All Chapters of KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN : Chapter 31 - Chapter 40

Cassandra mengangguk kaku dan menatap sekilas pada Barreto. Laki-laki itu tersenyum, lalu segera pamit karena tugasnya telah selesai. Ruangan besar nan mewah langsung menyambut Cassandra begitu wanita itu sampai di dalam. Aroma wangi langsung menyeruak masuk ke indera penciuman Cassandra. Cassandra mengernyitkan dahi karena tidak mendapati seorang pun di situ. Dia menatap tempat tidur besar yang rapi dengan jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Cassandra menarik napas panjang, mengembuskan pelan, lalu mengulanginya berkali-kali. Wanita yang memakai dress sebatas lutut itu, memilih duduk di sofa menunggu sang Tuan Penyewanya. Cklek! Pintu kamar mandi dibuka. Cassandra langsung bangkit sembari menoleh. Laki-laki yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya membalut tubuh bawahnya dengan handuk itu pun, ikut menatap pada Cassandra. Kedua pasang mata itu saling pandang dengan tatapan sama-sama tidak percaya. Ada luka, bin

Waiter itu menoleh ke arah perempuan berpakaian minim yang baru saja naik panggung. Andrian mengeraskan rahang melihat penampilan perempuan itu. Hampir seluruh tubuhnya terekspose. "Namanya Elia, Tuan. Apa Anda ingin menemuinya?" tanya sang waiter sopan, menyentak kegeraman Andrian. Andrian melirik sekiling sambil berpikir sejenak. Elia, Rosa, dan Cassandra, mungkin orang sama. Karena para penari itu kebanyakan memakai nama samaran. Setelah cukup yakin, Andrian memutuskan mengangguk samar. "Setelah dia selesai menari, bawa pada saya!" pintanya sambil menunjuk meja pojok ruangan. Dentuman musik keras bercampur orang-orang setengah mabuk, sudah menjadi hal biasa bagi Andrian. Laki-laki itu memang tidak asing dengan gemerlapnya dunia malam. Dari club malam terbesar di Kota Milan, Andrian bertemu dengan Fiona. Saat itu Fiona masih menjadi model dengan bayaran rendah. Dengusan lirih lolos dari mulut Andrian. Dia menatap ke arah penari erotis di atas panggung dengan gerakan menggoda.

Sejenak, Cassandra memejamkan mata. Dia butuh waktu beberapa detik untuk meyakinkan hati. Ya, hanya beberapa detik saja. Di saat seperti ini, Cassandra tidak mungkin berpikir terlalu lama. Tidak ada gunanya semua dipertahankan. Cinta Andrian hanya untuk Fiona. Seharusnya, Cassandra tidak perlu merasa berat mengambil keputusan sulit ini. Sejak awal pernikahan, Cassandra tahu, hidup dan hati Andrian bukanlah untuknya. Gennaro menahan ballpoint di tangan Cassandra, kemudian menggeleng pelan. Tatapannya memohon. Gennaro tidak ingin Andrian benar-benar menikahi Fiona. Meskipun di puncak kemarahan, Gennaro masih berharap Andrian bisa berubah dan kelak akan menggantikan posisinya. "Pikirkan lagi, Cassandra!" pinta Gennaro lirih. Mata tua itu berkaca-kaca. Cassandra tersenyum dan mengusap punggung Gennaro. Di sebelahnya, Antonio juga tengah menunggu keputusan penting Cassandra. "Saya sudah pikirkan hal ini, Kakek," jawab Cassandra, lalu kembali fokus pada kertas di tangannya. Andrian me

Outlet pakaian terletak tepat di depan outlet tas bermerek asal Perancis itu. Cassandra dan Bella segera membeli topi dan kacamata untuk menyamarkan penampilan mereka. Keduanya jeli mengawasi gerak-gerik kedua orang tadi. Akhirnya, Cassandra dan Bella memasuki outlet tas itu. Cassandra hafal betul perempuan yang memakai masker dan kacamata hitam itu adalah Fiona. Lalu, siapa laki-laki tampan yang bersamanya itu? Jelas bukan Andrian. Fiona segera ke kasir diikuti oleh Jemmy. Tas seharga puluhan ribu dollar adalah hal kecil bagi Jemmy. Senyum sumringah tersungging di bibir Fiona. "Grazie mille, Amore! Kamu memang laki-laki terbaik yang pernah kukenal!" puji Fiona bangga. Jemmy terkekeh pelan. "Lebih baik mana, aku atau Andrian?" godanya. Fiona mengangkat bahu sekilas. "Dia baik karena tidak sayang uang, Amore!" jawabnya sembari melangkah keluar dari outlet. "Ayolah, Amore, jangan cemburu! Aku tidak sungguh-sungguh dengannya. Bukankah kita perlu umpan besar untuk mendapatkan ikan p

"Lepaskan aku, Andrian! Aku ke sini karena ada sesuatu yang sangat penting. Jadi, pakailah piyamamu dan kita bicara!" Cassandra menatap jengkel Andrian yang kembali menciumnya. Andrian tersenyum, lalu mengusap kepala Cassandra. Cassandra menepis pelan tangan laki-laki itu. Namun, Andrian justru memeluknya sekali lagi. Laki-laki itu menatap dalam manik indah Cassandra. "Aku merindukanmu, Cassanova!" "Hentikan omong kosongmu! Lepaskan aku!" "Aku akan lepaskan, tapi dengan satu syarat!" ucap Andrian seenaknya, sambil mengusap bibir basah Cassandra. "Tidak ada syarat lagi, Andrian! Kita sudah resmi bercerai, ingat itu!" Cassandra mendorong pelan dada Andrian. Namun, tenaga Andrian lebih kuat meskipun baru sadar dari mabuk berat. Andrian merubah posisi menjadi duduk di samping mantan istrinya itu. Tangan kanan Andrian sedikit terangkat. Memegang wajah cantik Cassandra, lalu mengusap kepala wanita itu. "Kita menikah lagi." Tiba-tiba Andrian berkata lirih, lalu menarik pelan wajah Cas