All Chapters of Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Chapter 41 - Chapter 50
188 Chapters
Bab 41. Service Tunangan
Diva terdiam. “Itu ….” Diva melirik ke beberapa temannya untuk meminta pertolongan. Deska menyadari kalau hal ini sepertinya candaan ini sudah terlalu jauh. Sebagai seorang atasan langsung Diva, dia setidaknya punya kewajiban untuk melindungi bawahannya. Deska lalu tersenyum lebar dan berkata dengan suara rendah, “Pak Elvan, tadi kami sudah memesan menu yang menjadi rekomendasi di tempat ini, Pak Elvan mau yang mana, nanti biar saya coba ambilkan.” Diva benar-benar bersyukur! Baru kali ini Deska membantunya keluar dari jurang yang cukup dalam! Diva melihat ke arah Deska seolah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Elvan tahu sepertinya Diva mulai tidak nyaman apalagi saat Diva melihat ke arah rekan kerjanya yang lain. “Tidak perlu, saya bisa sendiri. Kalian makanlah dan jangan sungkan” Elvan berkata seolah memberikan instruksi, cukup datar dan membuat suasana malah mendadak hening kembali. “Eh, ayo kita makan, terima kasih, ya, Pak Elvan sudah traktir kita makan.” Diva b
Read more
Bab 42. Apa Tidak Boleh Kupunyai?
Diva terdiam, tangannya terasa membeku saat memegang piring tersebut, semua mata tertuju ke arah Diva, seolah mengatakan, ‘tamatlah riwayatmu, Diva!’ Pandangan mereka memperlihatkan bentuk empati yang cukup dalam, mengira Elvan mengatakan hal itu dengan sarkastis. “Tapi, Pak, ini bekas tangan saya.” Diva berkata dengan jujur sembari melihat ke arah rekannya yang lain untuk meminta tolong, namun mereka sepertinya memilih main aman, termasuk Deska! “Tidak masalah, saya sepertinya melihat kamu mencuci tangan sebelum membukanya.” Elvan berkata dengan melirik air kobokan di sebelah piring makan Diva. “Tap–” Belum selesai ucapan Diva, Elvan sudah memasukkan satu potong udang ke mulutnya. Usai menelannya, dia berkata, “Sudah, makan saja yang tenang. Kapan lagi ‘kan tunangan saya bantu mengupaskan udang kalau bukan sekarang?” Sudut bibir Diva agak berkedut mendengar ucapan Elvan. Pria ini sepertinya benar-benar bertekad untuk membuatnya mati dini. Jantung Diva tidak tahan! Selagi semua o
Read more
Bab 43. Apa Kamu Mau?
Di area parkiran, tepatnya di dalam mobil, Elvan yang menunggu Diva menyibukkan dirinya dengan mengecek beberapa pekerjaannya melalui tablet yang dia punya, tapi walaupun dia terlihat bekerja otaknya sedang tidak bisa berkonsentrasi. Terlihat beberapa kali dia menghembuskan napas dengan sedikit kasar. ‘Apa sih yang sebenarnya ada dalam pikiran wanita itu?!’ Elvan bertanya pada dirinya sendiri mencoba menebak, tetapi sepertinya dia tetap tidak bisa menemukan jawabannya. Elvan lalu melirik jam di pergelangan tangannya, sudah 30 menit, tapi sepertinya Diva memang benar-benar menikmati makan malamnya sampai tidak sadar dirinya sudah menunggu cukup lama. Pria itu lalu mengambil Handphonenya, ingin menghubungi Diva. Akan tetapi, setelah berpikir ulang, mana mungkin dia menarik ucapannya kembali dan menyuruh wanita itu segera keluar? Baru saja Elvan meletakkan ponselnya, Miko menghubunginya. “Apa sudah berhasil?” tanya Elvan langsung begitu panggilan terhubung. “Apa punya cara lain sel
Read more
Bab 44. Salahkah Diva?
Diva diam, tiba-tiba dia merasakan aura yang sangat menegangkan, pertanyaan itu bagai sebuah dentuman hebat yang menyadarkannya akan satu hal: Diva menginginkan Elvan. Akan tetapi, apakah dia boleh menginginkan pria itu? Apa boleh seserakah itu? Tentu saja tidak! ‘Diva jangan pernah berpikir lebih, dia hanya bercanda! Kurang banyak apa pelajaran yang bisa kamu ambil hikmahnya dari berhubungan dengan seseorang yang beda status sosial?!’ Tangan Diva mengepal. ‘Ingat Nico … ingat juga apa yang terjadi pada saudari-saudarimu! Apa ada yang berakhir bahagia?!’ Setelah berpikir singkat, Diva memutuskan bagaimana cara untuk keluar dari situasi ini. Wanita itu kini memasang senyuman manis, melihat ke arah Elvan, menarik napas dalam lalu dia menganggukan kepalanya. “Ya.” Elvan mematung, gurat wajahnya menampilkan emosi yang tidak bisa digambarkan. Wanita ini bilang apa? Apa dia tidak salah dengar? Dia juga menegaskannya dengan menanggukkan kepala, kan? “Aku sudah menjawab ya. Selanjutnya,
Read more
Bab 45. Aku Akan Melindungimu
Sadar kalau dirinya berpikir terlalu jauh perihal masalah ini, Diva menggelengkan kepalanya. ‘Sudahlah, dibandingkan memikirkan itu, ada satu hal lain yang perlu kupikirkan ….’ Dia mendadak menghela napas berat, membuat Elvan meliriknya dan menyadari ekspresi di wajah Diva.“Kamu kenapa?” tanya Elvan, berpikir apakah kemarahannya yang membuat Diva tidak nyaman. Mestinya, dia tidak boleh terlalu keras dengan gadis ini, kalau pun dia berpikiran tentang bercanda, seharusnya dia tidak salah juga, karena memang hubungan ini sejak awal hanya berpura-pura saja.Diva sendiri tersentak ditanya seperti itu dan berujung menundukkan kepala, tampak gelisah, dia ragu apakah dia harus menceritakan hal ini pada Elvan atau tidak. “Aku ….”“Kenapa? Katakan saja, jangan membuat orang penasaran.” Elvan berusaha membuat suasana nyaman untuk Diva, karena dari caranya ini, Diva akan menyampaikan sesuatu yang penting. Pengalamannya yang bertemu dengan banyak orang, membuatnya bisa dengan mudah membaca gerak l
Read more
Bab 46. Interogasi
Waktu seolah berhenti. Diva bohong kalau tidak merasakan desiran kehangatan menyelimuti hatinya, tangan Elvan yang menggenggamnya saat ini, memberikan sebuah rengkuhan yang sedikit memaksanya untuk menerima rasa baru dalam kalbunya.Diva juga merasakan ucapan ketulusan dari perkataan Elvan barusan dan juga genggaman tangan ini, entah kenapa Diva ingin merasakannya lebih lama. ‘Tidak masalah Diva, kamu hanya perlu merasakan ini sesaat, tunggu sampai dia sendiri yang melepaskannya,’ teriak hati Diva.Setelah sekian lama berlalu dan mobil Elvan sudah mendekati rumah Diva, gadis itu tiba-tiba berkata, “Van nanti turunin di depan komplek saja, ya.” Ucapan itu membuat Elvan mengerutkan keningnya. “Kamu tahu ini sudah jam berapa?” Dari nadanya bicara Elvan terdengar keberatan, membuat Diva tersenyum dalam hati, merasakan kekhawatiran pria itu, tapi tetap saja dia tidak boleh berpikiran lebih.“Karena itulah, aku khawatir nanti Ayah nungguin di depan rumah dan–”“Kamu takut ketahuan orang ru
Read more
Bab 47. Jangan Sok Manis!
Mata Diva mendelik mendengar tebakan adiknya. “Apaan sih kamu! Pokoknya temen. Mau cewek mau cowok kenapa kamu kepo?!” Diva berkata sesantai mungkin sembari melepaskan pakaiannya satu per satu!“Kakak nggak tahu malu ih! Cepet pake bajunya!”“Kakak mau ganti baju, kamu yang masuk ke kamar orang di saat yang tidak tepat.”“Terus kakak gak mandi? Seharian di luar, sekarang malah gak mandi?!”“Liat jam, udah malam, mandinya dirapel besok aja! Mending kamu keluar gih! Kakak mau ganti daleman sekalian.” Diva berkata terus terang.Bukannya keluar, Prisya malah membalikkan badannya ke arah tembok. “Ganti saja, aku tunggu, masih banyak yang mau kutanyain!”Diva mengernyitkan keningnya dia sadar Prisya tidak akan puas kalau tidak mendapatkan jawaban darinya. Diva sengaja melakukan semuanya dengan gerakan lambat, lalu dia keluar kamar untuk mencuci muka dan gosok gigi sebelum tidur, dia berharap nanti saat kembali lagi ke kamar sang adik sudah pergi meninggalkan kamarnya.Namun, harapannya tidak
Read more
Bab 48. Apa Sudah Tidur?
Setelah sampai di kediamannya, Elvan sedang menghubungi seseorang, mempertanyakan perihal trauma yang dimiliki oleh wanita itu. “Apa bekas lukanya terlihat jelas?”“Seharusnya tidak, Pak, karena itu lebih ke dalam bagian kepala,” jawab suara di seberang sana.“Baiklah, terima kasih informasimu.”Setelah mengatakan hal itu, Elvan mematikan sambungannya. Pria itu kemudian mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di atas meja. “Pantas saja dia begitu takut.”“Di tempat pacuan kuda, mana mungkin tidak naik kuda, kan?” Elvan kembali bicara pada dirinya sendiri.“CK! Lagian kenapa dia masih mau sih? Kalau trauma kan pasti akan takut banget nantinya. Apa dia tidak memikirkan diri sendiri?” Elvan berdecak kesal, tetapi saat mengingat wajah Diva yang cukup serius untuk pergi, sepertinya dia memiliki keinginan untuk mengobati rasa ketakutannya itu.Elvan lalu menyatukan kedua tangannya dan meletakkannya di bawah dagu seraya mengingat momen apa saja yang biasa mereka lewati. Namun detik berikutnya dia m
Read more
Bab 49. Bantu Saya Mengawasi
Beberapa saat Prisya terdiam. ‘Lagi-lagi nanyain Kak Diva,’ batin Prisya. “Pris?” Suara Elvan membuatnya tersadar. “Ah, iya, iya, Pak Elvan, seharusnya dia sudah tidur.” Prisya menjawab cepat. “Seharusnya?” Elvan berkata dengan nada sedikit penuh penekanan. Sadar dengan sifat Elvan yang tidak suka dengan kalimat menebak-nebak Prisya kemudian berkata, “Begini, Pak, tadi sebelum keluar kamarnya, dia sedang melakukan aktivitasnya seperti biasa, sudah dipastikan saat semuanya selesai dia pasti akan langsung tidur.” “Oh, ya?” Elvan bertanya seolah ingin meminta penjelasan lebih detail lagi. “Ya, dia akan dengan cepat tertidur begitu menyentuh kasur. Kalau tidur juga seperti keb–!" Ah, hampir saja kelepasan mengatakan hal yang kurang baik. "Ehm, maksud saya dia kalau tidur, sudah pasti sangat pulas. Pak … apa saya boleh bertanya sesuatu, Pak?” tanya Prisya sedikit berani. “Apa katakan saja?” “Apa Bapak serius dengan kakak saya?” Prisya benar-benar untuk tidak tahan bertanya tentang h
Read more
BAB 50. Sembunyikan Saja Terus
Prisya benar-benar merasa seperti mendapat nightmare yang sesungguhnya! Dia belum tidur tetapi malah mendapatkan sebuah fakta yang mengejutkan tepat sepuluh menit lebih dari jam 12 malam! Tangannya gemetar saat membaca pesan itu, Prisya berusaha untuk tenang lalu mengetikkan pesan lagi. [Saya tidak menjamin akan membantu, tapi saya yang akan menjadi orang pertama mencari Bapak kalau ada apa-apa dengan Kakak saya.] Setelah mengirim pesan itu, Prisya melempar ponselnya ke sembarang tempat, lalu mencoba menutup matanya, biarlah besok pagi dia akan perlahan-lahan bertanya pada kakaknya. Mengingat hubungannya dengan Nico sebelumnya, bisa dipastikan Diva akan sangat tertutup masalah hubungan cintanya kali ini. *** Prisya sudah duduk cantik dan menikmati sarapannya saat melihat Diva keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah sama rapi seperti dirinya. “Pagi Kak Diva,” sapa Prisya dengan tersenyum ramah. “Mau kemana Pris?” tanya Diva heran melihat penampilan adiknya, tumben sekali d
Read more
PREV
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status