada desain lainnya?"Alan menganggukkan kepala. "Dasarnya dia emang desainer perhiasan. Dia bikin sendiri semua desain karyanya terus dia jual. Dia juga punya katalog khusus buat semua desain buatannya, dan itu salah satu desain cincin dia. Desain lama lebih tepatnya, tapi menurut gue itu yang paling bagus buat lo.""Dia ada desain buat k
Read more
44 - Kehilangan Tenaga
DENGAN serempak mereka menoleh. Zion salah seorang teman divisi yang selama ini terang-terangan melempar kode pada Jeanne sedang mendekati mereka. Dengan wajah mesum, tatapan melecehkan, dan sebuah seringai menyebalkan."Lo jangan kurang ajar, ya!" Tantri langsung membela, karena bagaimanapun juga Jeanne adalah temannya. "Belum tentu juga itu video punya dia!"Jeanne hanya tersenyum miris. Itu memang dia. Itu memang video dirinya. Jeanne tidak mungkin melupakan wajahnya sendiri. Jadi, itu memang benar-benar dirinya. Dia tidak akan bisa menyangkal, karena dia pun dapat mengenali siapa pria yang mengambil video tersebut.Pria itu adalah mantan pacarnya. Salah satu pria yang pernah dicampakkan olehnya. Pria itu pula yang pernah membuat Jeanne trauma dan menjadi wanita matre plus realistis soal uang hingga sekarang."Lo masih mau nyangkal juga? Padahal yang punya video diem aja." Zion menyeringai.Tantri menatap Jeanne yang hanya diam saja dengan senyum tipis terukir di bibirnya. Jeanne m
Read more
45 - Mobil Mogok
"SEJAK kapan lo tinggal sama Jeanne?" Alva bertanya begitu dia berjumpa dengan Alan di ruangannya.Alva baru saja selesai mengantar Jeanne pulang, lalu dia kembali ke perusahaan itu untuk mengantar dokumen langsung ke sepupunya serta mencari tahu kabar viral yang sedang beredar pagi ini. Terlebih Jeanne sebelumnya berasal dari kantor cabang tempat dia bekerja. Alva juga yang merekomendasikan Jeanne dimutasi ke sana. Kalau Jeanne sampai kena masalah, sepertinya dia harus ikut turun tangan untuk bertanggung jawab bersamanya.Glen yang ada di sebelah bosnya langsung melotot tajam mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut seseorang yang sedang mengantar laporan dari kantor cabang Bandung untuk atasannya.Hari ini dia sudah cukup terkejut dengan berita viral soal video asusila Jeanne. Sekarang dia makin dibuat terkejut oleh kenyataan kalau atasannya dan Jeanne selama ini tinggal bersama. Bagaimana bisa? Bukannya atasannya masih mengincar Jeanne tempo hari, ya?"Setelah pacaran," jawabnya
Read more
46 - Menginap
RUMAH ini ternyata benar-benar luar biasa. Walaupun terlihat tenang dan nyaman dari luar, nyatanya dalamnya penuh senjata. Baik pistol maupun senapan laras panjang menjadi hiasan dindingnya.Jeanne menelan ludah susah payah. Ini kalau ada yang niat maling bakal langsung dibunuh di tempat, kah?"Ini senjata beneran atau imitasi, Om?" Jeanne refleks bertanya pada Arnold yang berjalan di belakangnya.Pria tua itu berhenti melangkah, karena Jeanne sedang menghentikan langkah untuk memandangi setiap koleksi simpanannya. Tubuh aslinya tinggi tegap, tapi dia harus kehilangan kaki kiri di tugas terakhirnya. Walaupun kini dia memakai sebelah kaki palsu, tapi Arnold masih suka membawa tongkat saat dia berjalan."Senjata asli, tapi nggak ada pelurunya."Jeanne berdecak kagum, kemudian tersenyum manis saat berkata, "Wah, kalau dijual bakal mahal nih, Om!""Nggak akan saya jual, soalnya buat koleksi sekaligus kenang-kenangan." Arnold menjawab dengan tenang, suaranya tegas dan jelas.Jeanne terkesi
Read more
47 - Jeanne Pergi
ALAN merasa kepalanya mau pecah. Satu masalah muncul, masalah lainnya langsung bertebaran. Setelah menyelesaikan harga saham dan persoalan video yang kekasihnya perankan, Alan menyadari dirinya sedang butuh seorang teman. Dia butuh hiburan, tapi kekasihnya tidak ada di sekitarnya.Padahal dia hanya butuh ditemani. Dibiarkan menyender dengan manja untuk menyingkirkan pusing dan lelah yang dia derita. Dia hanya butuh hal yang sederhana, seperti menyampaikan sedikit keluh kesah yang sedang dirasakannya atau mungkin hanya diam saja dan tiduran di paha kekasihnya.Namun kenyataannya Jeanne tidak ada di sana. Kekasihnya tidak ada di sekitarnya.Alan melirik jam di tangannya. Sebentar lagi jam makan siang usai. Jarak dari kantor dan apartemen memang tidak terlalu jauh, tapi tidak akan cukup untuk dia bermanja-manja dengan kekasihnya, karena Alan pasti ingin melakukannya sampai puas.Alan sudah menghubungi Jeanne, berniat meminta Jeanne datang ke sana dan menemaninya bekerja, tapi sialnya pon
Read more
48 - Rayuan Setan
JEANNE menyerah. Dia memang paling tidak cocok melakukan pekerjaan rumah. Walaupun untuk cuci piring dia sudah bisa menguasainya, tapi tetap saja masih ada satu atau dua gelas yang pecah karena ulahnya. Jeanne memang tidak dimarahi, tapi dia merasa tidak enak hati.Sepertinya dia memang harus membatalkan niat untuk menjadi calon menantu di rumah ini atau dia akan menghabiskan semua piring dan gelas kesayangan calon mertua baiknya ini.Jeanne mengembuskan napasnya lelah. Padahal dia hanya membantu cuci piring dan gelas. Dia memang sedang diajari memasak juga katanya, karena sejak tadi dia hanya disuruh mengupas sayuran, mengiris cabai dan bawang, lalu disuruh menggorengnya di wajan.Sisanya Bulan yang membereskan untuknya, karena Jeanne benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan bahan-bahan yang sekarang sudah berada di wajan.Bahkan dia juga tidak tahu apa yang Bulan tambahkan ke dalam wajan. Mungkin saja bumbu dapur seperti garam dan sedikit penyedap rasa atau mungkin j
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status